KRL Jabotabek (yang sekarang dikenal bernama KA Commuter Jabodetabek) adalah jalur kereta rel listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Divisi Jabotabek sebelum berubah nama menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek. KRL Jabotabek telah beroperasi sejak tahun 1976, yang melayani rute komuter di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Serpong

PT KAI Commuter Jabodetabek
IndustriTransportasi rel umum
Didirikan15 September 2008
Kantor
pusat
Jl. Ir. Juanda I B No.8-1 Jakarta 10120
Telp : (021) 3453535
Fax : (021) 34834084
SMS Center : 9599
ProdukKereta rel listrik
IndukPT Kereta Api Indonesia
Situs webhttp://www.krl.co.id/

KRL yang melayani jalur ini terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas ekonomi, kelas ekonomi AC, dan kelas ekspres yang menggunakan pendingin udara.

Jalur komuter Jabodetabek melewati beberapa stasiun besar seperti Jakarta Kota, Gambir, Gondangdia, Jatinegara, Pasar Senen, dan Manggarai.

Sejarah pendirian KA Commuter Jabodetabek

PT KAI Commuter Jabodetabek adalah salah satu anak perusahaan di lingkungan PT Kereta Api (Persero) yang dibentuk sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menneg BUMN No. S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008.

Pembentukan anak perusahaan ini berawal dari keinginan para stakeholdernya untuk lebih fokus dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan menjadi bagian dari solusi permasalahan transportasi perkotaan yang semakin kompleks.

PT KAI Commuter Jabodetabek ini akhirnya resmi menjadi anak perusahaan PT Kereta Api (Persero) sejak tanggal 15 September 2008 yaitu sesuai dengan Akte Pendirian No. 415 Notaris Tn. Ilmiawan Dekrit, S.H.

Kehadiran PT KAI Commuter Jabodetabek dalam industri jasa angkutan KA Commuter bukanlah kehadiran yang tiba-tiba, tetapi merupakan proses pemikiran dan persiapan yang cukup panjang. Di mulai dengan pembentukan Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek oleh induknya PT Kereta Api (Persero), yang memisahkan dirinya dari saudara tuanya PT Kereta Api (Persero) Daop 1 Jakarta. Setelah pemisahan ini, pelayanan KRL di wilayah Jabotabek berada di bawah PT Kereta Api (Persero) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek dan pelayanan KA jarak jauh yang beroperasi di wilayah Jabodetabek berada di bawah PT Kereta Api (Persero) Daop 1 Jakarta.

Dan akhirnya PT Kereta Api (Persero) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek berubah menjadi sebuah perseroan terbatas, PT KAI Commuter Jabodetabek. Setelah menjadi perseroan terbatas perusahaan ini mendapatkan izin usaha No. KP 51 Tahun 2009 dan izin operasi penyelenggara sarana perkeretaapian No. KP 53 Tahun 2009 yang semuanya dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia.

Tugas pokok perusahaan yang baru ini adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter (untuk selanjutnya disebut ”Commuter” saja) dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Jabodetabek) serta pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang.[1]

Rute

Berkas:Peta Rute Loopline.jpg
Rute KRL dengan pola Loop Line

Saat ini ada 6 rute utama KRL Jabotabek. Keenam rute tersebut adalah:

Rute Merah - Bogor ke Jakarta Kota

Rute ini menghubungkan Stasiun Jakarta Kota dengan Stasiun Manggarai hingga Bogor. Melewati beberapa stasiun seperti Juanda, Gambir, Manggarai, Pasar Minggu, Universitas Indonesia, Citayam, dan Bojong Gede.

KRL yang melayani jalur ini:

  • KRL Commuter Line Bogor-Jakarta
  • KRL Commuter Line Depok-Jakarta

Tarif Karcis:

  1. Bogor - Depok, Depok - Jakarta Kota Rp. 6.000,-
  2. Bogor - Jakarta Kota Rp. 7.000,-
  • KRL Ekonomi Bogor-Jakarta
  • KRL Ekonomi Depok-Jakarta

Tarif Karcis:

  1. Bogor - Depok Baru s/d Jakarta Kota Rp. 2.000,-
  2. Bogor - Bojonggede s/d Depok. Rp. 1.500,-
  3. Bogor - Cilebut Rp. 1.000,-
  4. Cilebut - Pasar Minggu Baru s/d Jakarta Kota Rp. 2.000,-
  5. Cilebut - Depok Baru s/d Pasar Minggu Rp. 1.500,-
  6. Cilebut - Bojonggede s/d Depok Rp. 1.000,-
  7. Depok - Pasar Minggu Baru s/d Jakarta Kota Rp. 1.500,-
  8. Depok - Pasar Minggu Rp. 1.000,-
  9. Pasar Minggu - Jakarta Kota Rp. 1.000,-

