Vlad Ţepeş

pemimpin Wallachia abad ke-15
Revisi sejak 28 Oktober 2012 18.39 oleh 175.106.13.4 (bicara)

Vlad III, Pangeran Wallachia (c. 1431 – Desember 1476), dikenal sebagai Vlad Ţepeş (Romanian: Vlad Țepeș diucapkan [ˈvlad ˈt͡sepeʃ] atau Dracula (dalam Bahasa Indonesia seringkali diubah menjadi Drakula), adalah pangeran Wallachia yang berkuasa pada tahun 1448, lalu pada 1456 hingga 1462 dan pada tahun 1476.[3]

Vlad III Dracula
Pangeran Wallachia
Potret terkenal dari Vlad III Dracula[1][2]
Berkuasa1448; 1456–1462; 1476
Istri
WangsaHouse of Drăculești (cabang dari House of Basarab)
AyahVlad II Dracul
IbuCneajna dari Moldavia

Dalam sejarah, Vlad terkenal akan perlawanannya terhadap ekspansi Kesultanan Utsmaniyah[4] dan hukuman kejam yang ia berlakukan pada musuh-musuhnya.[5]

Vlad III terkenal karena menginspirasi nama karakter vampir pada novel Bram Stoker tahun 1897, Drakula.[5]

Nama

Nama balakangnya Drăculea (juga disebut "Drakulya"), berdasarkan beberapa dokumen, berarti "anak sang naga", karena ayahnya, Vlad II Dracul, yang menerima julukan tersebut karena ia telah bergabung dengan Ordo Naga (Order of the Dragon). Dracul, berasal dari bahasa Latin Draco, berarti "dragon", adalah berasal dari kata dalam bahasa Yunani Δράκων (Dracon). Dalam bahasa Rumania, Drac berarti "iblis".

Julukan berikutnya, "Țepeș" ("Penyula") berasal dari kegemarannya menghukum orang dengan cara disula. Dalam bahasa Turki Ottoman, ia dikenal dengan nama "Kazıklı Voyvoda" yang berarti "Pangeran Penyula".

Selama hidupnya, ia menuliskan namanya pada setiap dokumen dengan nama Wladislaus Dragwlya atau Drakwlya.[6]

Masa muda

Vlad lahir di Sighișoara (Hungaria: Segesvár), Transylvania (bagian dari kerajaan Hungaria), pada musim dingin tahun 1431 dari Vlad II Dracul, dan merupakan cucu dari Mircea the Elder. Ibunya diyakini merupakan istri kedua dari ayahnya, Putri Cneajna dari Moldavia, anak sulung dari Alexandru cel Bun.[7]. Dia memiliki dua kakak tiri, Mircea II dan Vlad Călugărul, dan adik tiri, Radu cel Frumos.

Pada saat dia lahir, ayahnya yang mendapat julukan the Dragon (bahasa Rumania: Dracul) sedang dalam perjalanan ke Nuremberg untuk kepentingan Ordo Naga. Pada saat berumur lima tahun, Vlad diterima menjadi anggora Ordo.[1]

  |pritnf("Vlad de Dracul Tepes");

Vlad dan Radu menghabiskan waktu kecilnya di Sighișoara dalam didikan ibunya dan istri ayahnya yang lain. Pasa masa awal kekuasaan ayahnya, ayahnya mengajak anak-anaknya ke Târgoviște, ibukota Wallachia pada saat itu.

Menurut ahli sejarah, di Târgoviște, anak-anak Vlad II Dracul dididik oleh guru-guru Roman atau Yunani dari Konstantinopel. Vlad diyakini mempelajari keahlian bertempur, geografi, matematika, sains, bahasa (Bulgaria Tua, Jerman, Latin), dan seni klasik serta filosofi[8]

Hidup di Edirne, Turki

Pada tahun 1436, Vlad II Dracul turun tahta, kemudian digulingkan pada 1442 oleh faksi saingannya, namun dijamin oleh kesultanan Ottoman dengan syarat membayar upeti kepada Sultan dan juga mengirim kedua anaknya yang sah, Vlad III dan Radu, ke pengadilan Ottoman, sebagai dididik dan juga sebagai sandera.

