Fariz RM

penyanyi dan pemusik Indonesia
Revisi sejak 11 Januari 2011 13.26 oleh Danu Widjajanto (bicara | kontrib) (←Suntingan 110.232.84.253 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Rainbowofknowledge)

Templat:Infobox artis indonesia Fariz Rustam Munaf yang lebih dikenal dengan nama Fariz RM (lahir 5 Januari 1961) adalah seorang penyanyi dan musikus Indonesia. Sebagai penyanyi dan musikus, putra dari pasangan Roestam Moenaf, penyanyi RRI Jakarta, dan Hj. Anna Reijnenberg ini dikenal masyarakat melalui ciptaannya, seperti Barcelona dan Sakura, yang menjadi hits.

Karier

Sejak kecil Fariz telah diperkenalkan kepada musik. Ibunya adalah seorang pelatih piano. Selain itu, Fariz juga belajar piano pada Sunarto Sunaryo dan Prof. Charlotte Sutrisno JP. Karier bermusiknya dimulai pada usia 12 tahun, saat berteman dengan Debby Nasution dan Odink Nasution, membentuk "Young Gipsy" yang membawakan musik blues dan rock. Selanjutnya, Fariz bekerja sama dengan Addie M.S., Adjie Soetama, dan Iman R.N. untuk membuat operet pada acara perpisahan dan grup vokal sekolahnya.

Jalan ke dunia musik profesional mulai terbuka di tahun 1977. Fariz RM bersama Adjie Soetama, Raidy Noor, Addie MS, dan Ikang Fawzi yang merupakan teman sekolah (SMA Negeri 3 Jakarta), mengikuti Lomba Cipta Lagu Remaja yang diadakan radio Prambors Jakarta. Meski hanya meraih juara III, namun tawaran dari berbagai grup band mulai berdatangan.

Fariz melanjutkan kuliah di ITB jurusan Seni Rupa pada tahun 1978. Fariz pun mencoba untuk mengembangkan dan menimba ilmu serta menambah pengalaman dengan bergabung di dua grup band beraliran rock, Giant Step dan The Rollies. Fariz menjadi musisi pengganti untuk posisi keyboard Giant Step untuk penampilan panggung, dan menggantikan posisi pada drum untuk karya-karya pentas The Rollies. Fariz juga pernah membantu mengiringi kelompok musik dari Bandung pimpinan Harry Roesly, Harry Roesli Kharisma, di tahun 1979.

Akhirnya tahun 1980, Fariz merilis album keduanya yang bertajuk Sakura. Di album ini, dengan sistem rekam overdubbed, Fariz memainkan berbagai instrumen, seperti drum, kibor, gitar, bas, perkusi, sendirian. Bisa jadi Fariz terinsiprasi Stevie Wonder atau Mike Oldfield, pemusik yang bermain tunggal dalam sejumlah album rekamannya.[1] Warna musiknya pun fresh dan groovy. Album ini sukses besar. Fariz kemudian merilis album perdananya yang belum sempat dirilis.

Di saat tren musik di negeri ini masih terbuai dalam balada yang mendayu-dayu, Fariz malah menawarkan konsep musik yang danceable ala Earth Wind & Fire dengan penonjolan pada aransemen brass section sebagai aksentuasi dan teknik bernyanyi falsetto. Setahun kemudian, Fariz R.M. membentuk grup Transs, yang personelnya antara lain Erwin Gutawa, pemusik yang sekarang banyak dikaitkan dengan aransemen berbau orkestral. Dengan Transs, Fariz menawarkan konsep musik fusion, yang akhirnya membuat sejumlah grup musik terinspirasi untuk menggarap musik fusion, yang memadukan jazz dan rock. Transs adalah grup yang maunya beridealisme tinggi. Ini terlihat dari kalimat yang tertera pada sampul album Transs, Hotel San Vicente (1981): "pembaharuan musik Indonesia dalam warna, personalitas, dan gaya". Boleh jadi kalimat itu berkonotasi gagah-gagahan belaka. Namun patut diakui, sejak pemunculan Transs, mulailah muncul grup-grup fusion seperti Krakatau, Karimata, Emerald, dan lain-lain

Pada tahun 1983, Fariz bergabung dengan Iwan Madjid dan Darwin B Rachman membentuk kelompok musik Wow. Mereka bertiga, Iwan (vocal, piano, keyboard), Darwin (bas), dan Fariz (drum) kemudian merilis album bertajuk Produk Hijau. Wow tetap menghadirkan nuansa rock progresif lewat lagu-lagu seperti "Pekik Merdeka", "Armageddon", hingga "Purie". Dhewayani. Setelah debut album dirilis, Fariz RM mengundurkan diri dari formasi Wow. Saat itu, selain bergabung dengan Wow, Fariz juga aktif di kelompok Symphony hingga Jakarta Rhythm Section, serta beberapa proyek album solonya.[2]

