Druk Air Corporation Limited (Dzongkha: འབྲུག་མཁའ་འགྲུལ་ལས་འཛིན།, Wylie: 'brug mkha' 'grul las 'dzin), beroperasi dengan nama Drukair — Royal Bhutan Airlines, adalah maskapai penerbangan nasional dari Kerajaan Bhutan. Kantor pusatnya berada di dzongkhag Barat di Paro.[3]

Drukair — Royal Bhutan Airlines
འབྲུག་མཁའ་འགྲུལ་ལས་འཛིན།
IATA ICAO Kode panggil
KB DRK[1] ROYAL BHUTAN[1]
Didirikan5 April 1981
Mulai beroperasi11 Februari 1983
Pusat operasiBandar Udara Paro
Armada4
Tujuan10
SloganOn the Wings of the Dragon
Perusahaan indukDruk Holding and Investments Limited
Kantor pusatParo, Bhutan
Tokoh utamaTandin Jamso (CEO)[2]
Situs webwww.drukair.com.bt

Didirikan pada tahun 1981, sepuluh tahun setelah Druk Gyalpo Jigme Dorji Wangchuck secara bertahap mulai membuka kerajaannya dari isolasi diri, dan tujuh tahun setelah menerima kunjungan warga negara asing pertamanya, maskapai memulai operasinya pada tahun 1983 drngan penerbangan dari Calcutta menuju Paro dengan menggunakan pesawat Dornier Do 228. Perpindahan pesawat ke BAe 146-100 terjadi pada bulan November 1988, dan dalam usaha untuk memenuhi peningkatan permintaan, pesawat tersebut digantikan pada tahun 2004 dengan dua Airbus A319.

Druk Air mengoperasikan jaringan penerbangan berjadwal kecil di dalam wilayah Asia Tengah dari basisnya di Bandar Udara Paro dan saat ini terdiri dari delapan destinasi di dalam lima negara.

Bhutan telah membawa Rencana Visi 2020, sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Lima Tahun yang dengan sasaran beberapa sektor yang harus dikembangkan, di mana meliputi juga pengembangan jaringan penerbangan internasional pada tahun 2017 yang akan meningkatkan pendapatan dalam pariwisata dari 100% (pada tahun 2012) hingga 150% (2017) yang diiringi dengan penyelesaian Jalan Nasional kedua pada tahun 2017. Negara juga menandatangani beberapa nota kesepahaman dengan pemerintah India, tidak hanya untuk menyesuaikan fasilitas lalu lintas dan operasi penerbangan namun juga untuk membantu Bhutan pada saat situasi darurat dari banjir dan gempa bumi yang mempengaruhi Bandar Udara Paro.

Sejarah

Pada tahun 1968, Indian Border Roads Organisation membangun sebuah landasan pacu di lembah Paro, yang awalnya digunakan untuk operasi helikopter oleh Angkatan Bersenjata India untuk Pemerintah Bhutan. Setelah dipertimbangkan oleh Raja Jigme Singye Wangchuck dan Tshogdu, Druk Air didirikan dengan Piagam Kerajaan pada 5 April 1981, sepuluh tahun setelah Druk Gyalpo, Raja Jigme Dorji Wangchuck secara bertahap mulai membuka kerajaan dari isolasi diri, dan tujuh tahun setelah menerima kunjungan warga negara asing pertamanya.[4][5][6]

 
Bandar Udara Paro dengan sebuah Druk Air BAe 146 di apron

Bandar Udara Paro berlokasi di bagian dalam lembah setinggi 2.235 meter (7.333 ft) di atas permukaan laut, dan dikelilingi oleh pegunungan hingga setinggi 4.900 meter (16.100 ft).[7] Pada saat tersebut, landasan pacunya hanya sepanjang 1.200 meter (3.900 ft),[4] membuat pemerintah Bhutan membutuhkan spesifikasi pesawat secara spesifik untuk memilih pesawat yang dipoerasikan. Mereka membutuhkan pesawat 18–20 tempat duduk dengan kemampuan STOL dan kapasitas operasi dengan penerbangan pada wilayah yang tinggi, kemampuan menanjak yang besar, dan kemampuan bermanuver yang besar. Kebutuhan terbesar adalah pesawat pesawat dapat terbang dengan rute Kolkata – Paro – Kolkata, sebuah perjalanan pulang pergi sejauh 1.200 kilometer (750 mi), tanpa mengisi bahan bakar, karena keterbatasan infrastruktur yang ada di Paro pada saat itu. Tiga pesawat berbeda telah dipertimbangkan saat uji penerbangan di India dan Bhutan antara tahun 1978 dan 1980; namun, tidak satupun yang dinilai tepat.[4]