Rute Jingga - Lingkar Jatinegara

Jalur ini menghubungkan Stasiun Bogor dengan Stasiun Jatinegara, melingkar melewati Tanah Abang, Duri, Angke, Kampung Bandan Bawah, dan Pasar Senen. Layanan KRL di jalur ini:

  • KRL Ekonomi Bogor - Jatinegara

Tarif Karcis:

  1. Bogor - Depok Baru s/d Tanah Abang/Jatinegara Rp. 2.000,-
  2. Bogor - Bojonggede s/d Depok. Rp. 1.500,-
  3. Bogor - Cilebut Rp. 1.000,-
  4. Cilebut - Pasar Minggu Baru s/d Tanah Abang/Jatinegara Rp. 2.000,-
  5. Cilebut - Depok Baru s/d Pasar Minggu Rp. 1.500,-
  6. Cilebut - Bojonggede s/d Depok Rp. 1.000,-
  7. Depok - Pasar Minggu Baru s/d Tanah Abang/Jatinegara Rp. 1.500,-
  8. Depok - Pasar Minggu Rp. 1.000,-
  9. Pasar Minggu - Tanah Abang/Jatinegara Rp. 1.000,-
  • KRL Commuter Line Bogor/Depok - Jatinegara

Tarif Karcis:

  1. Bogor - Depok, Depok - Jatinegara Rp. 6.000,-
  2. Bogor - Jatinegara Rp. 7.000,-

Rute Biru - Bekasi

Jalur ini menghubungkan stasiun Jakarta Kota ke Stasiun Bekasi hingga Cikarang, dan melewati beberapa stasiun seperti Gambir, Manggarai, Klender, Cakung, Kranji, Tambun, dan Cibitung.

Beberapa KRL yang melayani jalur ini:

  • KRL Ekonomi Jakarta Kota-Bekasi lewat Gambir

Harga karcis untuk jarak terjauh (Jakarta Kota-Bekasi) adalah Rp 1.500, sedangkan tarif Jakarta Kota-Klender Baru hanya sebesar Rp 1.000

  • KRL Commuter Line Jakarta Kota-Bekasi via Gambir yang berhenti di setiap stasiun.

Harga karcis adalah Rp 6.500

Rute Hijau - Tanah Abang ke Maja

Jalur ini menghubungkan stasiun Tanah Abang ke stasiun Maja, dan melewati beberapa stasiun seperti Palmerah, Kebayoran, Pondokranji, Sudimara, dan Rawabuntu.

Diperkirakan pada 2012, layanan KRL akan diperpanjang secara resmi sampai dengan stasiun Maja. Selama ini, hanya KRL Ciujung pada siang hari yang perjalanannya diperpanjang sampai stasiun Parungpanjang.

Layanan KRL di jalur ini:

  • KRL Ekonomi Serpong-Tanah Abang yang berhenti di setiap stasiun.

Harga Karcis Rp. 1.500,-

  • KRL Commuter Line Ciujung Tanah Abang-Serpong yang berhenti di setiap stasiun.

Harga karcis sebesar Rp. 6.000,-

Selain itu, jalur ini juga dilayani oleh KA ekonomi langsam dan KA Patas dengan tujuan Jakarta Kota/Tanah Abang - Rangkasbitung sampai dengan Merak.

Rute Coklat - Duri ke Tangerang dan Bandara

Jalur ini menghubungkan Stasiun Duri dan Stasiun Tangerang. Selain itu, nantinya jalur ini juga akan dilewati KRL tujuan bandara Soekarno-Hatta. Jalur dari Stasiun Kalideres menuju Bandara sedang dalam tahap pembangunan. Beberapa KRL yang melayani jalur ini:

  • KRL Ekonomi Duri-Tangerang dengan tarif Rp 1.000,-
  • KRL Commuter Line Duri-Tangerang dengan tarif Rp 5.500,-

Rute Ungu - Tanjung Priok ke Jakarta Kota

Jalur ini merupakan jalur lama yang dihidupkan kembali. Menghubungkan Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Tanjung Priok, dan melewati Stasiun Kampung Bandan Atas, Sungaitirem, dan Ancol. namun belum ada KRL yang beroperasi di jalur ini karena prasarana yang belum siap.