Vlad III dipenjara dan selalu dicambuk dan dipukul karena ucapannya yang kasar kepada pada instrukturnya dan wataknya yang keras kepala, dimana adiknya, Radu lebih mudah untuk dikendalikan. Radu kemudian memeluk agama Islam, dan melayani anak Sultan Murad II, Mehmed II (kemudian dikenal dengan nama Al Fatih atau "sang Penakluk"), dan diperkenankan masuk ke dalam pergaulan kesultanan Ottoman dan menyandang gelar Bey.

Hal ini diduga kuat menjadi dasar mengapa Vlad begitu bencinya dengan Ottoman, Janissary (pasukan elit kesultanan Ottoman), adiknya Radu yang memeluk agama Islam dan pangeran Ottoman Mehmed II (yang di kemudian hari menjadi sultan). Vlad juga iri dengan preferensi ayahnya kepada kakak tirinya Mircea II dan Vlad Călugărul. Vlad juga tidak lagi mempercayai kerajaan Hungaria dan ayahnya sendiri yang menurutnya tega menukarkan dirinya dengan kesultanan Ottoman dan mulai mengkhianati sumpahnya pada Ordo Naga dengan melawan kepada kesultanan Ottoman.

Kembali ke Wallachia

Vlad akhirnya dilepaskan dengan berbagai persyaratan dan mulai belajar ilmu logika, Alquran dan bahasa Turki serta bahasa Persia, sehingga Vlad dapat berbahasa Turki dan Persia dengan baik di kemudian hari.[9]. Vlad dan adiknya kemudian belajar keterampilan bertempur dan mengendarai kuda. Ayahnya, Vlad Dracul, kemudian kembali ke Wallachia dengan dukungan kesultanan Ottoman dan merebut tahta dari Basarab II dan para bangsawan yang tidak loyal kepadanya.

Pada bulan Desember 1447, para bangsawan yang didukung oleh pejabat kerajaan Hungaria, Janos Hunyadi memberontak kepada Vlad Dracul, dan dibunuh di dekan Bălteni. Mircea, kakak tiri tertua Vlad menjadi buta dan dikubur hidup-hidup di Târgoviște.

Untuk melindungi Wallachia dari kejatuhan kepada kerajaan Hongaria, kesultanan Ottoman menyerang Wallachia dan mendukung Vlad III untuk naik tahta. Ini mengakibatkan Hunyadi menyerang kembali Wallachia dan berusaha menempatkan sekutunya Vladislav II, dari klan Dănești untuk naik tahta

Vlad lalu pergi ke Moldavia dan mendapatkan perlindungan dari pamannya, Bogdan II. Pada tahun 1451, Bogdan dibunuh dan Vlad pergi ke kerajaan Hongaria. Terkesan dengan pengalaman Vlad yang pernah berada di kesultanan Ottoman, Hunyadi kemudian mempersatukan kekuatannya dengan Vlad dan menjadikan Vlad sebagai penasehatnya.

Pada tahun 1453, tentara kesultanan Ottoman Mehmed II merebut Konstantinople setelah pertempuran panjang, mengakibatkan berakhirnya kekuasaan Kristen di timur Mediterrania.

Pada tahun 1456, tiga tahun setelah penaklukan Konstantinopel, Ottoman merebut Hongaria dengan merebut Beograd. Hunyadi mulai terkonsentrasi dengan penyerangan di Serbia, sementara Vlad dan pengikutnya berangkat ke Wallachia, membebaskan tanah airnya dan membunuh Vladislav II dengan pertarungan satu lawan satu