Sebuah basis operasional dan perawatan sementra dibangun di, pada pertengahan tahun 1981, Pemerintah India membentuk sebuah komite untuk mempelajari kebutuhannya akan pesawat transportasi ringan. Berdasarkan kompetisi ini, pemerintah Bhutan memesan satu Dornier 228-200 untuk dikirimkan pada januari 1983, dengan opsi untuk pesawat kedua pada akhir tahun 1983. Pesawat Dornier 228-200 18 kursi pertama mendarat di Bandar Udara Paro pada 14 Januari 1983, waktu pendaratan, jumlah penumpang, bahkan arak pesawat akan diparkir di apron bandara ditentukan oleh lama Paro Dzong.[4]

Maskapai meresmikan penerbangan berjadwal reguler pada 11 Februari 1983, dengan Penerbangan 101 lepas landas dari Paro menuju Kolkata dan kembali pada hari berikutnya dengan nama Penerbangan 102. Pada empat minggu pertama, penerbangannya dioperasikan tiga kali seminggu, namun setelahnya dioperasikan setiap hari.[4] Pada saat layanan dimulai, Bandar Udara Paro terdiri dari landasan pacu, sebuah bangunan dua ruangan untuk pengendali lalu lintas udara (dengan lantai dasar digunakan sebagai konter cek in) dan sebuah ruang tunggu bandara di halaman.[8] Sebelum pendirian Departemen Penerbangan Sipil Bhutan pada Januari 1986, maskapai bertanggung jawab untuk operasi dan perawata insfrastruktur bandara.[9] Maskapai memulai penerbangan perdana menuju Dhaka di Bangladesh pada 30 Oktober 1986.[10][11]

Summary of Druk Air services between 1983 and 1987[12]
1983 1984 1985 1986 1987
Passengers flown 2,854 4,480 5,928 7,776 8,700
Distance flown ('000 km) 64 125 125 205 n/a
Revenue passenger kilometres ('000 km) 1,612 2,531 3,349 4,381 n/a

Era jet

 
Druk Air BAe 146-100 di Bandar Udara Paro tahun 2005.

Pada 30 Desember 1987, sebuah pesanan senilai US$25 juta diberikan kepada British Aerospace untuk pembelian sebuah jet regional.[13][14] Pembelian pesawat tersebut dibiayai oleh pemerintah, yang memperolehnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah negara, dari pinjaman komersial.[15] Pada tahun 1988, basis operasionalnya dipindahkan dari Kolkata menuju Bandar Udara Paro.[10] Pada 21 November 1988, BAe 146 dikirimkan ke Bandar Udara Paro. Dengan penggunaan dari BAe 146, Druk Air mampu memperluas jaringannya untuk menghubungkan Paro dengan Delhi pada 26 November 1988, Bangkok pada 28 Januari 1989 dan Kathmandu pada bulan April 1989.[11] Druk Air juga mempekerjakan tujuh pramugari pertamanya pada tahun 1988 yang dilatih oleh Thai Airways International.[10] Dalam tahun operasi penuh pertamanya dengan BAe 146, maskapai mampu mencapai jumlah penumpang rata-rata sebesar 50-60% kapasitas angkutnya, lebih dari perkiran awal sebesar 40 persen, mengangkut 12,732 penumpang pada periode tahun 1989 – 1990.[11][16] Pada tahun 1990, landasan pacu di Bandar Udara Paro diperpanjang dari 1.400 meter (4.600 ft) menjadi 2.000 meter (6.600 ft) dan diperkuat untuk menampung pesawat yang lebih berat.[10][17] Sebuah hangar juga dibangun untuk pesawat, yang dibayai oleh Pemerintah India sebagai bagian dari Rencana Pengembangan Bandar Udara Paro.[5]