Jalur Pengumpan

Jalur-jalur umpan dioperasikan untuk memudahkan penumpang yang akan berganti KRL dari satu rute ke rute lain. Di antaranya:

  • Jatinegara - Tanah Abang lewat Pasar Senen - Angke
  • Manggarai - Jatinegara
  • Manggarai - Tanah Abang
  • Kampung Bandan Bawah - Jakarta Kota

Tiket Berlangganan Pelajar Sekolah

Untuk memudahkan pada pelajar SD/SMP/SMA dan sederajat untuk berpergian dengan KRL Jabodetabek ke sekolahnya, PT. KAI Commuter Jabodetabek juga mengeluarkan tiket berlangganan khusus Pelajar Sekolah Dasar dan Menengah, yang dinamakan Kartu Langganan Sekolah atau KLS. KLS Berlaku selama satu bulan tiap periodenya dan belaku di seluruh jalur KRL Jabodetabek tanpa harus membeli tiket setiap berpindah jalur dan berganti kereta. Tarif KLS Commuter Line sebesar Rp. 137.500,-

Sistem Commuter Line atau Single Operation

KRL Commuter Line dioperasikan seperti KRL Ekonomi, bedanya KRL Ekonomi tidak berhenti di Stasiun Gambir. KRL Commuter Line beroperasi seiring diberlakukannya Single Operation Commuter Jabotabek terhitung sejak 2 Juli 2011. Dalam pengoperasiannya, KRL Commuter Line menggunakan rangkaian KRL AC buatan INKA dan eks Jepang. Harga karcis yang berlaku:

  1. Rp7000,00 untuk lintas JAK-BOO
  2. Rp6500,00 untuk lintas JAK-BKS
  3. Rp6000,00 untuk lintas JAK-DP, DP-BOO, dan MRI/JAK-SRP sampai dengan PRP
  4. Rp5500,00 untuk lintas JAK-TNG


Armada KRL

Jalur komuter Jabotabek dilayani oleh beberapa tipe rangkaian. Selain KRL Ekonomi non-AC buatan Jepang dan Belanda, jalur ini pun dilayani dengan beberapa rangkaian bukan baru yang berasal dari Jepang. Semua lintas telah dielektrifikasi.

KRL Ekonomi non-AC

KRL Ekonomi non-AC adalah unit armada KRL yang ditujukanuntuk masyarakat kelas ekonomi menengah-bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama yang tidak menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah rangkaian dibuat oleh Nippon Sharyo, Hitachi, dan BN-Holec.

KRL Ekonomi Holec

KRL Holec adalah unit KRL ekonomi termuda yang masih digunakan (meski tidak sebanyak dulu). KRL ini dibuat oleh Belanda dan melayani rute Ekonomi. Dari seluruh rangkaian ekonomi yang ada, KRL Holec tergolong paling sulit dirawat. Selain karena masalah suku cadang yang susah dicari (pabriknya sendiri sudah lama tutup), KRL ini pun juga sering mengalami mogok karena kelebihan beban. Sehingga banyak KRL eks Holec yang rusak, dijadikan KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik) yang dioperasikan di beberapa kota di luar Jakarta. "Rekondisi" KRL Holec adalah KRDE yang dioperasikan di rute Yogyakarta-Solo (Prameks), dan Padalarang-Cicalengka (Baraya Geulis).

KRL Ekonomi Rheostat (seri KL3)

Sebagian besar rangkaian yang digunakan adalah buatan Jepang dari tahun 1976 sampai tahun 1987 dengan teknologi rheostat. Umumnya, KRL ini dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi dan Kawasaki dari Jepang, untuk melayani kelas KRL Ekonomi. Untuk KRL rheostat buatan pabrik Nippon Sharyo tahun 1987 (lihat gambar tiga KRL,paling kanan), rangkaian ini dulunya melayani rangkaian Pakuan Ekspres tahun 90-an. Setelah KRL Hibah (Tōei seri 6000) datang, KRL ini mulai terlupakan dan dijadikan rangkaian KRL Ekonomi. Khusus untuk KRL Rheostat yang datang pada tahun 1986-1987, bodinya sudah stainless steel dan merupakan KRL AC pertama di Indonesia. Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun 1976, kereta ini sudah dicat ulang beberapa kali dari warna lamanya. Semula berwarna merah polos dengan 'wajah' kuning terang, kemudian putih-hijau (lihat gambar tiga KRL, paling kiri), dan kini kuning kecoklatan. Kedua KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu kedua KRL ini menurun kondisinya menjadi seperti sekarang ini.

Mulai 2010, KRL ini menggunakan skema warna putih dengan garis oranye di tengah. Pada 2009, juga telah dioperasikan KRL dengan modifikasi kabin, yang bernama "Djoko Lelono"

KRL Hitachi (Jepang-Indonesia)

KRL ini dibuat pada tahun 1997 di PT INKA bekerjasama dengan Hitachi, dibuat sebanyak 64 unit (8 set) berteknologi VVVF. Kereta ini memiliki ciri yang khas yaitu ketika mulai bergerak sangat halus dan tidak menyentak. Jenis KRL ini adalah yang digunakan untuk Pakuan Ekspres kelas bisnis sampai akhirnya turun tingkat ketika era Tōei seri 6000 datang dari Jepang.

