Biman Bangladesh Airlines
Biman Bangladesh Airlines (bahasa Bengali: বিমান বাংলাদেশ এয়ারলাইনস) adalah maskapai penerbangan nasional milik Bangladesh. Hub utamanya adalah di Bandar Udara Internasional Shahjalal di Dhaka, dan juga mengoperasikan penerbangan dari Bandar Udara Internasional Shah Amanat di Chittagong, memperoleh pendapatan dari layanan penghubung menuju Bandar Udara Internasional Osmani di Sylhet. Biman menyediakan layanan penumpang internasional dan kargo menuju Asia dan Eropa, bersama juga dengan rute domestik. Maskapai ini memiliki Perjanjian Layanan Penerbangan dengan 42 negara, namun hanya terbang ke 16 diantaranya. Maskapai ini dimiliki dan diatur sepenuhnya oleh Pemerintah Bangladesh hingga 23 Juli 2007, saat maskapai diubah menjadi perseroan terbatas terbesar di negaranya oleh Pemerintah Sementara Bangladesh.[3] Kantor pusat maskapai, Balaka Bhaban, berlokasi di Kurmitola, Dhaka.
| |||||||
Didirikan | 1972 | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Penghubung | Bandar Udara Internasional Shahjalal | ||||||
Penghubung sekunder | |||||||
Program penumpang setia | Frequent Flyer Programme[1] | ||||||
Anak perusahaan | |||||||
Armada | 9 (+ 12 pesanan) | ||||||
Tujuan | 22 | ||||||
Slogan | Rumah anda di udara. bahasa Bengali: আকাশে শান্তির নীড় | ||||||
Kantor pusat | Dhaka, Bangladesh | ||||||
Tokoh utama | Komodor Udara (Purn.) Muhammad Zakiul Islam (CEO)[2] | ||||||
Situs web | www.biman‑airlines.com |
Didirikan pada bulan Februari 1972, Biman menikmati monopoli internal di industri penerbangan internal Bangladesh hingga tahun 1996.[4] Selama beberapa dekade setelah pendiriannya, maskapai ini mengembangkan armada dan destinasinya, tapi mengalami kegagalan yang disebabkan oleh korupsi dan salah atur. Pada masa puncaknya, Biman mengoperasikan penerbangan menuju 29 destinasi internasional hingga sejauh New York City di bagian barat dan Tokyo di bagian timur. Maskapai telah mengalami kerugian finansial besar, dan memiliki reputasi layanan buruk akibat pembatalan dan penumdaan penerbangan reguler akibat armadanya yang terlalu tua. Demi alasan keamanan, beberapa pesawat jarak jauh milik Biman dilarang memasuki wilayah udara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Penerbangan Haji tahunan, membawa pekerja dan buruh migran dari Bangladesh, aktivitas anak perusahaan, membentuk bagian penting dalam bisnis maskapai.[5] Meningkatnya harga minyak menciptakan tekanan tambahan bagi keuangan maskapai, yang secara luas telah diberitakan gagal memnuhi kewajiban pembayaran kepada perusahaan minyak milik pemerintah, BPC. Dari peringkat Lima Bintang dari Skytrax, Biman memperoleh dua bintang.[6] Maskapai ini saat ini menghadapi kompetisi dari sejumlah maskapai penerbangan lokal bersama dengan beberapa maskapai penerbangan internasional, yang menawarkan keandalan dan standard layanan lebih besar, dengan sasaran pada pertumbuhan lalu lintas penerbangan yang tumbuh hingga 8% setiap tahun, yang dipengaruhi oleh warga Bangladesh di luar negeri.
Sejak menjadi sebuah perseroan terbatas, maskapai mengurangi jumlah karyawannya dan mulai memodernisasi armadanya. Biman telah membuat persetujuan dengan Boeing untuk 10 pesawat baru,bersama dengan opsi untuk 10 pesawat. Maskapai ini mulai menyewa pesawat agar dapat segera membuka kembali layanan menuju destinasi sebelumnya di Asia, Eropa, dan Amerika Utara.
Sejarah
Biman Bangladesh Airlines didirikan pada 4 Januari 1972 sebagai makapai penerbangan nasional Bangladesh di bawah Ordinat Bangladesh Biman (Peraturan Presiden No. 126).[7][8] Inisiatif untuk mendirikan maskapai penerbangan nasional diutarakan oleh 2.500 mantan pekerja, termasuk sepuluh komandan Boeing 707 dan tujuh pilot lain dari Pakistan International Airlines, yang memebrikan proposal kepada pemerintah pada 31 Desember 1971 setelah Kemerdekaan Bangladesh.[9] Maskapai ini pada awalnya bernama Air Bangladesh International namun segera kemudian diganti dengan nama saat ini.[10]
Dalam bahasa Bengali moden, huruf বিমান biman mengacu kepada "pesawat terbang", yang bersumber dari kata Sansekerta vimāna, sebuah nama yang diberikan kepada mesin terbang di literatur kuno Vedic. Logonya, yang dicat di bagian ekor, merupakan tulisa putih modifikasi dari bangau (বলাকা bôlaka) di dalam lingkaran merah. Corak awalnya adalah garis biru gelap yang memanjang dari bagian jendela dan memnutupi bagian ekor. Corak ini diganti pada tahun 1980 dengan warna hijau gelap dan garis merah, yang diseusaikan dengan warna bendera Bangladesh, dan tetap dipertahankan hingga selama dua dekade. Tahun 2010, Biman memulai kegiatan pencitraan ulang dan membuka corak dan logo baru yang digunakan di pesawat Boeing 777 sewaan pertama. Namun, setelah pemilihan umum tahun berikutnya, Biman dipaksa untuk kembali ke citra merek yang lama setelah citra yang baru tidak disetujui oleh pemerintahan yang baru. Tulisan bôlaka juga diberikan kepada kantor pusat Biman, Balaka Bhaban (বলাকা ভবন bôlaka bhôban, Gedung Bangau),[11][12][13] dan sebuah patung landmark di Dhaka yang menggambarkan bangau di depan kantor lama Biman.[14]
Pada 4 Februari 1972, Biman memulai layanan domestik dengan rute Dhaka–Chittagong, Dhaka–Jessore dan Dhaka–Sylhet menggunakan pesawat legendaris Perang Dunia II Douglas Dakota dan Douglas DC-3, yang keduanya diperoleh dari Angkatan Udara Bangladesh.[9][15] Pada 10 Februari 1972, Biman mengalami kecelakaan pertamanya saat Douglas DC-3 jatuh di dekat Dhaka saat melakukan uji coba penerbangan, menewaskan seluruh lima awak pesawat.[16] Sebuah Douglas DC-6 kemudian segera disewa untuk menjaga agar layanan domestik tetap berjalan.[9] Pada 4 Maret 1972, Biman memulai operasi internasionalnya dengan sebuah penerbangan mingguan menuju London menggunakan sebuah Boeing 707 yang dicharter dari British Caledonian.[9] Armada jarak pendek dilengkapi dengan kedatangan sebuah Fokker F27 dari India pada 3 Maret 1972; Pesawat ini digunakan untuk menerbangan harian berjadwal antara Kolkata (Calcutta) dan Dhaka pada 28 April 1972.[17] Tiga pesawawat Fokker F27 tambahan diperoleh selama periode Maret hingga September pada tahun yang sama.[9] Pada tahun pertama operasi, Biman mengoperasikan 1.079 penerbangan dengan membawa lebih dari 380.000 penumpang.[18]
