The Raid

salah satu film Indonesia

The Raid (sebelum diedarkan: Serbuan Maut[1]) adalah film aksi seni bela diri dari Indonesia yang disutradarai oleh Gareth Evans dan dibintangi oleh Iko Uwais. Pertama kali dipublikasi pada Festival Film Internasional Toronto (Toronto International Film Festival, TIFF) 2011 sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Madness, para kritikus dan penonton memuji film tersebut sebagai salah satu film aksi terbaik setelah bertahun-tahun[2][3][4][5][6][7] sehingga memperoleh penghargaan The Cadillac People's Choice Midnight Madness Award[8]. Terpilihnya film ini untuk diputar pada beberapa festival film internasional berikutnya, seperti Festival Film Internasional Dublin Jameson (Irlandia), Festival Film Glasgow (Skotlandia), Festival Film Sundance (Utah, AS), South by Southwest Film (SXSW, di Austin, Texas, AS), dan Festival Film Busan (Korea Selatan), menjadikannya sebagai film komersial produksi Indonesia pertama yang paling berhasil di tingkat dunia.

The Raid
Tanggal rilis

Produksi

Film ini adalah kerja sama kedua antara Gareth Evans dan Iko Uwais setelah film aksi pertama mereka, Merantau, yang diluncurkan pada tahun 2009. Sama halnya dengan Merantau, dalam proyek ini, mereka juga menonjolkan seni bela diri tradisional Indonesia, pencak silat, dalam tata laga mereka. Penata laga untuk The Raid adalah Iko Uwais dan Yayan Ruhian, sama seperti pada Merantau, dengan sejumlah ide dari Gareth Evans sendiri.

Film ini juga sukses bercokol di posisi 15 besar top box office bioskop Amerika. Tepatnya, untuk pekan ini film arahan sutradara Gareth Evans itu berada di posisi 11. Dengan kesuksesan itu, The Raid berhasil meraup penghasilan sekitar US$1.228 juta atau sekitar Rp11 miliar.

Proses pengerjaan film ini dikerjakan selama tiga bulan dengan dibintangi oleh aktor Iko Uwais dan Yayan Ruhiyan. Selain kedua aktor laga tersebut, The Raid juga dibintangi oleh aktor kawakan diantaranya Ray Sahetapy, Donny Alamsyah, Pierre Gruno dan atlet Judo Indonesia, Joe Taslim.

Sementara pengambilan gambar yang apik pada film ini juga dilengkapi dengan olahan koreografi martial art, yang menuai decak kagum dari para juri dan penonton di berbagai festival fim Internasional.

Penggarapan skoring musik The Raid yang rilis di wilayah Amerika Utara, Amerika Latin dan Spanyol juga melibatkan musisi papan atas Mike Shinoda, salah satu personil Linkin Park dan Joseph Trapanese seorang komposer berbakat yang menggarap film Walt Disney Pictures Tron: Legacy (2010).

Adapun penggarapan thriller dan scoring music yang rilis di Indonesia dikerjakan oleh komposer muda berbakat Fajar Yuskemal dan Aria Prayogi. Tak hanya dengan rangkaian penghargaan yang telah diraihnya tetapi juga film ini serentak ditayangkan di seluruh Indonesia, Australia, Kanada dan Amerika Serikat pada Jumat, 23 Maret 2012.

Bukan hanya itu, Setelah penayangan The Raid di SXSW Film Festival Austin, Texas-Amerika Serikat, dua minggu sebelum peluncuran resminya, The Raid langsung tercatat masuk dalam jajaran 50 film action terbaik sepanjang masa versi IMDb, situs khusus film-film dunia. The Raid berada dalam posisi 30 dari deretan film-film action lain seperti Star Trek, Avatar hingga Pirates of the Caribbean.

Bahkan, The Raid disebutkan mampu mengungguli kecanggihan film lawas seperti Rocky, Star Trek, Robin Hood, Pirates of the Caribbean: The Curse of the Black Pearl hingga Ben-Hur.