KRL ABB Hyundai (Korsel-Indonesia)

KRL ini dibuat atas kerjasama antara PT INKA dan Hyundai,dirakit di PT INKA pada tahun 1985-1992 dibuat sebanyak 8 gerbong (2 set) berteknologi VVVF dan disebut-sebut merupakan prototype kereta maglev yang dikembangkan Hyundai untuk jalur Seoul-Pusan. Saat ini KRL ABB Hyundai telah dikonversi menjadi KRDE dan beroperasi di jalur Surabaya-Mojokerto (Arek Surokerto).

KRL AC

KRL AC adalah KRL dengan fasilitas AC. KRL ini jauh lebih nyaman dari KRL Ekonomi. Era peng-AC-an KRL dimulai tahun 1990an, ketika diluncurkannya KRL Pakuan Ekspres Utama JAK-BOO. Saat ini, KRL AC di Jabodetabek sudah menjamur, bahkan jumlah keretanya lebih banyak dari KRL Non AC.

KRL ini adalah KRL yang diimpor dari operator Kereta Bawah Tanah (Subway) milik Biro Transportasi Pemerintah Daerah Tōkyō (Tōei), dalam rangka kerjasama strategis Indonesia-Jepang saat itu. Meramaikan jalur Jabotabek mulai tahun 2000, dioperasikan di sebagian besar rute untuk layanan ekspres dengan tambahan pendingin udara (AC). Karena berstatus hibah dari Pemerintah Daerah Kota Tōkyō, KRL ini sering disebut sebagai KRL hibah.

Pada mulanya, didatangkan 72 unit kereta dari Jepang dengan masing-masing rangkaian terdiri dari 8 kereta. Namun, pada akhirnya hanya sebanyak 3 rangkaianlah yang memiliki 8 kereta (set 6121F, 6161F, 6171F), sedangkan sisanya dijadikan enam kereta per rangkaiannya.

Sebagian rangkaian 6 kereta menggunakan kabin modifikasi, yang dibuat oleh Balai Yasa Manggarai.

Stamformasi:

  • Kabin asli:
  1. 6121F : 6121-6122-6197-6222-6247-6216-6127-6128
  2. 6161F : 6161-6212-6215-6162-6165-6166-6167-6168
  3. 6171F : 6171-6192-6257-6172-6225-6226-6237-6178
  4. 6181F : 6181-6242-6245-6156-6157-6158
  5. 6201F : 6201-6262-6205-6206-6207-6208
  6. 6271F : 6271-6272-6275-6276-6277-6278
  7. 6281F : 6281-6282-6285-6286-6287-6288
  • Kabin rakitan:
  1. 6151F : 6151-6176-6175-6188. Kabin masinis KRL ini telah dirakit ulang oleh Balai Yasa Manggarai setelah mengalami kecelakaan di Kebon Pedes, sementara dua kereta yang tersisa yaitu 6252 dan 6155 tidak dioperasikan karena mengalami kerusakan yang serius.
  2. 6177F  : 6177-6232-6265-6202-6235-6126
  3. 6217F  : 6217-6236-6255-6152-6185-6182
  4. 6227F  : 6227-6195-6267-6186-6125-6187

KRL eks Tōkyū Corporation

KRL eks Tōkyū Corporation (atau disebut Tokyu saja) mulai meramaikan armada komuter Jabodetabek sejak masuknya rangkaian seri 8000 dan 8500. KRL eks Tokyu Seri 8000 dibuat pada tahun 1970-an dan KRL seri 8500 dibuat pada tahun 1975-an dan merupakan pengembangan dari Tokyu seri 8000. Khusus untuk unit bernomor depan 07xx dan 08xx (mis. 0715 dan 0815) adalah unit yang dibuat pada tahun 1985 ke atas.

KRL ini diimpor dari Jepang dengan harga sekitar 800 juta per unit, atau sekitar 6,5 miliar per rangkaian dengan 8 kereta. Berkat perawatan yang baik, KRL Tōkyū selama ini jarang bermasalah dan dapat dioperasikan sampai sepuluh tahun mendatang di Jabodetabek.

