Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Lembaga Pemerintah Non Kementerian
Revisi sejak 17 April 2013 13.55 oleh SpaceS088 (bicara | kontrib) (Renovasi ke data terbaru)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) adalah lembaga pemerintah nonkementerian Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya. Visi LAPAN adalah Terwujudnya kemandirian dalam IPTEK penerbangan dan antariksa untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. 4 bidang utama LAPAN yakni penginderaan jauh, teknologi dirgantara, sains antariksa, dan kebijakan dirgantara.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
Lambang LAPAN
Informasi lembaga
Dibentuk27 November 1963; 60 tahun lalu (1963-11-27)
Wilayah hukumIndonesia Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia (RISTEK)
Kantor pusatRawamangun, DKI Jakarta
Pegawai1304[1]
Anggaran tahunanIDR 491.863.242,- (APBNP 2012)[2]
Pejabat eksekutif
  • Drs. Dipl. Ing. Bambang Setiawan Tedjasukmana, Kepala LAPAN
Situs webKantor Pusat
Deputi Bidang Teknologi Penerbangan
Deputi Bidang Penginderaan Jauh
Deputi Bidang Sains Antariksa & Kedirgantaraan

Sejarah Pembentukan

Pada 31 Mei 1962, atas arahan Presiden RI Soekarno, dibentuk Panitia Austronautika oleh Perdana Menteri Ir. H. Juanda (selaku Ketua Dewan Penerbangan RI) dan R.J. Salatun (selaku Sekretaris Dewan Penerbangan RI). Untuk mendukung langkah tersebut, pada 22 September 1962 dibentuklah Proyek Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) afiliasi AURI dan Institut Teknologi Bandung. Proyek PRIMA berhasil membuat dan meluncurkan dua roket seri Kartika berikut telemetrinya pada tahun 1964.

Pada 27 November 1963, dibentuklah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 236 Tahun 1963 tentang LAPAN, untuk melembagakan penyelenggaraan program-program pembangunan kedirgantaraan nasional. Dalam hal penyempurnaan organisasi LAPAN, telah dikeluarkan beberapa Keppres, dengan yang terkini yakni Keppres Nomor 9 Tahun 2004 tentang Lembaga Non-Kementerian.

Program Utama

Pengembangan Teknologi Dirgantara

Teknologi yang saat ini sedang dikembangkan LAPAN meliputi roket pendorong 'Sonda', satelit, pesawat Transpor, pesawat pengamat tak berawak (LAPAN Surveillance UAV), dan LAPAN Surveillance Aircraft (LSA).

Roket Pendorong Sonda

Disebut sebagai RX (Roket eXperimental), dipersiapkan untuk peluncuran satelit secara mandiri pada tahun 2014 dan pengembangan Satelite Launch Vehicle (SLV) yang ditargetkan LAPAN dapat rampung pada tahun 2024.[3] Semua Roket RX diujicobakan di Pangkalan Ujicoba Roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

  • RX-100

Spesifikasi RX-100 meliputi diameter roket sebesar 110 mm, bobot 30 kg, panjang roket 1900mm, dan memiliki propelan tipe padat. RX-100 diperkirakan dapan mencapai kecepatan maksimum 1.7 mach, menempuh jarak 11 Km, dan mencapai tinggi 7 Km. RX-100 telah berhasil diujicobakan oleh TNI Angkatan Darat dengan PT Pindad pada 31 Maret 2009, dengan menggunakan panser Pindad dan menempuh jarak 24 Km.[4]

  • RX-250

RX-250 sudah diujicobakan berkala sejak tahun 1987 hingga 2005.[4]

  • RX-320

RX-320 memiliki diameter roket sebesar 320 mm. RX-320 telah berhasil diujicobakan pada 30 Mei dan 2 Juli 2008.[4]

  • RX-420

RX-420 memiliki spesifikasi antara lain diameter roket sebesar 420 mm, beban saat terbang 1000 Kg, panjang roket 6200 mm, dan memiliki propelan tipe padat. RX-420 membutuhkan waktu 13 detik untuk pengapian roket dan diprediksikan dapat terbang selama 205 detik. Roket ini juga diprediksikan mampu mencapai kecepatan maksimum 4.5 mach, dapat menempuh jarak 101 Km, dan mencapai tinggi 53 Km. RX-420 berhasil diujicobakan pada 2 Juli 2009, dengan menggunakan bahan baku dalam negeri.[4]