Empat Fokker F27 bergabung dengan armada pada tahun 1973, memungkinkan Biman menggandakan frekuensi penerbangan Kolkata menjadi dua kali sehari.[17] Sebuah Boeing 707 ditambahkan ke dalam armada pada bulan September dan penerbangan menuju London menjadi dua kali seminggu, sedangkan penerbangan Chittagong–Kolkata juga mulai beroperasi.[17] Tahun 1974, operasi diperluas menuju Kathmandu (Februari), Bangkok (November) dan Dubai (Desember).[17] Tahun 1976, Biman menjual dua Fokker F27 dan membeli satu Boeing 707 untuk memperluas layanan internasionalnya menuju Abu Dhabi, Karachi dan Mumbai.[17] Singapore ditambahkan ke dalam daftar destinasi internasional Biman, saat Boeing 707 ketiga dibeli pada bulan Februari 1977, diikuti dengan Jeddah, Doha dan Amsterdam pada tahun berikutnya, yang juga melihat pembelian Boeing 707 keempatnya.[17] Pada tahun 1977, Biman diubah menjadi korporasi sektor publik yang akan dipimpin oleh dewan direksi yang dipilih oleh pemerintah.[17] Maskapai mencapai titik impas untuk pertama kalinya pada tahun 1977–78, dan mencetak keuntungan pada tahun berikutnya.[18] Destinasi internasional diperluas menuju Kuala Lumpur, Athena, Muscat dan Tripoli pada tahun 1979, diikuti oleh Yangon, Tokyo dan Dhahran pada tahun 1980.[17]
Tahun 1983, tiga Douglas DC-10 bergabung dengan armada dan maskapai memulai untuk memensiunkan armada Boeing 707.[15][17] Jaringan penerbangan diperluas hingga meliputi Baghdad (1983), Paris (1984) dan Bahrain (1986).[17] Pada 4 Agustus 1984, Biman menghadapi kecelakaan terburuknya saat sebuah Fokker F27 yang terbang dari Chittagong jatuh di dekat Dhaka, menewaskan seluruh 49 penumpang di pesawat, termasuk Kapten Kaniz Fatema Roksana, pilot perempuan wanita pertama di maskapai ini.[19] Armada jarak jauh kemudian diperbesar dengan pembelian dua Airbus A310 baru pada tahun 1996, diikuti dengan dua penambahan lagi pada tahun 2000, dari Singapore Airlines dan Air Jamaica, dan satu lagi pada tahun 2003.[17]
Pada tahun fiskal 2005–06, Biman mengangkut 1,15 juta penumpang, sebuah petumbuhan lebih dari 70% dibandingkan pada dekade sebelumnya. Dengan pertumbuhan maskapai penerbangan domestik swasta di Bangladesh, however, penguasaan pasar Biman untuk penumpang domestik turun hingga 35% dibandingkan rata-rata sepuluh tahun sebelumnya, dengan hanya 162.000 penumpang melakukan perjalanan dengan Biman di dalam sektor domestik pada tahun fiskal 2005–06. Pada periode yang sama, Biman melaporkan kerugian tahunan terbesar hingga sebesar AS$120 juta, ditambah dengan kehilangan AS$100 jta pada tahun berikutnya.[20] Biman juga belum melakukan pembayaran dalam nilai hingga beberapa juta Dolar AS terhadap penyedia bahan bakarnya Bangladesh Petroleum Corporation.[21]
Manajemen
Maskapai ini dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah Bangladesh melalui Bangladesh Biman Corporation sejak pendiriannya. Pada tahun 1977, Biman diubah menjadi korporasi sekotr publik yang memungkinkan otonomi terbatas bagi Biman, yang dipimpin oleh dewan direksi pilihan pemerintah.[17] Jumlah kepemilikan aset meningkatn menjadi BDT 2 juta pada tahun 1987,[22] dan Biman diubah menjadi perseroan terbatas terbuka, yang terbesar di Bangladesh, pada tahun 2007.
Pada akhir dekade 1980an, Hossain Mohammad Ershad, Presiden Bangladesh pada saat itu, juga menjadi Presiden Biman. Setelah periode awal ekspansi dan pertumbuhan, Biman memasuki era menukiknya keuntungan dan perlambatan pertumbuhan, diperburuk oleh manajemen yang buruk dan korup, yang terlalu banyak melakukan pembelian, kesalahan dalam pembayaran biaya perawatan, dan mempertahankan rute yang tidak menguntungkan demi alasan politik.[23][24] Penelitian yang dilakukan pada tahun 1996 menemukan bahwa Biman memiliki 5.253 personil yang tidak terbang, 30 persen lebih besar daripada Singapore Airlines, sebuah maskapai penerbangan yang mengoperasikan armada sebanyak sepuluh kali lebih besar daripada armada Biman. Laporan ini menjelaskan bahwa Biman berada dalam kondisi "kurang diatur, terlalu banyak staf, kekurangan aset, dan menjadi sasaran interfensi politik eksesif dalam manajemen setiap hari."[25]
Pada tahun fiskal 1992–93, audit di bawah Kementerian Penerbangan Sipil dan Wisatawan mengungkapkan bahwa pajak senilai BDT 22 juta tidak dibayarkan kepada pemerintah. Audit yang dilakukan pada tahun 1999, juga menunjukkan bahwa Biman juga kehilangan senilai BDT 2.2 juta kepada agen perjalanan untuk penjualan tiket, sebagian besar karena kolusi terhadap pejabat Biman.[26] Sebagai tambahan, terdapat kelebihan pembayaran komisi sebesar BDT 2.4 juta kepada agen penjualan yang melanggar kebijakan Biman. Tahun 2007, Pemerintah Sementara meluncurkan kampanye anti korupsi yang menghasilkan penahanan Shamim Iskander, saudara dari mantan perdana menteri Begum Khaleda Zia dan mantan teknisi penerbangan Biman, dalam tuduhan korupsi berlapis.[27] Hal ini diikuti oleh pemecatan paksa terhadap 35 kayawan lainnya, yang merupakan kawan dekat dari Iskander.[28]
Privatisasi
Menghadapi kerugian yang semakin besar sejak akhir dekade 1990an ke depan,[29][30] pemerintah menawarkan 40 persen kepemilikan Biman kepada maskapai penerbangan asing pada tahun 2004, berharap pembelinya akan mengambil alih manajemen maskapai penerbangan. Namun, proposal tersebut meminta bahwa sebagian besar hak keputusan berada di tangan pemerintah Bangladesh, dan akhirnya diabaikan oleh maskapai asing. Inisiatif yang sama pada tahun 1998 membuat Biman harus membayar biaya konsultan senilai $1,6 juta tanpa hasil positif.[31]