Hak distribusi internasional dipegang oleh Nightmare Distribution. Pada saat showcase di Festival Film Cannes 2011, Sony Pictures Classic Worldwide Acquisition membeli hak pendistribusian film ini untuk kawasan Amerika Utara dan Amerika Latin. Untuk kepentingan mempertinggi popularitas, Sony Pictures meminta Mike Shinoda bersama Joseph Trapanese untuk menciptakan musik latar bagi film versi mereka ini. Akibat permasalahan hak cipta dan rencana pembuatan trilogi, film ini dirilis di Amerika Utara oleh Sony Pictures dengan judul The Raid: Redemption. Hak pendistribusian untuk negara-negara lainnya juga telah dijual kepada Alliance (untuk Kanada), Momentum (Inggris), Madman (Australia dan Selandia Baru), SND (kawasan berbahasa Prancis), Kadokawa (Jepang), Koch (kawasan berbahasa Jerman), HGC (Cina), dan Calinos (Turki).[9] Kesepakatan juga telah dibuat dengan para distributor dari Russia, Skandinavia, Benelux, Islandia, Italia, Amerika Latin, Korea Selatan, dan India ketika film ini sedang dipertunjukkan pada Festival Film Internasional Toronto (TIFF), Toronto, Kanada pada September 2011.[10]

Inspirasi

Sebagian besar ide cerita keluar dari kepala sang sutradara, Gareth Huw Evans. Evans mengatakan di dalam blognya dia sejak kecil terobsesi dengan film Chow Yun Fat yang berjudul "Peace Hotel" (Disutradarai oleh Wai Ka Fai). Dia tidak pernah bisa menemukan film ini di Inggris dan hanya memiliki gambar poster di bawah ini serta sinopsis yang samar-samar.

Peace Hotel (1995) Berkas:Peace hotel.jpg

Evans mengatakan bahwa dia menyukai konsep sebuah bangunan terisolasi yang menawarkan perlindungan kepada penjahat, tetapi ketika Evans akhirnya melihat film tersebut lebih dari 15 tahun kemudian "khayalan" Evans mengenai film ini benar-benar berbeda dengan apa yang dia lihat. Saat dia menonton film ini yang dia bayangkan dari film ini adalah gelap noirish dengan bahaya pada setiap lantai dengan aksi terbatas pada ruang interior dipenuhi dengan bayangan dan ketakutan. Evans juga membayangkan akan memiliki lebih banyak action, bukan hanya dari sudut hati yang manis dan romantis seperti yang ditampilkan pada film ini.

Setelah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk "Merantau", keinginannya untuk membuat film yang settingnya 95% berada di dalam ruangan. Evans mulai menonton banyak film untuk inspirasi, seperti Assault on Precinct 13 dan Die Hard untuk mencari struktur cerita, bagaimana mengembangkan adegan action ke dalam cerita sealami mungkin.

Evans mengatakan bahwa selalu ingin menemukan cara untuk mencampur genre bersama-sama, untuk membawa lebih ke film seni bela diri daripada sekedar murni tindakan. Itulah yang sebagian besar fans dari genre action ingin lihat.

Dengan Serbuan Maut, Evans dan tim produksi MERANTAU FILMS berencana untuk mengeksplorasi gaya pengambilan gambar yang berbeda dan atmosfer film tersebut untuk memungkinkan pergeseran tonal dan perubahan genre. Konsep utama film ini adalah tim SWAT yang terjebak di dalam gedung dengan penjahat di sekitar mereka yang membuat banyak pilihan bagi tim produksi untuk tidak hanya untuk mengeksplorasi koreografi action tetapi untuk memberikan perasaan dari ketegangan yng tercipta dari film ini, bahkan horor sekalipun.

Sinopsis

Di jantung daerah kumuh Jakarta berdiri sebuah gedung apartemen tua yang menjadi markas persembunyian para pembunuh dan bandit yang berbahaya. Sampai saat ini, blok apartemen kumuh tersebut telah dianggap tidak tersentuh, bahkan untuk perwira polisi yang paling berani sekalipun. Diam-diam di bawah kegelapan dan keheningan fajar, sebuah tim elit polisi penyerbu berjumlah 20 orang ditugaskan untuk menyerbu apartemen persembunyian tersebut untuk menyergap gembong narkotik terkenal yang menguasai gedung tersebut. Tapi ketika sebuah pertemuan dengan seorang pengintai membuka rencana mereka dan berita tentang serangan mereka mencapai sang gembong narkotik, lampu dalam gedung tiba-tiba padam dan semua pintu keluar diblokir. Terdampar di lantai enam dan tanpa jalan keluar, satuan khusus tersebut harus berjuang melawan penjahat-penjahat terburuk dan terkejam untuk bertahan hidup dalam misi penyerbuan tersebut.

Keunggulan

Film The Raid telah masuk ke peringkat 11 BOX OFFICE AMERIKA

Pemeran

Penghargaan

Referensi

Pranala luar