Bileam (bahasa Ibrani: בִּלְעָם, Modern Bilʻam Tiberias Bilʻām; bahasa Inggris: Balaam) bin Beor adalah seorang penenung yang dicatat dalam kitab Taurat di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, khususnya dalam Kitab Bilangan. Kisahnya dicatat terutama dalam pasal-pasal 22-24. Tempat tinggalnya di Petor yang di tepi sungai Efrat.[1] Semua rujukan kuno menganggapnya bukan orang Israel, seorang nabi, dan anak Beor, meskipun tidak ada catatan lain mengenai Beor ini. Meskipun sejumlah sumber menilainya positif karena berkat yang diberikannya kepada bangsa Israel, setelah 3 kali disuruh mengutuki bangsa itu oleh raja Balak bin Zipor dari Moab, dia dianggap penyebab kemurtadan bangsa Israel dalam kasus Baal-Peor dan disebut sebagai "orang jahat".[2]

Bileam dan malaikat, lukisan Gustav Jaeger, 1836.

Bileam dan Balak

Kisah utama mengenai Bileam terjadi ketika bangsa Israel berkemah di dataran Moab, di daerah seberang (sebelah timur) sungai Yordan dekat Yerikho, di akhir 40 tahun perjalanan dari tanah Mesir menuju ke tanah Kanaan, sebelum Musa mati dan bangsa Israel melintasi sungai Yordan untuk masuk ke tanah Kanaan. Bangsa Israel baru saja mengalahkan 2 orang raja: Sihon, raja orang Amori, dan Og, raja Basan. Balak bin Zipor, raja Moab dan orang-orang Moab menjadi gentar (Bilangan 22:2), maka Balak mengirim utusan yang terdiri dari para tua-tua Moab dan para tua-tua Midian, dengan membawa di tangannya upah penenung, memanggil Bileam untuk datang mengutuki orang Israel (Bilangan 22:4–5). Tidak jelas dalam teks Masoret dan Septuaginta di negara mana Bileam tinggal, kecuali dikatakan "dari Aram",[3] meskipun Taurat Samaria, Vulgata, dan Peshitta Siria semuanya menyebutnya dari Amon.

 
Bileam dan malaikat. Nuremberg Chronicle (1493).

Mula-mula Bileam tidak mau pergi, karena dalam mimpi dilarang oleh Allah. Namun setelah orang-orang Moab datang lagi, Bileam diberi ijin untuk pergi asalkan hanya mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Allah. Tanpa diminta lagi oleh orang Moab, Bileam berangkat, sehingga membuat Allah marah. Allah mengirimkan malaikat-Nya menghadang di jalan yang dilalui Bileam,[4] tetapi 3 kali keledai Bileam menghindarinya, meskipun Bileam yang tidak bisa melihat malaikat itu memukulnya. Pada kali ketiga, keledainya tiba-tiba dapat berbicara dan memprotes Bileam yang memukulnya tiga kali.[5] Barulah saat itu Bileam dapat melihat malaikat yang membawa pedang terhunus siap membunuhnya. Bileam diperingatkan untuk hanya mengatakan apa yang diperintahkan oleh Allah.

Balak membawa Bileam ke Kiryat Huzot, dan mereka naik ke bukit Baal, di mana Balak mempersiapkan altar korban, tetapi di sana Bileam memberkati bangsa Israel. Kedua kalinya, Balak membawa Bileam ke Padang Pengintai, ke puncak gunung Pisga. Di sana pula Bileam memberkati orang Israel. Ketiga kalinya, Bileam dibawa ke puncak gunung Peor, yang menghadap Padang Belantara. Di sini pula Bileam memberkati orang Israel. Barak menjadi marah, tetapi Bileam menekankan bahwa dia hanya dapat mengatakan apa yang diperintahkan Allah.

Bileam kemudian dicatat termasuk di antara orang-orang Midian yang dibunuh karena kasus Baal-Peor.[6]

 
Bileam dan keledainya, lukisan Rembrandt van Rijn, 1626.

Lihat pula

Referensi

Pustaka tambahan

  • Hoftijzer, Jacob. "The Prophet Balaam in a 6th Century Aramaic Inscription," Biblical Archaeologist, Volume 39, 1976 (2001 electronic edition)
  • McCarter, P. Kyle, "The Balaam Texts from Deir Allā: The First Combination," Bulletin of the American Schools of Oriental Research, No. 239. (Summer, 1980), pp. 49–60.
  • Olrik, Axel (Kirsten Wolf and Jody Jensen, trs.) Principles for Oral Narrative Research. Indianapolis: Indiana University Press, 1921 (1992 tr.).

Pranala luar

Artikel ini memadukan teks dari Jewish Encyclopedia 1901–1906  article "Balaam", sebuah terbitan yang kini berada di ranah publik.