Pada bulan Mei 2007, pemerintah sementara menyetujui rencana untuk mengubah Biman menjadi perseroan terbatas terbuka dengan kepemilikan sahan dibagi kepada tujuh organisasi sektor publik.[32] Sebagai bagian dari restrukturisasi, pemerintah membuka program pensiun dini untuk mengurangi rasio manusia:perlengkapan dari 367:1 (rasio pegawai:pesawat). Rata-rata industri pada waktu tersebut adalah 200:1, dan maskapai Asia lainnya beroperasi dalam rasio sekitar 150:1.[33] Pensiun dini menyediakan kompensasi senilai dengan lama masa kerja, dengan biaya total yang dikeluarkan pemerintah senilai $40 juta yang dipinjam dari World Bank. Manajemen Biman mengharapkan pengurangan tenaga kerja sebesar 1.600, namun mereka memperoleh 2.162 aplikasi, bayak diantaranya yang datang dari karyawan yang akan diberhentikan bila kuota tidak terpenuhi dengan sedikit atau tanpa kompensasi. Biman menyetujui 1.877 aplikasi dan memastikan bahwa personil kunci tidak akan diijinkan meninggalkan perusahaan melalui pensiun dini.[33][34]
Pada 23 Juli 2007, Biman Bangladesh Airlines menjadi perusahaan perseroan terbatas terbesar di Bangladesh.[3] Perkiraan awal bahwa maskapai akan mengganti namanya menjadi Bangladesh Airlines ditolak.[35] Pemerintah menjadi pemilik saham tunggal sebanyak 1,5 juta lembar, namun berencana untuk menawarkan sebanyak 49 persen kepada sektor swasta dengan tetap mempertahankan kepemilikan mayoritas.[36][37] Direktu manajemen sebelumnya, Dr. Abdul Momen, dipilih sebagai chief executive officer (CEO) dan direktur manajemen dari organisasi baru tersebut. Enam direktur yang laindipilih dari kementerian energi, perdagangan, keuangan, penerbangan sipil, hubungan luar negeri, dan divisi kabinet, dengan sekretaris kabinet bertugas sebagai pemimpin dari dewan direksi. Enam sekretariat dan sebuah sekretariat gabungan dari kemeterian penerbangan sipil menjadi pemilik saham dari PT baru tersebut.[36] Pada bulan September 2008, pemerintah memilih Komodor Udara Zahed Kuddus (purn.) untuk menggantikan Dr. Momen sebagai CEO. pada periode 2002–05 Kuddus berada di kursi dari Otoritas Penerbangan Sipil Bangladesh (CAAB), dan sebelumnya dia berada di beberapa pos di Angkatan Udara Bangladesh.[38]
Setelah privatisasi, sebuah inisiatif diutarakan olek mantan karyawan Biman, yang keluar organisasi melalui program Pensiun Dini, untuk mendirikan sebuah maskapai pesaing.[39] Nama dari maskapai penerbangan yang diusulakn meliputi Air Bangla International, Biman Employees Airlines dand Balaka.[40] Mereka bergabung dengan direktur manajemen Biman sebelumnya, bersama dengan mantan presiden dari Asosiasi Pilot Maskapai Bangladesh.[39] Namun, belum ada kejelasan mengenai rencana ini.
Layanan
Biman dikenal karena sering terganggunya jadwal penerbangan dan layanan pelanggan yang buruk.[41] Tahun 2007, Biman menghadapi kritik keras dari bandara internasional besar seperti Bandar Udara London Heathrow dan Bandar Udara Internasional Dubai karena kegagalannya dalam menjaga jadwal penerbangan. Operator Bandara Heathrow, BAA menulis surat kepada Biman mengenai bukti bahwa Biman tidak menerima penggunaan minimun 80% dari jatah pendaratan yang dimilikinya di Heathrow, seperti yang disarankan oleh regulasi EU dan International Air Transport Association (IATA), selama musim panas 2007. Biman seharusnya, kemudian, tidak memperoleh alokasi pendaratan di Heathrow pada musim panas tahun 2008 dan harus menggunakan Stansted atau Gatwick jika berharap ingin terus melayani London.[42] Namun, setelah diskusi dengan BAA, Biman memperoleh jatah pendaratan untuk musim panas 2008 dengan syarat mereka wajib memenuhi syarat 80% penggunaan.[43] Namun penundaan masih terus terjadi dan pada bulan September 2008, penerbangan langsung Biman rute Dhaka–London menggunakan sebuah pesawat DC-10 dialihkan dan mendarat di Gatwick setelah tidak memiliki cukup bahan bakar untuk berada di area tunggu di atas Heathrow setelah keterlambatan kedatangan hingga tiga jam.[44] Pada tanggal 10 September 2008 dalam artikel yang ditulis di The Times, Biman merupakan maskapai terburuk yang menggunakan bandara Heathrow, dengan rata-rata keterlambatan hingga mencapai tiga jam.[45]
Tahun 2008, Perserikatan Bangsa Bangsa menyarankan kepada stafnya untuk tidak terbang menggunakan Biman, karena kekhawatiran akan keamanan dan keselamatan penerbangan dan jadwal Biman yang tidak dapat diandalkan. Kemudian dijelaskan bahwa staf PBB yang terbang meggunakan Biman harus menanggung resiko sendiri, dan tidak akan mungkin untuk mngejukan klaim asuransi. Direktur manajemen baru Biman menyatakan bahwa dia tidak mengerti mengenai anjuran PBB, namun menyatakan bahwa Biman mengalami masalah dalam mengatur jadwal penerbangannya. Dia berharap bahwa situasi ini akan segera membaik dengan kedatangan pesawat baru pada bulan-bulan berikutnya.[46]
Kelas penerbangan dan kenyamanan
Terdapat layanan dua kelas (J dan Y) yang dioperasikan dalam pesawat berbadan lebar Biman dan layanan kelas tunggal tersedia bagi pesawat yang lebih kecil.[47] Kabin Kelas Eksekutif Maslin di pesawat Airbus A310 dipasang dalam konfigurasi 2–3–2 sedangkan pada pesawat Douglas DC-10-30 dipasang dalam konfigurasi yang lebih longgar 2–2–2. kabin kelas ekonomi diatur dalam konfigurasi standard 2–5–2.[48]
Koran dalam bahasa Inggris dan Bengali tersedia di dalam pesawat bersama dengan majalan dalam penerbangan Biman, Digonto (Horizon), yang diterbitkan setiap kuartal. Majalah ini sebagian besar berisi konten dalam bahasa Inggris[49] yang merupakan informasi mengenai destinasi wisata di Bangladesh dan tempat lain yang bisa dicapai dengan Biman.[50]