  • RX-520
  • RX-550

RX-550 memiliki spesifikasi yakni diameter roket sebesar 550 mm, berbobot 3 ton, dan memiliki panjang 6000 mm. RX-550 diprediksikan dapat terbang hingga ketinggian 100 Km dan jangkauan 300 Km.[4] RX-550 telah melalui uji statis pada tahun 2012 dan direncanakan akan diujicobakan pada pertengahan 2013.[5]

Satelit

Proyek pengembangan satelit yang dilaksanakan oleh LAPAN dimulai sejak tahun 2000. Satelit yang dibuat oleh LAPAN digunakan untuk pengambilan citra bumi, mitigasi bencana, komunikasi radio, dan pengaturan lalu lintas laut.[6]

  • Indonesian Nano Satelite (INASAT-1)
     
    Bagan Satelit INASAT-1

INASAT-1 merupakan satelit berbentuk Nano Hexagonal, yang dibuat dan didesain sendiri oleh Indonesia untuk pertama kalinya. INASAT-1 merupakan satelit metodologi penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN. Proyek ini dimulai pada tahun 2000 bekerjasama dengan Dirgantara Indonesia (PTDI). INASAT-1 sukses diluncurkan pada tahun 2006.

  • LAPAN - Technische Universität Berlin Satellite (LAPAN-TUBSAT / LAPAN A-1)

Proyek LAPAN-TUBSAT dilaksanakan LAPAN atas kerjasama dengan Universitas Teknik Berlin (TUB) untuk mempelajari basis pembuatan satelit dari Berlin. Pembuatan satelit ini juga dilakukan sepenuhnya di Jerman,[7] karena LAPAN belum memiliki peralatan yang memadai dan masih mempelajari cara pembuatan satelit. Dengan dimensi 45x45x27 cm3, misi satelit ini adalah pengamatan citra bumi dari ketinggian (Video Surveillance).[6]

Proyek LAPAN A-2 dilaksanakan sepenuhnya di Pusat Teknologi Satelit, Rancabungur, Bogor, Jawa Barat. Dengan dimensi 50x47x38 cm3 dan bobot 70 Kg, LAPAN A-2 diharapkan dapat berputar terhadap bumi setiap 20 menit dengan pola orbit geostationer diatas khatulistiwa dan memiliki radius deteksi lebih dari 100 Km.[8] Pada 5 November 2008, LAPAN sepakat untuk bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) dalam pemanfaatan satelit LAPAN A-2. Satelit ini akan dilengkapi dengan transponder UHF/VHF berfrekuensi 145.880 MHz dan 435.880 MHz serta digipeater APRS berfrekuensi 145.825MHz.[9]. Satelit ini ditargetkan dapat diluncurkan pada tahun 2013, menunggu kesiapan roket pengangkut satelit milik India.[10]

Satelit LAPAN A-3 memiliki dimensi 50x50x70 cm3, akan dilengkapi dengan pemotret luar angkasa digital, Sistem Identifikasi Otomatis (AIS) untuk lalu lintas perairan, peralatan radio amatir dan repeater, serta pemotret citra permukaan bumi (multispectral imager). LAPAN turut bekerjasama dengan IPB dalam pemanfaatan multispectral imager untuk kepentingan program pangan nasional. Satelit ini masih dalam proses penyempurnaan.[11]

Pesawat Transportasi

Pengembangan pesawat transportasi yang dilakukan di PT Dirgantara Indonesia bekerjasama dengan LAPAN antara lain pada pesawat N-219, N-245, dan N-270. [3]

LAPAN Surveillance UAV (LSU)

LSU merupakan pesawat tanpa awak yang berkemampuan mengangkut beban 10 Kg, dilaksanakan sebagai tahap awal realisasi pesawat tanpa awak untuk keperluan Airborne Remote Sensing. LSU digunakan untuk keperluan mitigasi bencana, monitoring wilayah rawan bencana, serta pengambilan data satelit.[3] Tipe LSU yang saat ini beroperasi adalam tipe LSU-02 dan LSU-03.[12]

LAPAN Surveillance Aircraft (LSA)