Rincian Stanformasi:

  • Tōkyū seri 8000 eks Tokyu Oimachi Line (8003F) dan Tokyu Toyoko Line (rangkaian lainnya)
  1. 8003F: 8003-8202-8104-8263-8142-8213-8103-8004
  2. 8007F: 8007-8245-8107-8260-8137-8204-8108-8008
  3. 8039F: 8039-8248-8158-8218-8164-8249-8159-8040

Ketiganya menggunakan warna biru-kuning. Selain itu, 8007F juga memiliki motif bunga berwarna ungu pada kereta khusus wanita

  1. 8604F: 8604-8704-8904-8825-8719-8909-8804-8504 dengan warna hijau-kuning
  2. 8607F: 8607-8707-8948-8828-8743-8924-8807-8507 dengan warna biru-kuning
  3. 8608F: 8608-8708-8949-8829-8744-8925-8808-8508 dengan warna biru-kuning
  4. 8610F: 8610-8710-8951-0815-0715-8927-8810-8510 dengan warna biru-kuning
  5. 8611F: 8611-8711-8911-8832-8735-8928-8811-8511 dengan warna biru-kuning
  6. 8612F: 8612-8712-8912-0817-0717-8929-8812-8512 dengan warna biru-kuning
  7. 8613F: 8613-8713-8913-0800-8796-8930-8813-8513 dengan warna merah-putih-kuning dan motif bunga berwarna pink pada kereta khusus wanita
  8. 8618F: 8618-8724-8935-8855-8753-8954-0811-8518 dengan warna biru-kuning

KRL eks East Japan Railway Company (JR East)

KRL eks East Japan Railway Company seri 103 didatangkan pada 2004. KRL seri 103 ini adalah salah satu rangkaian yang mulanya digunakan untuk layanan Bojonggede Ekspres dan Depok Ekspres. Akibat bertambahnya penumpang, KRL ini pun diganti dengan rangkaian lain yang memiliki 8 kereta.

KRL ini masing-masing rangkaiannya terdiri dari 4 gerbong (1 set), dan menjadi salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek. KRL ini berada di bawah alokasi depo Depok.

Unit yang masuk ke Indonesia sebanyak 4 set, masing-masing dengan 4 gerbong. Rincian:

  • E20F/103-815F (103-815,103-752,102-2009,103-822)
  • E21F/103-105F (103-105,102-231,103-246,103-597)
  • E22F/103-359F (103-359,103-654,102-810,103-384)
  • E27F/103-153F (103-153,102-321,103-210,103-632)

KRL ini dioperasikan 8 kereta, dengan menggabungkan E21F-E27F dan E20F-E22F.

KRL eks East Japan Railway Company seri 203 telah tiba di Indonesia pada tanggal 2 Agustus 2011. Saat ini set 52F dan 66F sudah berdinas, sementara set lain berada di Dipo Depok dan sedang dalam proses modifikasi penggantian warna sesuai skema PT. KAI Commuter Jabodetabek. KRL ini memiliki formasi 10 kereta per rangkaian dengan rincian sebagai berikut:

  1. 203-51F: 202-1 - 202-3 - 203-3 - 203-2 - 202-2 - 203-2 - 203-1 - 202-1 - 203-1 - 203-1
  2. 203-52F: 202-2 - 202-6 - 203-6 - 203-4 - 202-5 - 203-5 - 203-3 - 202-4 - 203-4 - 203-2
  3. 203-66F: 202-106 - 202-118 - 203-118 - 203-112 - 202-117 - 203-117 - 203-111 - 202-116 - 203-116 - 203-106
  4. 203-68F: 202-108 - 202-124 - 203-124 - 203-116 - 202-123 - 203-123 - 203-115 - 202-122 - 203-122 - 203-108
  5. 203-69F: 202-109 - 202-127 - 203-127 - 203-118 - 202-126 - 203-126 - 203-117 - 202-125 - 203-125 - 203-109

KRL eks-Tōyō Rapid

  • KRL eks Tōyō Rapid seri 1000 (1091F, 1081F, 1061F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya.

Rincian:

  1. 06F/1061F: 1061-1062-1063-1064-1065-1066-1069-1060 (1067 dan 1068 dilepas, warna biru-kuning dengan corak batik pada bagian muka kabin masinis)
  2. 08F/1081F: 1081-1082-1083-1084-1085-1086-1089-1080 (1087 dan 1088 dilepas, warna biru-kuning)
  3. 09F/1091F: 1091-1092-1093-1094-1095-1096-1099-1090 (1097 dan 1098 dilepas, warna biru-kuning)

KRL eks Tōkyō Metro

  • KRL eks Tōkyō Metro seri 05 mulai tiba di Jakarta pada Agustus 2010, diawali dengan rangkaian 05-07F. Seri ini adalah KRL dengan teknologi tercanggih di Jabodetabek saat ini. Total keseluruhan ada 8 rangkaian seri 05 yang tiba di Indonesia.