Satu-satunya pesawat yang dimiliki maskapai diambil alih oleh Druk Gyalpo Jigme Singye Wangchuck pada 9 November 1990, untuk memungkinkan raja dan para pejabatnya melakukan perjalanan menuju Tokyo untuk mengikuti pelantikan dari Akihito sebagai Kaisar Jepang.[18] Dari Jepang, Raja kemudian melakukan perjalanan menuju Malé di Maladewa untuk konferensi tingkat tinggi Asosiasi Kerja Sama Regional Asia Selatan antara 21–23 November, dan kembali ke Bhutan supaya pesawat dapat kembali beroperasi pada 25 November.[18] Karena persyaratan yang diberikan oleh pemerintah Bhutan bahwa semua wisatawan asing, dengan pengecualian warga negara India, masuk dan meninggalkan Bhutan melalui jalur udara, industri pariwisata negara sempat terhenti, yang membuat maskapai harus membayar sejumlah denda kepada operator wisata yang tidak puas.[6][18] Masalah ini kemudian dapat teratasi setelah BAe 146 kedua mulai beroperasi pada tahun 1992,[19] dan pada 11 November 1993, maskapai memperkenalkan 10 kursi kelas eksekutif di dalam pesawat.[10] Pada 13 Mei 1991, Druk Air diregistrasi di bawah nama Companies Act of Bhutan.[10] Layanan menuju Yangon, ibukota dari Myanmar, dimulai pada 6 Januari 1997.[20]

 
Penerbangan Druk Air antara Kathmandu dan Paro membuat penumpang dapat melihat Gunung Everestsecara dekat dari udara.[21]

Pada tahun 2000–2001, Druk Air hanya dapat mengoperasikan satu pesawat tunggal selama lebih dari setahun karena korosi yang ditemukan pada tangki pesawat A5-RGD saat dilakukan pemeriksaan di Woodford. Sayap tersebut kemudian diganti. Pada tahun 2002, sebuah RJ70 disewakan secara cepat dari airBaltic untuk menutupi kekurangan karena perawatan A5-RGE.[22]

Druk Air menjadi maskapai perdana yang ditunjuk untuk menerbangkan Avro RJX-85 pada April 2000 saat memberikan pesanan kepada BAE Systems untuk dua pesawat, dengan pengiriman yang awalnya direncanakan pada November 2001 dan Januari 2002.[23] Penundaan pada penerbangan perdana dan sertifikasi dari RJX membuat perkiraan pengiriman kepada Druk Air diubah hingga sesudah April 2002.[24] BAe Systems kemudian membatalkan Program RJX pada bulan November 2002,[25] karena hanya menerima pesanan dari dua maskapai penerbangan,[26] Druk Air dan British European.[25] Dengan ancaman tuntutan hukum oleh British European karena pelanggaran kontrak oleh BAE Systems,[27] pembuat pesawat kemudian menawarkan untuk memenuhi pesanan dari Druk Air, meskipun akhirnya manajemen maskapai memutuskan untuk menolak membeli pesawat, karena potensi permasalahan dengan ketersediaan suku cadang di masa depan.[26]