LSA merupakan hasil kerjasama antara LAPAN dengan PTDI dengan bantuan teknis dari Universitas Teknik Berlin (TUB) pada tahun 2012. LSA merupakan sebuah armada pesawat pengamat yang dapat diisi oleh 2 orang. Tipe awal, LSA-01, sedang dirancang dan diujicobakan di Jerman. LSA-01 merupakan pesawat yang dapat mendarat di darat maupun di perairan.[12]

Penginderaan Jauh (Inderaja)

LAPAN melakukan kegiatan penginderaan jauh dengan menggunakan sinyal yang dipancarkan dari satelit-satelit yang beredar (Satelit LAPAN-TUBSAT, Landsat, NOAA, MODIS, SPOT, dan Fengyun) kemudian ditangkap oleh stasiun-stasiun bumi penerima data inderaja. Kegiatan inderaja dilakukan untuk berbagai hal, seperti mitigasi bencana, perhitungan tingkat polusi udara, pemantauan wilayah hutan, pemantauan lahan pertanian dan pangan, informasi zona tangkapan ikan di laut, serta pemantauan titik api secara near real time.[3] Data yang telah diterima oleh LAPAN dikumpulkan ke dalam sebuah Bank Data Penginderaan Jauh Nasional yang dapat diakses secara luas melalui internet.

Sains Dirgantara dan Antariksa

Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer

LAPAN melalui Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer melakukan aktifitas yang berhubungan dengan pemantauan atmosfer bumi.[13] Aktifitas tersebut yakni:

Pusat Sains Antariksa

Pusat Sains Antariksa melakukan kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas luar angkasa.[14] Aktifitas tersebut yakni:

  • Penelitian aktifitas matahari sebagai sumber energi dan gangguan.
  • Penelitian dan pengamatan orbit satelit, gangguan, dan sampah antariksa.
  • Penelitian dan pengamatan benda langit dan benda lainnya di orbit rendah bumi.
  • Penelitian medan magnet antariksa dan pemodelan medan geomagnetik regional.
  • Penelitian aktifitas ionosfer regional dan pemanfaatan gelombang radio.
  • Pengembangan instrumentasi dan basis data antariksa.

Fasilitas

LAPAN memiliki beberapa fasilitas penting yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk mendukung aktifitasnya.[15] Kantor pusat LAPAN terletak di Jl. Pemuda Persil no. 1, Rawamangun, Jakarta Timur. Beberapa fasilitas LAPAN lainnya yakni:

Kantor Pekayon merupakan kantor Deputi Bidang Penginderaan Jauh LAPAN. Selain itu juga sebagai Pusat Data Inderaja, Pusat Pengembangan Teknologi dan Pemanfaatan Inderaja, dan Pusat Kendali Satelit Cuaca dan Lingkungan LAPAN.

  • Pusat Antariksa Bandung (Bandung, Jawa Barat)

Pusat Antariksa Bandung merupakan kantor Deputi Sains Antariksa dan Dirgantara LAPAN, terdiri dari Pusat Sains Antariksa dan Pusat Sains Atmosfer.

Kantor Rumpin merupakan kantor Deputi Bidang Teknologi Dirgantara LAPAN.

  • Pusat Teknologi Satelit Rancabungur (Bogor, Jawa Barat)

Rancabungur merupakan lokasi perakitan satelit pasca-pengembangan LAPAN-TUBSAT. Di lokasi tersebut juga terdapat Pusat Kendali Komunikasi Satelit LAPAN.

  • Pusat Uji Terbang Roket Pameungpeuk (Garut, Jawa Barat)

Pameungpeuk merupakan lokasi utama peluncuran roket-roket yang diujicobakan LAPAN. Di lokasi tersebut juga terdapat Stasiun Pengamat Dirgantara.

  • Lapangan Eksperimen Tenaga Angin Bulakbaru (Jepara, Jawa Tengah)
  • Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjungsari (Sumedang, Jawa Barat)

Diresmikan pada 1975, SPD Tanjungsari melakukan aktifitas pengamatan matahari dan ionosfer. Instalasi yang terdapat di SPD Tanjungsari yakni Teleskop NGT 18 inci, Teleskop Celestron 8 inci, Spektrograf Radio SN 4000, Automatic Weather Station, dan Total Electro Content Meter.