Rincian:

  1. 05-02F: 05 102-05 202-05 302-05 602-05 702-05 802-05 902-05 002 (05 402 dan 05 502 dilepas)
  2. 05-04F: 05 104-05 204-05 304-05 604-05 704-05 804-05 904-05 004 (05 404 dan 05 504 dilepas, tahap adaptasi wilayah)
  3. 05-05F: 05 105-05 205-05 305-05 605-05 705-05 805-05 905-05-005 (05 405 dan 05 505 dilepas, tahap adaptasi wilayah)
  4. 05-07F: 05 107-05 207-05 307-05 607-05 707-05 807-05 907-05 007 (05 407 dan 05 507 dilepas)
  5. 05-08F: 05 108-05 208-05 308-05 608-05 708-05 808-05 908-05 008 (05 408 dan 05 508 dilepas)
  6. 05-09F: 05 109-05 209-05 309-05 609-05 709-05 809-05 909-05 009 (05 409 dan 05 509 dilepas)
  7. 05-10F: 05 110-05 210-05 310-05 610-05 710-05 810-05 910-05 010 (05 410 dan 05 510 dilepas)
  8. 05-12F: 05 112-05 212-05 312-05 612-05 712-05 812-05 912-05 012 (05 412 dan 05 512 dilepas, tahap uji coba)

Seluruhnya berwarna merah-putih-kuning. Khusus untuk 04F, 05F, dan 12F memakai tralis jendela berwarna hitam, sementara rangkaian lain tralis jendelanya berwarna silver.

  • KRL eks Tōkyō Metro seri 5000 (5809F/59F, 5816F/66F, 5817F/67F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya.

Rincian:

  1. 59F/5809F: 5809-5312-5631-5314-5607-5215-5313-5009 (5675 dan 5676 dilepas)
  2. 66F/5816F: 5816-5245-5630-5363-5688-5905-5326-5016 (5246, 5631 dan 5247 dilepas, 5631 digunakan pada 59F/5809F, 5246 digunakan pada 67F/5817F)
  3. 67F/5817F: 5817-5246-5632-5359-5127-5927-5251-5017 (5250, 5634, dan 5248 dilepas )
  • KRL eks Tōkyō Metro seri 6000, (6106F, 6112F, 6115F, 6126F) masing-masing dengan 10 kereta, merupakan armada terbaru yang sudah diuji coba dan dioperasikan.
  1. 06F/6106F: 6106-6206-6306-6406-6506-6606-6706-6806-6906-6006
  2. 12F/6112F: 6112-6212-6312-6412-6512-6612-6712-6812-6912-6012
  3. 15F/6115F: 6115-6215-6315-6415-6515-6615-6715-6015 (6815-6915 dilepas, warna merah-putih-kuning)
  4. 26F/6126F: 6126-6226-6326-6426-6526-6626-6926-6026 (6726-6826 dilepas, warna merah-putih-kuning)

Rangkaian 6126F memiliki perbedaan yang mencolok dengan ketiga seri 6000 lainnya, di mana persambungan pada rangkaian ini seluruhnya merupakan persambungan seperti rangkaian KRL eks Tōkyō Metro seri 7000 nomor 7121F hingga 7123F, sementara ketiga seri 6000 lainnya memiliki bentuk persambungan lebar seperti jamur.

  • KRL eks Tōkyō Metro seri 7000, (7117F, 7121F, 7122F, 7123F) masing-masing dengan sepuluh kereta, namun hanya dioperasikan dengan delapan kereta akibat terbatasnya panjang peron dan kurangnya daya.

Rincian:

  1. 17F/7117F: 7117-7217-7317-7417-7517-7617-7917-7017 (7717 dan 7817 dilepas, warna merah-putih-kuning)
  2. 21F/7121F: 7121-7221-7321-7421-7521-7621-7921-7021 (7721 dan 7821 dilepas, warna merah-putih-kuning)
  3. 22F/7122F: 7122-7222-7322-7422-7522-7622-7922-7022 (7722 dan 7822 dilepas, warna merah-putih-kuning)
  4. 23F/7123F: 7123-7223-7323-7423-7523-7623-7923-7023 (7723 dan 7823 dilepas, warna merah-putih-kuning)

Berkebalikan dengan KRL eks Tōkyō Metro seri 6000, rangkaian 7117F merupakan satu-satunya rangkaian seri 7000 yang memiliki bentuk persambungan lebar, sementara bentuk persambungan pada rangkaian lainnya sama seperti rangkaian 6126F.

