Dehidroepiandrosteron
Dehidroepiandrosteron (bahasa Inggris: Dehydroepiandrosterone, Dehydroepiandrosterone sulfate, 3β-Hydroxy-5-androsten-17-one, 3β-Hydroxyandrost-5-en-17-one, 5-androsten-3β-ol-17-one, 3β-hydroxy-5-androsten-17-one, 3beta-hydroxy-androst-5-en-17-one, 3β-Hydroxy-D5-androsten-17-one, 3β-Hydroxyandrost-5-en-17-one, 3β-Hydroxyandrost-5-ene-17-one, 3β-hydroxy-etioallocholan-5-ene-17-one, 5-Androsten-3β-ol-17-one, C19 steroid, mother steroid, prasterone, DHEA, DHAS, DHEA-enanthate, DHEA-FA, DHEA-S, DHEAS, DS, 7-KETO DHE, 7-oxo-DHEA,) merupakan steroid endogenus[1] yang disekresi oleh kelenjar adrenal sebagai prekursor dari hormon androgen dan estrogen,[1] dan memiliki efek neurosteroid.[2]
Oleh karena penurunan sekresi endogenus DHEA dari kelenjar adrenal dikaitkan dengan efek penuaan, banyak orang memenuhi kekurangan tersebut dengan konsumsi suplemen DHEA eksogenus dan bahkan menyebut hormon ini sebagai “fountain of youth hormone.”[3] Dosis yang dipergunakan biasanya sekitar 50 mg/hari untuk wanita dan 100 mg/hari bagi pria, meskipun aspek fisiologis dosis tersebut belum akurat benar.
Saat ini DHEA telah tersedia hampir di mana pun sebagai makanan suplemen di Amerika Serikat yang tidak selalu berada di bawah regulasi FDA. Sebelumnya DHEA pernah dipasarkan sebagai bahan untuk menurunkan berat badan, sebelum akhirnya dilarang oleh FDA pada tahun 1985. Penggunaan DHEA masih dilarang oleh International Olympic Committee and the National Collegiate Athletic Association, namun oleh karena Dietary Supplement Health and Education Act of 1994, DHEA kembali tersedia sebagai makanan kesehatan kecuali FDA dapat membuktikan bahwa konsumsi DHEA membahayakan kesehatan.
Oleh karena DHEA dipasarkan sebagai suplemen nutrisi di Amerika Serikat sehingga tidak memerlukan berbagai tes klinis guna memperoleh persetujuan FDA, produk yang dipasarkan tidak harus mengikuti prosedur kendali mutu yang ketat seperti yang biasa diperlakukan bagi produk obat sebelum dipasarkan. Oleh sebab itu, penggunaan DHEA sebagai konsumsi suplemen, dianjurkan untuk tidak digunakan pada penderita diabetes, aterosklerosis, obesitas, lupus dan artritis.
DHEA dipasarkan dengan nama dagang antara lain, Prastera, Prasterone, Fidelin dan Fluasterone.
DHEA mengikat pada pencerap androgen secara langsung, begitu pula dengan metabolitnya, seperti DHEA-S, 7α-OH-DHEA, 7β-OH-DHEA, 7-oxo-DHEA, Adion, dan Adiol.[4] Rasio DHEA dapat menurun setelah usia 30 tahun, dan pada penderita anoreksia, penyakit ginjal tahap akhir, NIDDM, AIDS, kelainan pada kelenjar adrenal, dan karena pengaruh kimiawi seperti insulin, kortikosteroid, asam opiat dan danazol.[1]
Biosintesis
DHEA merupakan steroid C-19 alami yang terdapat pada kelenjar adrenal dan merupakan produk turunan dari kolesterol pada lintasan Δ5-steroidogenik yang mempertahankan ikatan kovalen ganda pada nomer atom C-5 dan C-6, dan dikatalisasi oleh mono-oksigenase dengan aktivator CYP dan hidroksisteroid dehidrogenase.[3] Kolesterol dikonversi P450scc atau P45011A1 menjadi pregnenolon, kemudian dikonversi lebih lanjut oleh 3β-HSD menjadi progesteron, lalu dikonversi oleh P450C17 menjadi adion. Pregnenolon juga dapat dikonversi langsung oleh P450C17 melalui proses hidroksilasi menjadi DHEA.