Diresmikan pada 1983, SPD Watukosek melaksanakan kegiatan pengamatan atmosfer, [klimatologi]], dan aktifitas matahari.[16] Instalasi yang terdapat pada SPD Watukosek antara lain BREWER Spectrometer, DASIBI Land Ozon Monitor, Teleskop Matahari H-alpha, Teleskop Sunspot, dan Balon Stratosfer.

Diresmikan pada tahun 2001, SPD Kototabang berada pada ketinggian 900 m diatas permukaan laut (dpl). Lokasi ini memiliki beberapa antena untuk pengamatan atmosfer, seperti Radar Atmosfer Ekuatorial (EAR) berfrekuensi 27 MHz, Radiometer, Optical Rain Gauge, X-band Rain Radar, Desdrometer, Celilometer, dan VSAT.[17]

Diresmikan pada 1986, SPD Pontianak melakukan aktifitas pengamatan atmosfer dan benda langit dengan menggunakan beberapa instalasi penting.[18] Aktifitas tersebut antara lain:

    1. Pengamatan ionosfer, dengan instalasi: Ionosonde/CADI, TEC, WinRadio, Komrad HF dan ITS-30.
    2. Pengamatan atmosfer atas, dengan instalasi MF-Radar.
    3. Penelitian medan magnet bumi, dengan instalasi Fluxgate Magnometer.
    4. Penelitian meteor, dengan instalasi: AWS, M-AWS, dan WPR.
    5. Penelitian Kimia Atmosfer, dengan instalasi: Ozon Monitor dan CO2 Monitor.
  • Stasiun Pengamat Dirgantara Parepare (Parepare, Sulawesi Selatan)

SPD Parepare beraktifitas dalam lingkup Klimatologi dan Inderaja. SPD ini tuga sebagai Pusat Kendali Satelit Inderaja LAPAN.

SPD Manado merupakan stasiun pengamat cuaca atmosfer dengan kerjasama antara LAPAN dengan BMKG.

SPD Biak merupakan fasilitas LAPAN yang terdiri dari:

    1. Stasiun Pengamatan Klimatologi
    2. Pusat Kendali Satelit Cuaca dan Lingkungan
    3. Pusat Kendali Telemetri, Penjelajahan, dan Kontrol Wahana Antariksa (ISRO-LAPAN)

Catatan Kaki

  1. ^ "Profil SDM LAPAN 2011" (PDF). LAPAN. December, 2011. Diakses tanggal April 16, 2013. 
  2. ^ http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/S-381%20MK.02%202012%20-%20APBN-P%202012.pdf,
  3. ^ a b c d http://lapan.go.id/profil/index.html
  4. ^ a b c d e http://www.globalsecurity.org/space/world/indonesia/rps.htm
  5. ^ http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/370623-2025--lapan-yakin-ri-luncurkan-satelit-secara-mandiri
  6. ^ a b http://lapanrb.org/images/pdf/pengembangan_satelit_lapan.pdf
  7. ^ http://www.teknologi.news.viva.co.id/news/read/343206-mengenal-tonggak-sejarah-satelit-indonesia
  8. ^ http://sains.kompas.com/read/2012/08/31/14443720/Lapan.A2.Satelit.Produksi.Indonesia
  9. ^ http://www.orari.or.id/read.php?id=256
  10. ^ http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/347889-luncur-tahun-depan--ini-fungsi-satelit-a2-lapan?
  11. ^ http://www.aprsaf.org/data/aprsaf19_data/csa/D2_07_1230_LAPAN-A3_Mission&Satellite_System_Design.pdf
  12. ^ a b http://www.malaysiaflyingherald.wordpress.com/2013/04/15/a-busy-year-for-lapan/
  13. ^ http://dirgantara-lapan.or.id/index.php?nama=3
  14. ^ http://dirgantara-lapan.or.id/index.php?nama=4
  15. ^ http://lapan.go.id/page.php?vpage=lokasi.htm
  16. ^ http://watukosek.dirgantara-lapan.or.id/
  17. ^ http://kototabang.dirgantara-lapan.or.id/content/loka-pengamatan-atmosfer-kototabang
  18. ^ http://pontianak.dirgantara-lapan.or.id/content/struktur-organisasi

Lihat Pula

Pranala luar