KRLI (INKA)

KRLI dibuat tahun 2001, sebagai hasil produk PT Inka yang merupakan pabrik kereta api nasional. Dengan alasan biaya pengadaan yang terlalu tinggi dan sering bermasalah, tidak banyak KRLI yang digunakan. Pada masa pendesain, KRL ini disebut sebagai KRL Prajayana. KRLI yang digunakan oleh PTKA pada awalnya terdiri dari 2 rangkaian, masing-masing dengan empat gerbong. Namun, KRLI generasi pertama (yang menggunakan warna oranye) dikembalikan lagi ke INKA oleh PTKA akibat sering mogok dan bermasalah. Kini, KRLI dicat dengan striping biru.

KRL i9000 KfW-Bombardier-INKA

KRL i9000 mulai diproduksi tahun 2010 dan telah diresmikan bersama kereta api Gajah Wong pada hari Rabu tanggal 24 Agustus 2011. KRL ini dibuat sebanyak 10 set, per setnya 4 kereta dengan kodefikasi baru (K3 1 11 xx). Saat ini sudah ada 2 set yang berada di dalam Balai Yasa Manggarai, menunggu sertifikasi dari Kemenhub. Sementara set lainnya masih terdapat di INKA. KRL ini diproyeksikan akan melayani rute Jakarta Kota-Kampung Bandan-Tanjung Priok, yang hingga saat ini masih dalam tahap adaptasi dan uji coba.

KRL Holec AC

KRL Holec AC adalah hasil modifikasi dan peremajaan dari KRL Holec non AC yang beroperasi di Jabotabek. Modifikasi dilakukan di lingkungan PT. INKA, pabrik yang juga membuat KRL Holec non AC medio 1994-2001. Modifikasi meliputi penggantian material kursi, penggantian mesin KRL, kabin masinis, pemasangan GPS dan TMS, serta pemasangan AC. Diperkirakan KRL AC ini akan tiba di Jabotabek pada pertengahan atau akhir tahun 2012. [2]

Stasiun

Selain sebagai tempat tunggu penumpang, pengelola kereta komuter akan mengembangkan setiap stasiun menjadi tempat komersial. Sehingga di dalam stasiun nantinya juga terdapat restoran, toko sovenir, dan ATM bank. Saat ini baru stasiun besar seperti Jakarta Kota, Gambir, Pasar Senen, dan Jatinegara yang sudah dikembangkan menjadi tempat komersial. Sedangkan stasiun Sudirman masih dalam proses pembangunan. Pada ruas jalur Manggarai-Jakarta Kota yakni dari Cikini sampai Jayakarta, stasiun dibangun dalam tiga lantai, karena jalur KRL pada ruas jalur tersebut berada di jalur layang/elevated (di atas jalanan umum, ditopang oleh tiang penyangga). Lantai 1 dan 2 diperuntukan sebagai tempat komersial, dan lantai 3 sebagai tempat tunggu penumpang.

Beberapa contoh stasiun utama :

 

Masalah Umum

KRL Ekonomi adalah salah satu kereta paling sibuk di Indonesia, dengan jadwal komuter yang biasa dipenuhi oleh penumpang karena tarifnya lebih murah dibanding KRL kelas Ekspres/Eksekutif. Penumpang bergelantungan di pintu gerbong, di sambungan antar gerbong, dan di atas gerbong yang tentu membahayakan nyawa mereka, demi untuk terhindar dari petugas pengecek karcis. Tidak jarang penumpang KRL Ekonomi tewas karena melakukan hal-hal tersebut. Selain itu, di KRL Ekonomi juga banyak sekali pencopet dan pedagang asongan yang menggangu. [butuh rujukan]

Sementara, masalah lainnya adalah kurangnya perawatan terhadap unit kereta. Fasilitas penunjang seperti palang pintu perlintasan pun kadang sudah rusak, sehingga tidak bisa menutup. Kurangnya disiplin para pengendara kendaraan bermotor mengakibatkan banyak mobil atau motor pribadi ditabrak oleh kereta. Kelalaian petugas atau masinis juga kadang membahayakan kereta dan juga pengendara kendaraan bermotor. Contohnya lupa menutup palang perlintasan kereta, ataupun pelanggaran sinyal, yang mengakibatkan banyak kecelakaan kereta; contohnya peristiwa Bintaro 1987.

Fasilitas stasiun seperti tempat duduk, penerangan, dan keamanan sangat tidak memadai. Pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari, banyak penumpang yang berdiri. Selain itu, stasiun juga sering dipenuhi oleh warga tuna wisma yang memanfaatkan stasiun sebagai tempat tinggal mereka. Banyaknya stasiun yang tidak berpagar serta tidak adanya petugas yang memeriksa penumpang di pintu masuk/keluar stasiun, mengakibatkan banyaknya penumpang KRL yang tidak membeli karcis.

