Irwandi Yusuf

politisi Indonesia

Irwandi Yusuf atau lengkapnya drh. Irwandi Yusuf M.Sc. (lahir 2 Agustus 1960) adalah Gubernur Provinsi Aceh sekarang ini. Bersama wakilnya, ia dilantik pada 8 Februari 2007 oleh Menteri Dalam Negeri Mohammad Ma'ruf di hadapan 67 anggota DPR Aceh.

Irwandi Yusuf
Gubernur Aceh 21
Mulai menjabat
8 Februari 2007
WakilMuhammad Nazar
Sebelum
Pendahulu
Mustafa Abubakar (Pejabat Sementara)
Pengganti
Petahana
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir2 Agustus 1960
Partai politikIndependen
ProfesiDosen
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Hadir dalam pelantikan itu adalah Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil dan sejumlah anggota DPR-RI seperti Ferry Mursidan Baldan, Ahmad Farhan Hamid, serta Nasir Djamil. Undangan dari luar negeri di antaranya Duta Besar Inggris, Duta Besar Kanada, Duta Besar Finlandia, serta Wakil Duta Besar Amerika Serikat. Perwakilan sejumlah lembaga internasional, seperti Bank Dunia dan Uni Eropa juga hadir.

Setelah pelantikan, bersama wakil gubernur, Irwandi menghadiri pesta peusijuk atau tepungtawar yang dihadiri sekitar 5000 orang di Taman Ratu Safiatudin (Kota Banda Aceh). Tokoh-tokoh GAM dan Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA) dari berbagai daerah hadir dalam acara pelantikan. Tokoh GAM tua Malik Mahmud dan Usman Lampoh Awe juga hadir. Masa jabatan Irwandi sendiri direncanakan berakhir pada 2012.

Sebelumnya, dengan dukungan aktifis SENTRAL INFORMASI REFERENDUM ACEH (SIRA) yang memiliki jaringan di setiap Gampong (Desa/Kelurahan) di Aceh dan Para mantan pejuang ASNLF (GAM) ia bersama Muhammad Nazar, S. Ag. Ketuha Presidium SIRA memenangi Pilkada NAD 2006 yang dilaksanakan pada 11 Desember 2006 yang menghantarkan pasangan calon independen (non-partai) ini sebagai pasangan Kepala Daerah pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat daerah. Muhammad Nazar sebelum berpasangan dengan Irwandi adalah pasangan dari Tgk Nashiruddin bin Ahmed, pasangan ini merupakan pasangan kandidat hasil dari Duek Pakat Bansa Acheh Ban Sigom Donja (Pertemuan Bangsa Aceh Se-dunia), pada 20-21 Mei 2006 di Gedung Dayan Dawood di Banda Aceh. Dalam acara sejenis konvensi calon gubernur itu, Teungku Nashiruddin terpilih sebagai kandidat gubernur, dan Muhammad Nazar sebagai calon Wakilnya, mengungguli pasangan calon kandidat Hasbi Abdullah dengan Humam Hamid, yang dijagokan oleh elite GAM. Namun, kerana beberapa sebab Nashiruddin mengundurkan diri.

Biografi

Semenjak kecil, ia terpesona dengan ilmu pertanian. Setelah tamat sekolah diniyah, dia melanjutkan ke Sekolah Penyuluhan Pertanian di Saree dan kuliah di Faktultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Setelah meraih gelar kedokteran hewan (1987), dia menjadi dosen sejak tahun 1989 untuk jurusan yang sama hingga terpaksa ditinggalkannya karena tampil sebagai kandidat kuat gubernur pada pilkada 2006. Pada 1993, ia memperoleh beasiswa untuk melanjutkan S-2 pada College of Veterinary Medicine State University (Universitas Negeri Oregon), Amerika Serikat.