Hiburan dalam penerbangan di pesawat Biman mendapat penilaian "sangat buruk" oleh Skytrax.[51] Layanan Biman secara garis besar memperlihatkan peringkat bintang dua-nya (dari lima bintang), yang memperlihatkan rendahnya standard pelayanan yang disediakan maskapai yang berada di bawah standard rata-rata industri penerbangan.[6][52] Douglas DC-10-30 dilengkapi dengan proyektor di setiap kabin, sedangkan Airbus A310 memiliki monitor yang tergantung di atap di bawah rak bagasi di bagian tengah pesawat. Bila dibandingkan dengan maskapai penerbangan lain yang mempu menyediakan pengalaman hiburan penerbangan yang lebih pribadi melalui layar LCD di belakan kursi, armada Biman yang telah menua masih mempertahankan perlengkapan standard yang tersedia saat pesawat masih dibangun.[53][54]
Biman mengoperasikan program frequent flyer yang memberikan pelanggan layanan penerbangan pulang pergi gratis yang diperoleh jika menggmpulkan tiket unruk sepuluh penerbangan pulang pergi menggunakan Biman. Tiket gratis ini tersedia bagi rute penumpang yang paling sering digunakan. Perjalanan dengan menggunakan rute lokal tidak mendapatkan fasilitas ini.[1]
Sebuah perjanjian dilakukan dengan Amadeus pada tahun 2007 untuk meningkatkan sistem tiket Biman dengan sebuah solusi tiket elektronik untuk memenuhi peraturan IATA, yang memberikan tenggat waktu hingga 31 Desember 2007 untuk semua anggotanya untuk mengubah sistem tiket mereka. E-ticketing memungkinkan maskapai menyediakan fasilitas cek in online, mengurangi kebutuhan untuk mengantri di konter cek in. Namun, Biman tidak melakukan satu usahapun untuk meningkatkan layanan pelanggan setelah mengadopsi sistem e-ticketing, meskipun hal tersebut mampu mengurangi biaya operasionalnya.[55] tahun 2005, Biman sebenarnya telah menghentikan penggunaakn sistem tiket Amadeus setelah pemerinteh menghentikan operasi dari anak perusakaan lokal Amadeus setelah perintah dari pengadilan, setelah adanya tuduhan pencucian uang.[56] Penghentian operasi ternyata hanya berlangsung selama satu bulan, dan kemudian dibatalkan setelah banding di pengadilan tinggi.[57]
Biman Cargo
Biman juga mengoperasikan sebuah layanan kargo menggunakan ruang kargo yang berada di pesawat penumpangnya menuju fasilitas kapal kargo menuju destinasi internasional.[58] maskapai ini mendirikan Desa Kargo di Bandar Udara Internasional Shahjalal di mana kargo dikemas dan diberi label sebelum dimuat ke dalam pesawat.[59]
Saat industri kargo udara di Bangladesh tumbuh hingga 16.5% pada tahun fiskal 2003–04, operasi kargo Biman tetap berada dalam kondisi stagnan disaat operator swasta seperti Bismillah Airlines, Best Aviation dan Air Bangladesh menghasilkan pertumbuhan hingga 108% dari tahun sebelumnya. operator swasta mengalami peningkatan penguasaan pasar kargo hingga sebesar 10.6% dan menangani penanganan kargo sebanyak 24% dari total 99.000 ton kargo sedangkan Biman dan maskapai asing melihat penurunan penguasaan mereka hingga 4,6% dan 6,0%. Maskapai penerbangan asing menangani 47% dari total kargo sedangkan Biman menangani sisanya sebesar 29%.[60]
Seperti dalam layanan penumpang dan manajemen, korupsi juga terjadi di Biman Cargo. Sebuah investigasi pada tahun 2004 membuka tabir mengenai ketidaksesuaian dalam operasi Biman di Timur Tengah yang mengurangi pendapatan pemerintah hingga mencapai jutaan dolar. Petugas Biman di Dubai ditemukan telah memberikan keistimewaan saat menangani bagasi untuk menukarnya dengan uang suap.[61] Penyelundupan mata uang asing dan batangan emas dilaporkan terjadi di Desa Kargo Biman oleh pegawai Biman dan CAAB. Sejumlah penangkapan dilakukan namun pelaku kemudian dibebaskan karena kurangnya barang bukti dan tekanan dari Serikat Pekerja CAAB.[62]
Destinasi
Biman memiliki perjanjian layanan penerbangan dengan 43 negara, namun hanya mengoperasikan penerbangan menuju 16 negara, meninggalkan ruang besar untuk ekspansi akibat kekurangan pesawat.[63] MAskapai ini mengoperasikan penerbangan menuju beberapa destinasi di Timur Tengah, beberpaa destinasi di Asia Selatan dan Tenggara, dan dua destinasi di Eropa (Roma dan London). Maskapai asing berusaha memasuki rute Biman, terutama rute padat London–Dhaka, yang secara tradisional hanya dioperasikan oleh Biman dan British Airways (sebelum dihentikan pada tahun 2009)[64] secara langsung.[41] Tahun 2005, Air India membuka rute yang membuka diijinkan secara langsung tanpa transit antara London dan Dhaka yang menggunakan jatah kosong yang dimiliki oleh Biman setelah mengurangi operasi penerbangan London–Dhaka.[41][65] Maskapai lain juga berharap mendapatkan rute tersebut dari permasalahan Biman: United Airways dan Royal Bengal Airlines adalah dua makapai yang mengahrapkan mendapat jatah rute penerbangan langsung antara London dan Dhaka.[66][67]
New York dan Manchester
Dari tahun 1993 hingga 2006, Biman mengoperasikan penerbangan menuju Bandar Udara Internasional John F. Kennedy, New York, dari Dhaka melalui Brussels.[68] New York merupakan destinasi terjauh dan paling prestisius, dan berusaha tetap dipertahankan operasinya meskipun kerugian finansial besar dalam tiap penerbangannya untuk mempertahankan jatah mendarat di dalam AS, yang jika dihentikan, akan sulit untuk mendapatkannya kembali.[69]
Untuk mengurangi kerugian, Biman mengurangi layanannya menjadi sekali seminggu dan mengubah rutenya menjadi melaui Bandar Udara Manchester, britania, dengan sasaran meningkatnya kebutuhan perjalanan untuk komunitas ekspatriat Bangladesh di bagian utara Inggris. pada 8 April 2006, penerbangan perdana Biman menuju Manchester mendarat di Bandara Manchester Airport dalam rute menuju.[70] namun, Federal Aviation Administration (FAA) kemudian menempatkan CAAB imenjadi Kategori 2 (tidak memenuhi standard International Civil Aviation Organization) berdasarkan Program Asesmen Keselamatan Penerbangan Internasional-nya,[71] yang mengahruskan pembatasan tambahan bagi maskapai dari negara tersebut saat terbang menuju wilayah AS. Seorang mantan asisten direktur CAAB membuat sebuah penyataan yang menyakitkan mengenai CAAB dalam sebuah artikel opini di Aviatour, sebuah suplemen perjalanan dan wisata bulanan dan majalan berita Bangladesh Weekly Holiday.[72] Bagi Biman, hal ini berarti bahwa mereka masih dapat terbang menuju AS, namun tudak boleh memperluas atau mengubah rutenya, seperti ngubah tempat transit dari Brussels menjadi Manchester. FAA memberikan denda kepada Biman karena pelanggaran peraturan tersebut, dan penerbangan menuju New York dikembalikan melalui Brussels.[73]