DHEA kemudian disekresi dari zona retikularis pada korteks adrenal dibawah regulasi hormon ACTH dan faktor hipofisis lain. Sekitar 75-90% sirkulasi DHEA di dalam tubuh merupakan hasil sekresi korteks adrenal, sisanya merupakan sekresi kelenjar testis dan ovarium.
Setelah disintesis, kelebihan DHEA disimpan pada sirkulasi tubuh dalam bentuk sulfat hidrofilik, DHEA 3β-sulfat (DHEA-S), dengan reaksi interkonversi yang dipercepat oleh enzim golongan hidroksisteroid sulfatase yaitu DHEA sulfotransferase dan steroid sulfatase. Namun bentuk non sulfat tetap merupakan protein prekursor yang digunakan pada sintesis hormon steroid.
Pada manusia, rasio plasma DHEA berada pada rentang 1-4 ng/mL atau sekitar 0,003−0,015 μM, namun kadar plasma DHEA-S berada sekitar 250-500x lipat, pada rentang ~3−10 μM. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan laju ekskresi diantara keduanya. DHEA diekskresi renal jauh lebih banyak daripada DHEA-S, sehingga waktu paruh DHEA di dalam sirkulasi darah sekitar 1-3 jam, sedangkan DHEA-S memiliki waktu paruh sekitar 10-20 jam. Perbedaan laju ekskresi juga dipengaruhi oleh karakteristik ikatan yang dibentuk kedua senyawa tersebut terhadap protein, misalnya DHEA mengikat albumin dengan lemah, sementara DHEA-S mengikat dengan sangat kuat.
Metabolisme
Studi evaluasi tentang pencerap spesifik yang mengikat DHEA sebagai ligan merupakan topik yang sangat menarik selama lebih dari 20 tahun. Setelah beberapa studi mengungkap adanya protein di dalam hati yang mencerap DHEA, dalam 10 tahun ini serangkaian pencerap orfan sering disebut bereaksi dengan DHEA atau dengan beberapa metabolitnya dalam reaksi saling mengikat atau terjadi aktivasi pada pencerap ini.
Pencerap PPA-alfa
Pada tahun 1987, sebuah studi pada tikus yang diberikan dehidroepiandrosteron asetat menunjukkan peningkatan jumlah dan ukuran peroksisom. Studi lain pada tahun 1989 dengan rasio asupan DHEA sekitar 0,45% menunjukkan pengurangan berat tubuh dan lemak. Kedua hal ini dimengerti sebagai pertumbuhan rasio berat hati terhadap berat tubuh, yang dianggap merupakan simtoma hipertrofi yang terjadi pada hati. Pada studi lebih lanjut ditemukan bahwa asupan DHEA pada tikus menginduksi peningkatan metabolisme mikrosomal pada hati seperti lintasan asam laurat dengan P4504A hingga 17x lipat, lintasan 6β- dan 16β hidroksilasi dari adion dan testosteron dengan P4503A hingga 3-6x lipat, dan penurunan 16α-hidroksilasi adion dan testosteron dengan P4502C11 hingga 80%.
Rujukan
- ^ a b c (Inggris)"DHEA". MedlinePlus. Diakses tanggal 2010-06-18.
- ^ (Inggris)"Neuroactive steroids". Section on Molecular Pharmacology, National Institute of Mental Health; Paul SM, Purdy RH. Diakses tanggal 2010-06-18.
- ^ a b (Inggris)"THE BIOLOGICAL ACTIONS OF DEHYDROEPIANDROSTERONE INVOLVES MULTIPLE RECEPTORS". Department of Biochemistry & Molecular Biology, University of Louisville School of Medicine; Stephanie J. Webb, Thomas E. Geoghegan, and Russell A. Prough. Diakses tanggal 2011-05-08.
- ^ (Inggris)"Dehydroepiandrosterone and its metabolites: Differential effects on androgen receptor trafficking and transcriptional activity". Department of Biological Sciences, Lehigh University; Qianxing Mo, Shi-fang Lu dan Neal G. Simon. Diakses tanggal 2010-06-18.