Ditambah lagi, KRL Ekspress jurusan mana pun akan dihapus oleh PT. KAI Commuter pada 1 Juni 2011 dan Kereta Ekspress akan berhenti di setiap stasiun dan pemberhentiannya akan sampai Stasiun Manggarai. PT. KAI Commuter akan membuka jalur kereta yang disebut KRL Commuter Line. [butuh rujukan]

Perubahan Rute

Sampai saat ini sudah beberapa kali terjadi perubahan pola operasional KRL. Sampai dengan Tahun 1996, KRL yang beroperasi hanyalah satu kelas KRL Ekonomi biasa dimana KRL berhenti di semua stasiun. Kemudian diiringi dengan masuknya beberapa KRL Baru sekitar tahun 1997, maka terdapat dua kelas KRL yang berguna yaitu KRL Ekonomi dan KRL Bisnis. KRL Ekonomi tetap berhenti di setiap stasiun, namun KRL Bisnis hanya mengambil penumpang di stasiun tertentu langsung menuju stasiun tujuan. Saat itu, KRL Bisnis ini mempunyai rute Jakarta Kota - Gambir - Depok - Bogor. Seiring masuknya KRL AC yang dihibahkan oleh Pemerintah Jepang, maka KRL Bisnis digantikan menjadi KRL Ekspress AC, dengan rute serupa.

Tahun 2002, Karena adanya permintaan penumpang, PTKA kemudian membuat satu kelas di antara KRL Ekonomi dan KRL Ekspress, yaitu KRL Semi Ekspress. KRL ini hanya berhenti di beberapa stasiun tertentu saja, namun dengan tiket lebih murah daripada KRL Ekspress. KRL ini menjadi Favorit karena waktu tempuh yang lebih cepat dengan stasiun berhenti yang lebih banyak. Tahun 2008, ditandai dengan dibentuknya KCJ, operasional KRL Semi Ekspress dihapuskan. Sebagai penggantinya PTKA/KCJ memperkenal tiga kelas layanan lain, yaitu KRL Ekonomi, KRL Ekonomi AC, dan KRL Ekspress. KRL Ekonomi tidak mengalami perubahan layanan. KRL Ekspress, sebenarnya mengalami penurunan layanan karena stasiun berhentinya lebih banyak, hampir sama dengan KRL Semi Ekspress namun tiket tetap KRL Ekspress. Sedangkan KRL Ekonomi AC, berjalan seperti KRL Ekonomi yang berhenti di setiap stasiun namun menggunakan KRL Ekspress. Harga tiket KRL Ekonomi AC sama dengan harga tiket KRL Semi Ekspress di awal pengoperasiannya yang kemudian mengalami kenaikan harga.

Pertengahan tahun 2011, tepatnya 2 Juli 2011, sistem operasional tiga kelas KRL dihapuskan menjadi single operation, walau sebenarnya ada dua kelas layanan yaitu KRL Ekonomi dan KRL Ekonomi AC yang dikenal dengan sebutan KRL Commuter Line. Semua KRL berhenti di semua stasiun dengan harapan kenaikan jumlah penumpang. Dan mulai 1 Desember 2011, KRL Jabotabek mengalami perubahan rute dimana terdapat berbagai macam rute yang kemudian disederhanakan menjadi 6 jalur (secara aktual terhitung ada 9 rute yang diperkenalkan) dengan pola operasi satu kelas (walau tetap ada KRL Ekonomi dan KRL Ekonomi AC).

Perubahan rute baru ini menghapuskan jalur-jalur yang saling tumpang tindih dengan menggunakan sistem transit. Rute-rute tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Jalur Bekasi  : Bekasi - Manggarai - Gambir - Jakarta Kota
  2. Jalur Tangerang  : Duri - Tangerang
  3. Jalur Bogor/Depok : Bogor - Depok - Manggarai - Gambir - Jakarta Kota, Bogor - Depok - Manggarai - Sudirman - Tanah Abang - Kampung Bandan - Pasar Senen - Jatinegara
  4. Jalur Barat  : Maja - Parung Panjang - Serpong - Tanah Abang, sementara beroperasi hanya sampai Parung Panjang. Direncanakan pada tahun 2012 KRL sudah beroperasi sampai Maja.
  5. Jalur Tanjung Priok  : Jakarta Kota - Kampung Bandan Atas - Ancol - Tanjung Priok, sementara beroperasi hanya dari Jakarta Kota ke Kampung Bandan Bawah. Direncanakan pada tahun 2012 KRL sudah bisa melalui Kampung Bandan Atas.

Galeri

Lihat juga

Referensi

  1. ^ Sekilas KRL
  2. ^ Majalah KA edisi Desember 2011

Pranala luar