FAA sudah memperingatkan Biman untuk menggantikan pesawat DC-10 yang sudah menua pada Desember 2005. Berdasarkan keterangan ahli, pesawat ini tidak memiliki perlengkapan cukup untuk dapat menyeberang Atlantik dengan selamat.[74][75] Pada 13 Mei 2006, FAA menolak ijin untuk Biman penerbangan BG011 (Dhaka–Dubai–Brussels–JFK) untuk memasuki wilayah udaranya, khawatir akan tingkat keselamatan dari pesawat DC–10 yang mengudara dalam rute tersebut.[76] Penerbangan kemudian dialihkan menuju Bandar Udara Internasional Montréal-Pierre Elliott Trudeau di Kanada, dimana penumpang menerima opsi alternatif maskapai lain untuk menyelesaikan perjalanannya.[77] Otoritas Kanada memeriksa pesawat tersebut dan memberikan ijin kondisi baik bagi pesawat setelah pesawat tersebut kembali menuju Dhaka tanpa penumpang. FAA kemudian mengakui kesalahan tersebut dan meminta maaf.[78][79]
Insiden ini mengakhiri rute tersebut, yang mengalami kerugian $80.000 tiap penerbangan, yang diakibatkan oleh penggunaan DC–10 yang sudah kuno.[80] Biman memutuskan untuk menghentikan rute tersebut persama dengan sejumlah rute regional dan domestik untuk mengurangi kerugian besar yang diterima oleh maskapai setiap bulan.[81] Namun, pada bulan Oktober 2007, Biman diarahkan oleh pemerintah sementara untuk membuka kembali penerbangan menuju New York. Biman mendapatkannya hingga 25 Oktober 2008 (diperpanjang dari tenggat waktu sebelumnya 23 Maret 2008) untuk membuka kembali penerbangan menuju bandara oleh otoritas bandara JFK, dan setelah itu mereka kehilangan jatah pedaratan secara permanen.[82] Biman berencana untuk membuka kembali rute Dhaka–Manchester–New York pda kuartal pertama tahun 2010 menggunakan sebuah Boeing 777–200ER sewaan. Ijin diperoleh dari pemerintah Britania Raya setelah pemeriksaan ASA antara Bangladesh dan Britania Raya.[83]
Penerbangan Haji
Ziarah tahunan Islam menuju Mekkah Al Mukarramah untuk haji dilakukan oleh ribuan penduduk Bangladesh yang populasinya didominasi oleh Muslim. Biman merupakan maskpai penerbangan tunggal Bangladesh yang diijinkan pemerintah untuk menyediakan penerbangan bagi Jamaah Haji menuju Bandar Udara Internasional King Abdulaziz, Jeddah. Setiap tahun, pembukaan penerbangan ini dihadiri oleh pegawai tinggi pemerintah, termasuk pada satu waktu, Perdana Menteri.[84][85]
Pada tahun 2002, pemerintah membuka layanan kepada operator swasta Air Bangladesh. Penerbangan swasta pertama ini mengalami penundaan, dimana kedua penerbangan keberangkatan dan kedatangan ditunda hingga selama sembilan hari, yang meneybabkan pemerintah Bangladesh mengembalikan hak monopoli kepada Biman.[85]
Penanganan Biman dalam penerbangan Haji juga mengalami banyak masalah. Tahun 2005, Menteri Negara Penerbangan Sipil dan Pariwisata mengundurkan diri setelah protes terhadap biaya penerbangan yang terlalu tinggi.[86] Tahun 2006, Biman tmelakukan langkan tidak biasa dengan menghilangkan kursi kelas bisnis untuk penerbangan khusus Haji untuk menampung lebih banyak penumpang kelas ekonomi.[87] Ketidakteraturan prosedur oleh Biro Haji menunda konfirmasi dari visa pada jemaah, dan Biman harus membatalkan 19 penerbangan akibat kurangnya jumlah penumpang. Saat situasi sudah diatasi, Biman tidak mampu memenuhi kebutuhan jumlah penerbangan untuk mengatasi penumpukan penumpang.[88][89]
Pada bulan Juni 2007, pemerintah sementara menyetujui kebijakan Haji untuk tiga tahun dengan sasaran menyelesaikan masalah yang terjadi selama dua tahun sebelumnya. Penerbangan haji juga mulai meninggalkan Bangladesh dari dua bandara internasional lainnya, Bandar Udara Internasional Shah Amanat dan Bandar Udara Internasional Osmani.[90] Biman melakukan tender untuk menyewa cepat dua pesawat untuk penerbangan Haji dan mencapai persetujuan dengan Phuket Air. Namun perjanjian dihentikan pada Agustus 2007 setelah Phuket Air meminta biaya tambahan sebesar 30% dibandingkan dengan persetujuan sebelumnya 10%.[91] Ausban Aeronautical Services dari Australia dipilih kemudian, setelah proses tender ulang, untuk mengisi kekosongan Phuket Air.[92]
Armada
Sebuah model Douglas Dakota dan Douglas DC-3 merupakan pesawat pertama dalam armada Biman.[15] Operasi domestik dimulai dengan pembelian empat pesawat Fokker F27 yang menerbangkan penumpang menuju Chittagong dan Sylhet dari basisnya di Dhaka. Segera setelah itu, sebuah Boeing 707, disewa dari British Caledonian, bergabung dengan armada maskapai, memungkinkan Biman untuk memulai penerbangan internasional. Tahun 1983, Biman membeli tiga pesawat Douglas DC-10 dari Singapore Airlines untuk menyediakan layanan untuk rute penerbangan jarak jauh.[7][15]
Selama lebih dari dua dekade, DC–10–30 merupakan satu-satunya pesawat berbadan lebar milik Biman dan malayani meskapai ini secara konsisten, dengan tanpa pernah mengalami masalah mekanik signifikan - yang kontras dengan catatan maskapai dalam penerbangan domestik. Penerbangan ini dilayani oleh Fokker F28 dan BAe ATPyang secara rutin masuk dalam bengkel perawatan karena masalah teknik. Dalam satu kecelakaan, seorang menteri pemerintah terpaksa meninggalkan sebuah penerbangan dan harus melakukan perjalanan darat saat dia mengetahui bahwa pesawat tersebut adalah sebuah BAe ATP.[93] Pada Januari 2003, Biman menyewa dua Boeing 737–300 yang digunakan dalam rute domestik dan regional selama 18 bulan.[27] Pesawat ini menjadi pengganti bagi BAe ATP.