Masa pemerintahan

Hal pertama yang Dracula lakukan sebagai penguasa adalah melakukan reformasi dengan cara menyula (impale).[10] Sula sendiri adalah metode pembunuhan dengan cara menusukkan tiang pancang sebesar lengan orang dewasa ke bagian dubur korbannya dan mendirikan pancang tersebut.[10][11] Orang-orang pertama yang menjadi korbannya adalah para bangsawan di Wallachia.[10][12] Sebelum kedatangan Dracula, para bangsawan itu adalah penguasa Wallachia.[10][12] Penguasa takhta Wallachia hanyalah boneka belaka.[10] Setelah pembunuhan para bangsawan serta keluarganya, Dracula membagikan tanah-tanah bangsawan kepada petani kecil yang setia padanya.[10] Para bangsawan yang selamat segera melarikan diri atau bungkam setelah kejadian itu.[10] Ia kemudian dikenal dengan nama Vlad Ţepeş atau Vlad Sang Penyula.[12]

Semenjak itu ia memperketat semua peraturan di Wallachia untuk menjamin pemerintahannya.[10][12] Ia memberlakukan hukuman berat bagi pelaku kejahatan, ini tentunya membuat Wallachia menjadi daerah yang aman karena orang-orang takut akan hukuman-hukuman berat tesebut.[10][12]

Benteng Poenari

Dracula memusatkan semua pemerintahannya di Benteng Poenari.[10] Benteng ini dibangun dari keringat para pangeran dan keluarganya yang ditawan pada hari Paskah.[10] Hari itu semua dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan kasar membangun kastil setelah diberi jamuan besar-besaran.[3] Beberapa pangeran yang melawan ditangkap dan disula di tempat.[10]

Benteng ini akhirnya dikepung oleh Radu yang menyerang atas perintah Sultan Mehmed II.[10][11] Radu adalah panglima perang sekaligus anggota dari kesatuan Yanisari, orde yang dibentuk untuk menandingi Orde Naga (Dracul).[10][12]

Malam sebelum penyerangan, seorang hamba Dracula yang dikirim bersamanya ke Turki dan saat itu melayani Radu, memanahkan pesan agar tuannya kabur.[10] Istri Dracula yang menerimanya.[10] Istrinya segera memberitahu agar Dracula segera melarikan diri.[10] Dracula menolak dan bersikeras bertahan.[10] Istrinya tidak mau menjadi tahanan perang maka ia melompat dari kamar tidurnya dan jatuh di anak Sungai Arges.[10] Sekarang sungai itu diberi nama Sungai Permaisuri (Răul Doamnei).[10] Ternyata diketahui setelahnya bahwa saat istrinya melompat bunuh diri, Dracula justru melarikan diri lewat lorong rahasia.[10]

Masa Pengasingan

Dari benteng Poenari, Dracula melarikan diri ke arah barat menuju daerah Brasov.[13] Ia segera menemui raja Hongaria yang baru yaitu Matthias Corvinus.[13][11] Sesampainya disana ia bukannya dijamu malahan dijadikan tawanan.[13] Ia ditempatkan sebagai tahanan di Istana Visegard. [13] Disini kebiasaannya menyiksa binatang kecil kembali kambuh.[13] Penjaga Istana Visegard enggan bertemu jika tidak mempunyai keperluan.[13]

Untuk memuaskan keluarga kerajaan Dracula masuk agama Katolik.[13][11] Ia pun dipindahkan ke vila di areal kerajaan.[13] Disana ia bertemu Ilona Szilagy, seorang perempuan kemenakan Raja Matthias.[13][12][11] Setelah resmi menikah ia mengabdi pada Raja Matthias selama 13.[13][12][11] Pada bulan Juli 1375 M ia kembali menyerang Wallachia dengan bantuan Pangeran Stephen Bathory dari Transilvania dan Pangeran Stephen The Great dari Moldavia, memasuki masa pemerintahan kedua.[13] Saat itu pula Randu, saudaranya telah meninggal karena terkena penyakit syphilis.[11] Pemerintahan di Wallachia dipegang oleh Basarab, seorang anggota dinasti Danesti.[11]

