Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada bulan Agustus 1945, tahap akhir Perang Dunia Kedua. Dua operasi pengeboman yang menewaskan sedikitnya 129.000 jiwa ini merupakan penggunaan senjata nuklir masa perang untuk pertama dan terakhir kalinya dalam sejarah. Tanggal 6 Agustus, A.S. menjatuhkan bom atom uranium jenis bedil (Little Boy) di Hiroshima. Tiga hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus, A.S. menjatuhkan bom plutonium jenis implosi (Fat Man) di Nagasaki. Dalam kurun dua sampai empat bulan pertama setelah pengeboman terjadi, dampaknya menewaskan 90.000–146.000 orang di Hiroshima dan 39.000–80.000 di Nagasaki; kurang lebih separuh korban di setiap kota tewas pada hari pertama. Pada bulan-bulan seterusnya, banyak orang yang tewas karena efek luka bakar, penyakit radiasi, dan cedera lain disertai sakit dan kekurangan gizi. Di dua kota tersebut, sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil meskipun terdapat garnisun militer besar di Hiroshima. (Selengkapnya...)
|
Djadoeg Djajakoesoema (1918–1987) adalah seorang sutradara film dan promotor seni tradisional asal Indonesia. Ia lahir dari keluarga bangsawan yang berasal dari Temanggung, Jawa Tengah. Djajakoesoema tertarik dengan kesenian sejak masih muda, dan lalu memilih untuk berkarier dalam teater. Selama pendudukan Jepang mulai tahun 1943 hingga 1945, ia menjadi seorang penerjemah dan aktor, dan sepanjang revolusi nasional selama empat tahun berikutnya, ia bekerja untuk divisi pendidikan militer, sejumlah kantor berita dan dalam drama. Pada tahun 1951, Djajakoesoema bergabung dengan Perusahaan Film Nasional (Perfini) atas undangan dari Usmar Ismail. Setelah memulai debut karier penyutradaraannya dengan film Embun, Djajakoesoema merilis sebelas film dengan Perfini sebelum kemudian keluar dari perusahaan tersebut pada tahun 1964. Ia lalu kembali ke teater tradisional Indonesia, termasuk wayang. Walaupun ia tetap menyutradarai sejumlah film di luar Perfini, sebagian besar energinya didedikasikan untuk mempromosikan seni tradisional dan mengajar sinematografi. (Selengkapnya...)
|
Dono (1951–2001) adalah seorang aktor, pelawak, dan dosen berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan salah satu personel dari kelompok lawak Warkop. Lahir di Delanggu, Klaten, karier Dono dirintis saat masih berkuliah di Universitas Indonesia (UI) dengan menjadi karikaturis dan aktivis sosial. Ia kemudian dipilih sebagai asisten dosen oleh guru besar sosiologi UI, yaitu Selo Soemardjan, dan mulai mengajar sejumlah kuliah umum serta kuliah kelompok bersama Paulus Wirutomo. Setelah lulus kuliah, Dono mulai membangun popularitas bersama kelompok Warkop yang kemudian membintangi 34 judul film komedi selama periode tahun 1980 hingga 1995. Mereka melanjutkan kesuksesan tersebut melalui program seri televisi dari tahun 1996 hingga 2001. Selain itu, Dono juga aktif menulis beberapa novel dan artikel mengenai isu sosial di media massa hingga akhir hayatnya. Ia meninggal dunia pada akhir tahun 2001 akibat penyakit kanker paru-paru. (Selengkapnya...)
|