Pada pertengahan dekade 1990an, Biman mengubah pilihan maskapai untuk penerbangan jarak jauh dengan menggunakan pesawat seri Airbus. Dua Airbus A310 baru bergabung dengan armada Biman pada tahun 1996 diikuti oleh satu pesawat lagi tahun 2000. Namun pesawat ini tidak pernah menggantikan armada DC–10 yang sudah menua, meskipun pesawat tersebut telah dilarang oleh beberapa negara (terutama AS) karena masalah keselamatan. Maskapai mengoperasikan sendiri fasilitas perawatan dan perbaikan di Bandar Udara Internasional Shahjalal, di mana mereka melakukan semua pekerjaan perawatan bagi pesawat F28, dan C-Checks bagi DC–10–30 dan A310–300.[94]
Saat ini
Armada Biman Bangladesh Airlines terdiri dari pesawat sebagai berikut (pada Januari 2011):[47][95]
Pesawat | Dalam armada | Pesanan | Opsi | Penumpang | catatan | Corak | ||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
C | Y | Total | baru | lama | ||||||
Airbus A310-324 | 3 | 0 | 0 | 25 | 198 | 223 | 0 | 1 | ||
Boeing 737-800 | 2 | 2 | 2 | 0 | 177 | 177 | Dua yang ada disewa dari GECAS. Pesawat baru akan dikirim tahun 2015 |
2 | 0 | |
Boeing 777-300ER | 0 | 4 | 0 | TBA | Masuk layanan: Oktober 2011 (2), 2012 (2) | TBA | ||||
Boeing 787-8 | 0 | 4 | 0 | TBA | Masuk layanan: 2016-2020 | TBA | ||||
DC-10 | 4 | 0 | 0 | 25 | 264 | 289 | akan digantikan oleh Boeing 777 | 0 | 4 | |
Total | 9 | 12 | 10 | Update terakhir: 20 Januari 2010 | 4? | 7? |
Sejarah armada
|
Modernisasi
McDonnell Douglas DC-10 dan Airbus A310-300 merupakan armada internasional utama dari Biman. Fokker F28 merupakan armada yang lain yang digunakan untuk penerbangan domestik dan regional.[96] Armada Biman merupakan dua pesawat Douglas DC–10 terakhir yang masuk dalam jalur produksi (l/n 445), dan hanya tiga Airbus A310–300 yang lain yang diproduksi setelah pembelian Biman untuk dua Airbus A310 baru pada tahun 1996.[97] Penambahan terakhir Biman untuk armadanya adalah dua Fokker F28–4000 yang dibeli dari PBair tahun 2004 senilai $2,91 juta.[98] Kedua pesawat ini dibangun pada tahun 1977, membuat pembelian pesawat Biman terakhir adalah pesawat tertua di armadanya.[99]
Armada yang menua menyebabkan Biman mengalami kesulitan dalam mempertahankan jadwal penerbangannya, karena pesawat sering mengalami masalah mekanik, yang menimbulkan penundaan dan pembatalan penerbangan.[41][100] Sejumlah pesawat masih dilarang terbang karena mengalami kekurangan suku cadang karena sudah tidak dibuat lagi dan sulitnya memperoleh suku cadang bekas.[101]
Tahun 2000, Biman mengajukan proposal untuk pembelian empat pesawat berbadan lebar untuk menggantikan DC–10, namun rencana untuk memperbarui armada beserta dengan rencana privatisasi maskapai ditolak oleh pemerintah.[102] Usaha lebih lanjut dilakukan pada tahun 2005 untuk membeli pesawat baru dan rencana diberikan untuk membeli sepuluh pesawat berbadan lebar baru buatan Airbus dan Boeing dengan biaya total sebesar $1 milyar.[103] Boeing berencana untuk mebiayai pembelian dengan jaminan yang diberikan oleh pemerintah Bangladesh. Setelah penundaan birokrasi dan kecilnya komitmen pemerintah, Boeing kehilangan ketertarikan dan rencana tersebut dibatalkan.[101] Usaha yang sama untuk membeli pesawat jarak menengah untuk rute penerbangan domestik juga ditunda.[104]
Pada bulan Maret 2007, Biman melakukan tender untuk penyewaan jangka panjang dari dua pesawat Airbus A310-300 dan dua Airbus A300-600 selama dua tahun.[105] Satu-satunya perusahaan yang menanggapi proses tender ini adalah Star Aviation dari Uni Emirat Arab (UAE).[106]
Setelah Biman menjadi perseroan terbatas terbuka, usaha pembaruan dilakukan untuk membeli pesawat generasi baru demi menggantikan armadanya yang telah menua. Pada November 2007, Boeing memberikan tawaran untuk memasok Biman dengan empat Boeing 777-200 (dengan opsi dua pesawat) untuk dikirimkan pada tahun 2013 dan empat Boeing 787-8 Dreamliners (dengan dua opsi lagi) yang akan dikirimkan pada tahun 2017 dan menyediakan pesawat yang sama dalam bentuk sewa untuk mengisi kekosongan dimulai pada tahun 2009. Harga rata-rata dari pesawat tersebut adalah $165 juta. Airbus juga membuat penawaran untuk memasok empat pesawat seri Airbus A320 atau Airbus A330 dengan harga jauh lebih murah daripada yang ditawarkan Boeing. Untuk mengatur armada dalam jangka pendek, Biman membuka terder lagi pada Januari 2008 untuk membeli/sewa jangka panjang dua pesawat Airbus A310-300 bekas.[107]
Pada 10 Maret 2008, manajemen Biman membuka rencana untuk membeli delapan pesawat berbadan lebar next-generation dari Boeing Commercial Airplanes dengan biaya total $1,26 juta. Delapan pesawat tersebut meliputi empat Boeing 777-300ER (dengan harga rata-rata $182.9 juta per unit) akan dikirimkan pada tahun 2013 dan empat Boeing 787–8 Dreamliners ($133.31 juta per unit) untuk bergabung dengan armada Biman pada tahun 2017. Boeing 777-300ER akan memiliki kapasitas tempat duduk 463 sedangkan Dreamliners berkapasitas 294.[107]
Sebuah nota kesepahaman ditandatangani dengan Boeing pada bulan Maret 2008, dengan pembayaran awal senilai $1,54 juta oleh Biman.[108] Dengan nilai sekarang EXIM bank dari AS akan membiayai 85%, dengan sindikat bank lokao akan membiayai sisa pembelian. Dalam masa antara, Boeing setuju untuk menyewakan empat pesawat Boeing 777-200ER kepada Biman dimana dua diantaranya akan dikirimkan pada tahun 2009 dan dua sisanya akan dikirimkan pada tahun 2010. Segera sesudahnya, Biman juga menandatangani perjanjian dengan Boeing untuk membeli dua pesawat Boeing 737-800 untuk operasi domestik yang akan dikirimkan pada tahun 2015.[109]
Tahun 2008, Biman menyewa cepat sebuah pesawat 542-kursi Boeing 747-200 dari Kabo Air di Nigeria selama enam bulan untuk mengoperasikan penerbangan menuju Arab Saudi dan UAE.[110] Pesawat 512-kursi Boeing 747-300 yang lain disewa dari Orient Thai Airlines.[111]
Tahun 2009, Biman menandatangani perjanjian dengan EuroAtlantic Airways untuk menyewa dua Boeing 777-200ER untuk menutupi masa jeda sebelum pengiriman perdana Boeing 777-300ER tahun 2011. Salah satu pesawat akan digunakan untuk mebuka kembali penerbangan Dhaka–Manchester–New York sedangkan yang lain akan digunakan untuk layanan menuju Eropa. Pesawat pertama dikirimkan pada Januari 2010, dilengkapi dengan corak baru yang diperkenalkan pada bulan November 2009. Biman telah memastikan pemesanan 10 pesawat dari Boeing, terdiri dari empat 777-300ER, empat 787-8, dan dua 737-800, bersama dengan 10 opsi.[112][113]
Referensi
- ^ a b "Frequent Flyer Programme". Biman Bangladesh Airlines. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ "Executive Directors". Biman Bangladesh Airlines. Diakses tanggal 7 March 2010.