Masa pemerintahan kedua

Masa pemerintahan kedua ini hanya berlangsung satu tahun karena setelah berhasil Stephen meninggalkan Dracula, mengurangi banyak dari total pasukan yang menggempur Wallachia.[13][11] Ia banyak menghabiskan waktunya di Gereja Snagov.[13] Sehari-hari ia hanya mengikuti misa dan berbincang dengan kepala biara.[13] Ia pun sempat bertanya apakah dosanya dapat diampuni.[13] Ia pun berpesan agar dikuburkan di gereja itu.[3] Kali ini kekejamannya hampir hilang sama sekali.[13] Ia hanya merenung dan memikirkan segala yang telah ia lakukan.[13]

Kematian

Di saat kekuasaan Dracula mulai memudar, Perang Salib justru sedang berkobar.[14] Sultan Mehmed II memimpin pasukan Turki Utsmaniyah menggempur Eropa Barat.[14] Dracula ditugaskan untuk menyambut pasukan musuh.[14] Kali ini Dracula meninggalkan Wallachia dengan menitipkan anak dan istrinya di Transilvania.[14] Kepergiannya tidak mendapat dukungan rakyat.[3] Rakyat seolah tak peduli ada peperangan di luar sana.[14]

Ia pun memimpin pasukan yang terhitung kecil ke Danau Snagov yang akhirnya berhadapan dengan musuh.[14] Pada bulan Desember tahun 1476 akhirnya ia meninggal dunia dalam perang itu.[14][12][11]

Legenda Kematian Dracula

Dracula punya banyak musuh.[14] Itulah yang mendasari sebuah legenda bahwa ia dibunuh oleh prajuritnya sendiri.[14] Konon di antara prajurit-prajuritnya terdapat pembunuh bayaran dari lawan-lawan Dracula.[14][11] Musuhnya pun mencari celah agar dapat membunuh Dracula di saat lengah.[14]

Versi lain mengatakan bahwa ia dibunuh seorang prajurit Turki Utsmaniyah yang menyamar sebagai pelayan.[14] Sultan Mehmed II telah membentuk unit khusus bernama Yanisari yang tujuan utamanya adalah membunuh Dracula.[14] Pada saat menjelang kematiannya, salah seorang Yanisari berhasil menyusup dan membunuh Dracula di saat sedang istirahat.[14]

Ia pun konon meninggal terbunuh oleh prajuritnya sendiri karena berpakaian seperti prajurit Turki Utsmaniyah.[14] Padahal Dracula menyamar untuk memasuki pertahanan musuh.[14]

Bagaimanapun terbunuhnya Dracula, semua mengarah pada satu akhir.[14] Kepalanya dipenggal dan dibawa ke Konstantinopel sebagai bukti, lalu dibuang ke sungai[14][11] Mayat Dracula yang tak berkepala akhirnya ditemukan di tepian Danau Snagov oleh biarawan Snagov.[14] Mereka membawanya ke Gereja Snagov sesuai permintaannya.[14][11]

Sang Vampir

Vlad III tak ayal identik dengan hasil karya literatur vampir berjudul Dracula oleh pengarang Irlandia, Bram Stoker.[15] Banyak yang berspekulasi tentang mengapa Bram Stoker memilih nama Dracula sebagai peran antagonis di novelnya.[15] Ada yang mengatakan bahwa itu semua adalah cara dunia barat mengaburkan kekejamannya kepada korban-korbannya.[16] Pada sebuah penelian oleh Raymond McNally dan Radu Florescu dari Boston College di Massachusetts berjudul "In Search of Dracula" menyatakan bahwa Dracula didasarkan dari karakter kejam Vlad III.[15] Tapi pada sebuah penelitian ilmiah terkini oleh Professor Elizabeth Miller dari Universitas Newfoundland di Kanada semua terjawab lewat catatan-catatan Bram Stoker.[15]