Dalam usaha untuk mencari pengganti dari 2 BAe 146s, manajemen Druk Air memutuskan menampilkan pengajuan dari Airbus, Boeing dan Embraer untuk menentukan kelayakan produk mereka terhadap persyaratan operasional yang ketat dari Druk Air. Bombardier juga diundang oleh manajemen untuk mempertunjukkan pesawat penumpang regional CRJ900 regional jet,[28] namun, maskapai mendapat saran dari Bombardier bahwa pesawat ersebut tidak akan sesuai bila doperasikan di Paro.[29] Pada bulan Februari 2002, Airbus A319 menjadi pesawat terbesar yang pernah mendarat di bandar udara Paro, saat Airbus mempertunjukkan pesawatnya kepada pihak maskapai. Pada bulan Oktober, Boeing mengundurkan diri dari kompetisi karena tidak mampu menyediakan pesawat yang dapat dipertunjukkan kepada maskapai. Dengan Embraer E-190 yang masih belum terbang, diperkirakan bahwa Druk Air akan memesan A319. Namun pemerintah memiliki kesulitan memperoleh pembiayaan terhadap pembelian, dan pada bulan Oktober keputusan akhirnya ditunda.[30] Setelah masa jeda yang pendek, pemerintah memerintahkan manajemen untuk memulai evaluasi sekali lagi,[29] dan sebuah Boeing 737–700 melakukan sebelas uji coba penerbangan di Bandar Udara Paro pada bulan Februari 2003, dimana pada saat itu ditunjukkan bawa pesawat memenuhi kebutuhan untuk dapat beroperasi di Paro.[31]

Airbus menandatangani sebuah nota kesepahaman dengan Druk Air pada bulan Juli 2003 untuk pembelian dua pesawat Airbus A319-115 114 kursi, yang ditenagai oleh dua mesin CFM56-5B, untuk pengiriman pada paruh kedua tahun 2004.[32][33][34] Pembelian dari dua jet tersebut, yang bernilai 3,534.36 juta ngultrum Bhutan (BTN),[13] merupakan pembelian tunggal terbesar yang pernah dilakukan oleh Bhutan, dan sangat berperan dalam peningkatan sebesar 250 persen dari defisit perdagangan yang dialami Bhutan sepanjang tahun untuk tahun fiskal 2004–2005.[35][36] Pemerintah Bhutan mengeluarkan obligasi pemerintah senilai BTN 1,767.18 juta untuk membayar satu pesawat dan untuk kedua kalinya dalam sejarah Bhutan pemerintah membutuhkan pinjaman komersial untuk membeli pesawat kedua.[13][15] Namun, pada bulan Oktober 2004 diumumkan bahwa pemerintah akan mencari bantuan pinjaman lunak untuk tujuan ini.[13]

Pada 11 November 2003, saat perayaan ulang tahun Druk Gyalpo Jigme Singye Wangchuck, Druk air membuka layanan menuju Gaya, India.[37] Bodh Gaya, 10 kilometer (6 mi) dari Gaya, merupakan situs dari Kuil Mahabodhi dimana Siddhārtha Gautama, Buddha, memperoleh pencerahan, dan 30,000–40,000 warga Bhutanmelakukan ziarah setiap tahun.[38] Para peziarah sebelumnya harus melakukan perjalanan menuju Bodh Gaya melalu perjalanan darat selama 2–3-hari dari perbatasan Bhutan di kota Phuntsholing, dan rencana manajemen dari Druk Air akan mengalihkan 20–30% dari arus ini,[37][38] meskipun maskapai masih belum memperoleh keuntungan pada rute ini pada bulan Februari 2006.[39] Pada bulan berikutnya, sebagai bagian dari usaha Angkatan Darat Kerajaan Bhutan untuk mengusir kelompok gerilyawan separatis India dari wilayah Bhutan, umumnya United Liberation Front of Asom dan National Democratic Front of Bodoland,[40] penerbangan menuju Dhaka dihentikan sejak 29 Desember dalam usaha untuk mencegah gerilyawan menggunakan penerbangan Druk Air untuk melarikan diri ke tempat persembunyian di Bangladesh.[41][42]

Era Airbus

 
Airbus A319 di Bandar Udara Paro

Airbus A319 pertama tiba di Bhutan pada 19 Oktober 2004;[32] tanggal dipilih setelah saran dari seorang astrolog Buddha untuk memastikan pesawat tiba di Bhutan pada hari yang memberikan keberuntungan sesuai dengan Kalender Buddha.[13] Sebelum memasuki layanan pada penerbangan komersial pada 31 Oktober 2004,[43] Druk Air membawa A319 mereka untuk penerbangan keliling negara untuk menghormati pengangkatan putra mahkota Jigme Khesar Namgyel Wangchuck menjadi Chhoetse Penlop.[13] Pesawat kedua dikirimkan oleh Airbus kepada Druk Air pada bulan Desember 2004.[44]