- ^ a b "Biman turns public limited company". The Daily Star. 24 July 2007. Diakses tanggal 24 July 2007.
- ^ "Airports". Banglapedia. Asiatic Society of Bangladesh. Diakses tanggal 30 May 2007.
- ^ Tasneem Siddiqui. "International labour migration from Bangladesh: A decent work perspective" (PDF). International Labour Office, Geneva. Diakses tanggal 9 September 2007.
- ^ a b "Biman Star Ranking". Skytrax. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ a b "Biman Bangladesh Airlines". Banglapedia. Diakses tanggal 4 September 2007.
- ^ "First Schedule (Article 47)". Government of the People's Republic of Bangladesh. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 September 2007. Diakses tanggal 4 September 2007.
- ^ a b c d e The History of Biman Bangladesh Airlines. Jatree, Page 6. Biman Bangladesh Airlines. January–March 1987.
- ^ "Airports". Banglapedia. Diakses tanggal 4 September 2007.
- ^ "Biman staff threaten to stop all air services on Sept 7". The New Age. 4 September 2006. Diakses tanggal 9 September 2007.
- ^ "Contact Us." Biman Bangladesh Airlines. Retrieved on 1 March 2010.
- ^ "On the Ground." Biman Bangladesh Airlines. Retrieved on 1 March 2010.
- ^ "A unique junkyard sculpture". The New Age. 10 September 2006. Diakses tanggal 9 September 2007.
- ^ a b c d "Biman at height of flight disarray". The Daily Star. 26 November 2005. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaASNBiman
- ^ a b c d e f g h i j k l The History of Biman Bangladesh Airlines. Jatree. Page 7. Biman Bangladesh Airlines. January–March 1987.
- ^ a b The History of Biman Bangladesh Airlines. Jatree. Page 8. Biman Bangladesh Airlines. January–March 1987.
- ^ "49 Die in Bangladesh As Plane Plunges". New York Times. 6 August 1984. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Biman loses Tk 836cr in first 10 months of 2005–06 fiscal". The New Age. 12 June 2006. Diakses tanggal 20 September 2007.
- ^ "No plan to tackle critical problems". The Bangladesh Monitor. 1 June 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 April 2008. Diakses tanggal 10 June 2007.
- ^ "Amendment of section 5 of Ord. XIX of 1977". The Heidelberg Bangladesh Law Translation Project, from Bangladesh Gazette, Extraordinary. 1 August 1987. Diakses tanggal 16 September 2007.
- ^ "Nothing impossible in Biman purchase". The Daily Star. 8 October 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Airline's 'lonely hearts' tactic". BBC News. 30 August 2006. Diakses tanggal 7 September 2007.
- ^ "Government that Works: Reforming the Public Sector" (PDF). Private Sector Development & Finance Division, Country Department 1: South Asia Region. 10 July 1996. Diakses tanggal 13 September 2007.
- ^ "Annual Report 1999, Office of the Comptroller and Auditor General of Bangladesh" (PDF). Government of the People's Republic of Bangladesh. 1999. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 14 April 2008. Diakses tanggal 13 September 2007.
- ^ a b Imran Asif (16 March 2007). "Clipping the wings". The Daily Star. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "35 Biman staff sent on forced retirement". The Daily Star. 28 March 2007. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Economic Review 2005" (PDF). Bangladesh Ministry of Finance. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 8 May 2007. Diakses tanggal 9 June 2007.
- ^ "Transport and Communication Review 2007" (PDF). Bangladesh Ministry of Finance. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 28 September 2007. Diakses tanggal 9 June 2007.
- ^ "Biman's call for strategic partner flops". The New Age. 18 November 2006. Diakses tanggal 10 June 2007.
- ^ "Biman offers its staff voluntary retirement". The Daily Star. 6 June 2007. Diakses tanggal 8 June 2007.
- ^ a b "Over 2,100 Biman staff want to quit voluntarily". The Daily Star. 21 June 2007. Diakses tanggal 29 August 2007.
- ^ "1863 Biman staff sent into retirement". South Asian Media Net. 3 July 2007. Diakses tanggal 29 August 2007.
- ^ "Biman's PLC plan delayed by 3 weeks". The Daily Star. 26 June 2007. Diakses tanggal 26 June 2007.
- ^ a b "Biman starts journey as public limited company". The Daily Star. 1 August 2007. Diakses tanggal 29 August 2007.
- ^ Rashidul Hasan (17 June 2009). "Offload 49pc share of Biman to NRBs". The Daily Star. Diakses tanggal 4 April 2010.
- ^ "Zahed Kuddus new Biman CEO". Financial Express. 17 September 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ a b "Ex-Biman men form body to float private airline". The Daily Star. 1 September 2007. Diakses tanggal 3 September 2007.
- ^ "Ex-Biman workers to float private airline". India eNews. 7 June 2007. Diakses tanggal 4 September 2007.
- ^ a b c d "Biman flight schedule about to crash-land". The Daily Star. 3 August 2007. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Int'l airports warn Biman of boycott". The Daily Star. 2 November 2007. Diakses tanggal 2 November 2007.
- ^ "Biman gets conditional slot at Heathrow until Oct '08". The Daily Star. 11 November 2007. Diakses tanggal 13 November 2007.
- ^ "Biman flight denied landing at Heathrow". The Daily Star. 3 September 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ Robertson, David (10 September 2008). "Punctuality at Heathrow deteriorates". The Times. London. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ Rashidul Hasan (30 August 2009). "UN staff asked to skip Biman". The Daily Star. Diakses tanggal 6 February 2010.