Pada penelitian itu Professor Miller mengumpulkan semua catatan selama hidup Bram Stoker dan menemukan fakta bahwa Bram Stoker menemukan nama Dracula dari buku William Wilkerson berjudul An Account of the Principalities of Wallachia and Moldavia.[15]Pada catatan itu ditemukan bahwa Bram Stoker meminjam buku itu dari Perpustakaan Whitby di Inggris Utara.[15] Kontras dengan pandangan tentang pengaburan kekejamannya, Bram Stoker sama sekali tidak tahu-menahu tentang kekejaman Vlad III.[15]

Dracula sendiri selama hidupnya tidak pernah meminum darah layaknya vampir.[17] Bahkan musuh bebuyutannya Kesultanan Utsmaniyah pun tidak pernah menyebut Dracula sebagai makhluk penghisap darah tersebut.[17]

Penelitian terakhir menyebutkan bahwa Vlad III menderita penyakit Porfiria, sehingga ia selalu menghindar dari sinar Matahari atau sinar Ultraviolet, serta memiliki kelainan pada kulitnya yang pucat.

Vlad di mata dunia

Bagi rakyat Dracula adalah seorang pahlawan nasional.[17] Ini terjadi karena usahanya menjaga Wallachia dari serangan musuh Kesultanan Utsmaniyah.[17] Bahkan kekejamannya pada para bangsawan adalah cara Dracula menstabilitasi negara dan menggulingkan kekuasaan bangsawan itu kepada rakyat kecil.[17]

Pada sebuah cerita tentang Piala Emas Dracula, ia menaruh sebuah piala emas di tengah kota untuk menjaga kejujuran rakyatnya.[10] Piala itu berisi air dimana semua orang boleh meminumnya tapi tidak boleh memindahkan dan membawa piala tersebut.[10] Ini adalah cara Dracula mengajarkan kejujuran rakyatnya yang dipandang bijaksana oleh rakyat Rumania.[17]

Di Jerman dan negara Eropa Barat lainnya Dracula dipandang sebagai tirani berdarah dingin.[17] Konon ia menyula lebih dari 500 pedagang Jerman dalam sebuah penyerangan di Transilvania.[17] Hal ini membuat orang Jerman dan Eropa Barat saat itu membenci kekejaman Dracula.[17]

Sebagai musuh utama Dracula, Kesultanan Utsmaniyah tentu membenci Dracula.[18] Ia pernah membantai prajurit Kesultanan Utsmaniyah di Tirgoviste, membakar pemuda pelajar Turki di Wallachia, memaku topi utusan Kesultanan Utsmaniyah yang lupa melepas topi[15], menyula 30.000 pedagang Turki.[18]

Rujukan

  1. ^ a b c d Florescu, Radu R. & McNally, Raymond T. (1989). Dracula, prince of many faces: his life and his times. Little, Brown and Company. ISBN 0-316-28655-9. 
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Ambras
  3. ^ a b c d Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Dracula
  4. ^ Count Dracula's Legend
  5. ^ a b "Vlad III". Encyclopædia Britannica Online. 2010. Diakses tanggal 26 May 2010. 
  6. ^ http://hrcak.srce.hr/file/19561
  7. ^ Dracula: Prince of Many Faces", Florescu dan McNally, halaman 45
  8. ^ http://www.exploringromania.com/young-dracula-childhood
  9. ^ Florescu, Radu R. & McNally, Raymond T. (1989). hlm. 133.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.53-57, 60. Yogyakarta: Navila Idea
  11. ^ a b c d e f g h i j k l m Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama porter
  12. ^ a b c d e f g h i Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama vampir
  13. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.69-74. Yogyakarta: Navila Idea
  14. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.147-156. Yogyakarta: Navila Idea
  15. ^ a b c d e f g h Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama vampir2
  16. ^ Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.173. Yogyakarta: Navila Idea
  17. ^ a b c d e f g h i (Inggris)Karg, Barb and Others.(2009). The Everything Vampire Book Hal.62-66. Avon: F+W Media
  18. ^ a b Cneajna, Hyphatia.(2010). Dracula: Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib Hal.104,107,110-114,117. Yogyakarta: Navila Idea

Lihat Pula

Pranala luar

Templat:Link FA