Dia juga merintis berdirinya lembaga swadaya Fauna dan Flora Internasional pada 1999-2001 dan pernah bekerja di Palang Merah Internasional (ICRC) pada tahun 2000. Selain sebagai senior Representative GAM (TNA) untuk Misi Pemantau Aceh (AMM). Ia masuk Gerakan Aceh Merdeka atau GAM dan dipercaya menduduki posisi Staf Khusus Komando Pusat Tentara GAM selama 1998-2001. Rekan sesama dosen sampai terheran-heran dengan langkah pindah haluan 180 derajat itu.

Seorang teman bertanya kepadanya, "Kamu orang pandai, kenapa masuk GAM?" Mendengar pertanyaan itu, ia balik bertanya, "Saya yang kamu bilang pandai saja masuk GAM, kamu tunggu apa lagi?" Akibat sikapnya itu, ia kemudian berurusan dengan aparat keamanan dan ditangkap pada awal 2003. Ia divonis 9 tahun dalam kasus Makar.

Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 melepaskan dirinya dari penjara Keudah, Banda Aceh. Ia melarikan diri ke Finlandia. Banyak orang mengira riwayat hidupnya sudah tamat. Ternyata, ia dipercaya petinggi GAM di Swedia sebagai Koordinator Juru Runding GAM. Saat rapat pertama di Aceh Monitoring Mission, dia tampil sebagai koordinator Juru Runding GAM di Aceh (2001-2002).

"Mungkin karena isi buku Singa Aceh yang begitu melekat di kepala, saya kemudian masuk GAM," kata Irwandi kepada wartawan Tempo pada Desember 2006. Ia yang tak mewakili partai manapun sudah membaca buku itu semenjak berumur tujuh tahun. Cerita tentang kepahlawanan tokoh-tokoh Aceh di masa kerajaan itu seperti menembus waktu dan merasuk dalam dirinya. Inspirasi dari para tokoh Aceh tersebut membuat pilihannya berjuang bersama GAM daripada menjadi dokter hewan.

Hasil penghitungan cepat (quick count) yang dilakukan PT Lingkaran Survei Indonesia (LSI) bekerja sama dengan Jaringan Isu Publik (JIP) menunjukkan keunggulan suaranya atas pasangan-pasangan lain. Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar menempati urutan teratas perolehan suara sebesar 39,27%[1]. Pada 29 Desember 2006, KIP Aceh mengumumkan penghitungan resmi akhir pemilihan kepala daerah dan ia berhasil memenanginya.

Dengan 768.745 suara (38,2 persen), ia unggul atas saingan-saingannya dan berhak menjabat untuk periode 2007-2012. Suara yang sah masuk mencapai 2.012.370, sedang suara tidak sah mencapai 158.643. Rekapitulasi hasil penghitungan suara ditetapkan Komisi Independen Pemilihan atau KIP di Banda Aceh. Pasangan ini memenangi perolehan suara di 15 dari 21 kabupaten/kota di Aceh. Namun, kalah di Kota Banda Aceh, Kabupaten Pidie, Aceh Tengah, Bener Meriah, Singkil, dan Aceh Tamiang.

Kunjungan ke Jakarta

Pada 11 Januari 2007, bersama wakilnya, ia diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden (Jakarta). Presiden didampingi Menko Polhukam Widodo AS, Menko Perekonomian Boediono, dan Menko Kesra Aburizal Bakrie. Sedang, selain wakilnya, ia didampingi Plt Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Mustafa Abubakar.

Sebelumnya, ia bertemu dengan Menko Polhukam dan Mendagri Muhammad Ma'ruf. Ia juga bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Pada kesempatan itu, ia meminta agar komitmennya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dipersoalkan karena sudah jelas dan sudah ditandatangani dalam Nota Kesepahaman Helsinki pada 15 Agustus 2005.

Pranala luar

Didahului oleh:
Mustafa Abubakar (Pejabat Gubernur)
Gubernur Aceh
8 Februari 2007–Sekarang
Diteruskan oleh:
Sedang Menjabat