- ^ a b "Biman Bangladesh Fleet Facts". Biman Bangladesh Airlines. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ Sam Chui (27 December 2006). "Biman Bangladesh DC10 Trip Report". Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ "Biman Airline's In-flight Magazine". Major Media. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ "Digonto". Biman Bangladesh Airlines. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ "Biman Passenger Opinions". Skytrax. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ "Airline Star Ranking Grades". Skytrax. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ "Biman in-flight video". Biman Bangladesh Airlines. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ "Biman in-flight audio". Biman Bangladesh Airlines. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ "Amadeus ties up with Biman Bangladesh Airlines for e-ticketing". Amadeus. 12 April 2007. Diakses tanggal 20 September 2007.
- ^ "Biman asks travel agents not to use Amadeus system for ticket booking". The Daily Star. 17 December 2005. Diakses tanggal 16 September 2007.
- ^ "Biman resumes ticketing thru' Amadeus". The Daily Star. 24 January 2006. Diakses tanggal 20 September 2007.
- ^ "Biman Cargo". Biman Bangladesh Airlines. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ Porimol Palma (13 April 2008). "Govt mulls private management for ZIA's cargo village". The Daily Star. Diakses tanggal 7 March 2010.
- ^ "Private cargo operators fly high". The Daily Star. 13 September 2004. Diakses tanggal 19 September 2007.
- ^ "Biman probe finds huge cargo graft". The Daily Star. 17 July 2004. Diakses tanggal 20 September 2007.
- ^ "Syndicates use ZIA as transit for smuggling". The New Nation. 14 January 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 November 2007. Diakses tanggal 20 September 2007.
- ^ "Steps to make Biman PLC by June approved". The Daily Star. 20 May 2007. Diakses tanggal 22 May 2007.
- ^ Mark Frary (7 November 2008). "British Airways to reduce Gatwick services, cut Kolkata and Dhaka routes". The Times. London. Diakses tanggal 8 February 2010.
- ^ "Air India introduces new flight linking Delhi–Dhaka and Dhaka–Kolkata–London". Air India. 18 June 2005. Diakses tanggal 2 September 2007.
- ^ Rashidul Hasan and Sarwar A Chowdhury (20 February 2008). "Private airlines take off, aim higher". The Daily Star. Diakses tanggal 16 March 2010.
- ^ "Royal Bengal Airline: Overview and Strategy". Royal Bengal Airline. Diakses tanggal 16 March 2010.
- ^ "Biman makes its last flight to NY today". The Daily Star. 29 July 2006. Diakses tanggal 17 June 2007.
- ^ "Biman to reroute NY flight to halve loss". The Daily Star. 5 March 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Manchester Airport Reports and Images". Ringway Reports. 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 September 2007. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "International Aviation Safety Assessment Program". FAA. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "What is happening to flight safety?". Weekly Holiday. 26 September 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 September 2007. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Biman to suspend NY flights in June". New Age. 4 May 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Biman not to continue flight to New York". New Age. 27 July 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Biman in a ferrango". The Bangladesh Today. 17 May 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 November 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Bangladesh flight banned entry into US over safety issues". Aero-News Network. 15 May 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "CAAB warned of poor aircraft maintenance". The Daily Star. 16 May 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "U.S. Apologizes Again To Bangladesh For Barring Aircraft Landing". All Headline News. 17 May 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "US says Biman landing ban was a mistake". Aero-News Network. 17 May 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Bangladesh Biman hits the buffers". BBC News Online. 16 May 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Saturday saw the last DC 10 Dhaka–New York flight". New Age. 30 July 2006. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "Biman's domestic flights partly restored". The Daily Star. 6 March 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ "More flights to UK". The Daily Star. 8 January 2010. Diakses tanggal 6 February 2010.
- ^ "Khaleda opens Hajj flights". The New Nation. 11 December 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2007. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ a b "Stranded pilgrims fly out of Dhaka". BBC News. 7 February 2002. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Mir Nasir resigns". The New Nation. 17 November 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2007. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Biman prepares for smooth hajj flights". New Age. 13 November 2006. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Foreign airlines won't offer extra flights for Hajj pilgrims". New Age. 11 December 2006. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Hajj still uncertain for thousands of pilgrims". BangladeshNews.com.bd. 16 December 2006. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "3-yr National Hajj Policy okayed". The Daily Star. 17 June 2007. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Phuket scraps hajj deal with Biman". The Daily Star. 5 August 2007. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Australian pvt airline chosen for hajj trips". The Daily Star. 27 August 2007. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Scared minister skips ATP flight, drives to Syedpur". The Daily Star. 15 October 2003. Diakses tanggal 1 June 2007.
- ^ "Corporate profile". Biman Bangladesh Airlines. Diakses tanggal 9 June 2007.
- ^ "Biman Bangladesh Airlines Fleet". Diakses tanggal 7 January 2011.
- ^ "Aircraft Registration History". AirFrames.org. Diakses tanggal 29 May 2007.
- ^ "Biman's obsolete planes". The Daily Star. 2 November 2005. Diakses tanggal 29 May 2007.
- ^ "Air Operators in Thailand". Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 March 2008. Diakses tanggal 29 May 2007.
- ^ "Biman set to purchase two old F–28s". 27 February 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 April 2007. Diakses tanggal 29 May 2007.
- ^ "Biman's 3 flights delayed for 40 hours: Passengers stranded at Shahjalal International without food, shelter". The New Nation. 7 July 2007. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ a b "Replacing age-old fleet must for saving Biman". The Daily Star. 10 July 2007. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Biman seeks aircraft proposals". Flight International. 18 July 2000. Diakses tanggal 29 May 2007.
- ^ "Bangladesh Biman plans fleet renewal". The Independent (Bangladesh). 29 May 2005. Diakses tanggal 29 May 2007.
- ^ "Biman tender stalled for 8 months by a lobby". The Daily Star. 30 September 2005. Diakses tanggal 30 August 2007.
- ^ "Dry Lease of two A310-300 and two A300-600 Aircraft". Central Procurement Technical Unit. Diakses tanggal 25 May 2007.
- ^ "UAE firm lone bidder in Biman tender". The News. 11 May 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 September 2007. Diakses tanggal 14 May 2007.
- ^ a b "Biman to buy 8 aircraft". The Daily Star. 11 March 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ "Biman seals deal with Boeing for 10 planes". The Daily Star. 27 June 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ "Biman strikes deal with Boeing in 2 weeks". The Daily Star. 30 May 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ "Biman leases Boeing-747 from Nigeria". The Daily Star. 10 March 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ "Biman receives leased aircraft". The Daily Star. 1 July 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ "Boeing, Biman Bangladesh Airlines Sign Deal for 777s, 787s". Boeing. 22 April 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.
- ^ "Bangladesh national carrier adds two Next-Generation Boeing's 737-800s to recent order for four 777–300ERs and four 787-8 Dreamliners". Boeing. 25 June 2008. Diakses tanggal 24 September 2008.