Setelah itu, Fariz pun terus menelurkan karya-karyanya, baik di Indonesia maupun di Internasional. Selama 25 tahun kariernya sejak tahun 1978 hingga 2003, Fariz telah menghasilkan 20 album solo, 72 album kolaborasi, 18 album soundtrack, 27 album produksi dimana dia berperan sebagai produser dan 13 album internasional yang dirilis di Eropa dan Asia Pasifik.[3] Di antara lagu-lagu ciptaannya yang terkenal hingga sekarang adalah lagu "Barcelona", "Nada Kasih" (duet dengan Neno Warisman), "Susie Bhelel", "Menggapai Bintang" (Symphony), "Selamat Untukmu" (Jakarta Rhythm Section), dan "Renungan" (Dibayang Dewasa) yang menampilkan duet Fariz RM dengan Marissa Haque.

Fariz pernah 'menghilang' sekitar 10 tahun dari panggung musik Indonesia. Untuk membuktikan eksistensinya, Fariz menggelar konser terbesarnya, yaitu Pagelaran Zaman Emas Fariz RM, 21 Agustus 2003 di Plenari Hall, JCC Jakarta. Konser tersebut menghadirkan pula keponakannya Sherina Munaf, Reza Artamevia, Titi DJ, Katon Bagaskara, Warna, /rif, dan Syaharani. Tak hanya itu, Dwiki Dharmawan ditunjuk untuk menggarap komposisi lagu dalam konser tersebut. Meski Fariz tetap memperlihatkan kepiawaiannya, konser tersebut dinilai gagal karena jumlah penonton yang terbialng cukup sedikit (’hanya’ 2000 orang dari kapasitas 5000), juga buruknya sound system yang sangat mengganggu penonton. Selain itu, Fariz dinilai 'terburu-buru', karena setelah menghilang sekian tahun, tiba-tiba muncul dengan konser akbarnya.[4]

Usai menjalanni masa hukuman, Fariz menggelar konser tunggal yang bertitle Anthology Live Concert, di Rolling Stone Live Stone, Jln. Ampera Raya No.16, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, 25 Juli 2008. Pada konser tunggalnya tersebut Fariz berkolaborasi dengan artis-artis muda antara lain adalah Sherina Munaf, Koil, dan White Shoes & The Couples Company.[5]

Kasus

Fariz mengaku pernah kecanduan alkohol dan mengonsumsi narkoba. Bahkan akibat kebiasaannya itu, Fariz divonis menderita kanker liver pada tahun 1996. Kanker itu pula yang membuat tubuh Fariz sekarang terlihat kurus sekali dan dokter menyatakan tubuhnya tak mungkin gemuk lagi.[6]

Tahun 2001, Fariz berurusan dengan polisi dengan tuduhan terlibat kasus peledakan bom di Asrama Mahasiswa Iskandar Muda, Manggarai, pada bulan Mei 2001. Fariz dicurigai lantaran ditemukan surat Fariz yang ditujukan kepada Panglima GAM di lokasi ledakan bom.[7] Enam tahun kemudian Fariz berurusan lagi dengan polisi. Pada dini hari 28 Oktober 2007 ia ditahan polisi dalam sebuah razia di Jakarta dan ditemukan memiliki 1,5 linting ganja seberat 5 gram yang disimpan dalam bungkus rokok. Setelah melalui tes urine, Fariz dinyatakan positif menggunakan narkoba jenis ganja. Dan terancam UU Narkotika dengan ancaman hukuman penjara di atas 5 tahun.[8] Fariz RM akhirnya divonis 8 bulan penjara potong masa hukuman. Hukuman ini lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yang menuntut 1 tahun penjara. Selain itu, sisa hukuman Fariz juga bakal dihabiskan di Rumah Sakit Melia Cibubur untuk rehabilitasi.[9]

Kehidupan pribadi

Fariz menikah dengan Oneng Diana Riyadini, mantan peragawati asal Semarang, Jawa Tengah pada akhir tahun 1989. Tak terlalu lama menunggu, Fariz-Oneng pun segera dikaruniai momongan. Namun sayang, putri pertama mereka, Ramanitya Khadifa hanya 15 detik menghirup udara dunia karena paru-parunya tidak berkembang. Dua tahun kemudian, pasangan ini pun dikaruniai putri kembar, Ravenska Atwinda Difa dan Rivenski Atwinda Difa yang lahir 26 Oktober 1991. Kemudian si kembar memiliki adik, Syavergio Avia Difaputra lahir 11 September 1998.[10]

Diskografi

Album Solo

Album Duet

Album Grup


Pranala luar

Referensi