Pada bulan Juli 2005, pemerintah India dan Bhutan menandatangani perjanjian lalu lintas udara yang baru dimana memungkinkan peningkatan jumlah penerbangan mingguan antara kedua negara dari 12 menjadi 49. Sebagai tambahan destinasi yang telah dilayani oleh Druk Air, kota-kota seperti Mumbai, Chennai dan Guwahati dimasukkan ke dalam perjanjian tersebut, dengan Bhutan mendapat hak kebebasan untuk melanjutkan penerbangan dari beberapa kota India menuju destinasi lain seperti Yangon, Dhaka dan Singapura.[45][46]

Layanan helikopter domestik diresmikan pada bulan November 2005,[47] sejalan dengan sebuah resolusi yang dilakukan oleh Dewan Kementerian pada bulan April 2001 yang menyatakan bahwa layanan domestik harus diperkenalkan. Tiga puluh heliport di seluruh negara telah teridentifikasi, dan pengenalan layanan tersebut telah memperlihatkan, sebagai contoh, perjalanan sejauh 550 kilometer (340 mi) dari Thimphu menuju Trashigang yang hanya membutuhkan waktu satu jam, dibandingkan dengan perjalanan darat yang membutuhkan waktu dua hingga tiga hari.[48] Helikopter Eurocopter Ecureuil dioperasikan oleh operator Nepal, Air Dynasty, yang pada Januari 2006 melihat 30 jam layanan, memberikan keuntungan bagi Druk Air senilai US$3,000.[47]

Penerbangan menuju Dhaka, yang dihentikan sejak 29 Desember 2003, dibuka kembali pada 23 Oktober 2006,[49] dan maskapai mendapat hak untuk terbang menuju Chittagong dan Cox's Bazar oleh otoritas Bangladesh.[50] Maskapai mengumumkan rencana pada bulan Juli 2007 untuk memulai penerbangan berjadwal menuju Mumbai melalui Kathmandu dari bulan Maret 2008,[51] sejalan dengan strategi manajemen dari Druk Air untuk meningkatkan jumlah wisatawan India yang melakukan perjalanan menuju Bhutan selama musim sepi antara bulan Juni hingga Agustus dan November hingga Februari.[52] Rencana tersebut kemudian ditunda pada bulan Maret 2008, karena Bandar Udara Paro tidak mampu menangani penerbangan malam dan maskapai hanya dapat mendapatkan waktu pendaratan di Bandar Udara Internasional Chhatrapati Shivaji Mumbai pada pukul 3 pagi.[52] Rencana membuka layanan menuju Hong Kong, Singapura, Abu Dhabi, Dubai dan Sharjah juga ditund.[52]

Maskapai memperoleh keuntungan pertamanya pada tahun 2007 senilai BTN 31.15 juta.[53] Dua pesawat BAe 146 dijual kepada Star Perú pada bulan Oktober 2007 senilai US$3.3 juta, dan meninggalkan Bhutan menuju Peru pada bulan November dan Desember 2007.[54][55]

 
Druk Air Airbus A319 dan BAe 146 di Bandar Udara Paro tahun 2005.

Druk Gyalpo Jigme Khesar Namgyel Wangchuck pada 11 November 2007 mengeluarkan sebuah dekrit kerajaan untuk mendirikan Druk Holding and Investments Limited, sebuah perusahaan induk yang akan mengatur investasi yang sudah ada dan masa depan dari pemerintah Kerajaan Bhutan. Sebagai haslnya, tujuh badan usaha milik negara, termasuk Druk Air, kepemilikannya dipindahkan dari Kementerian Keuangan ke perusahaan induk yang baru.[56] Didirikan pada 13 November 2007, Druk Holding and Investments mengumumkan pada bulan Desember 2007 bahwa industri pariwisata Bhutan sangat bergantung kepada on Druk Air, kepala agen pemerintah yang membawahi pengembangan pariwisata di Bhutan akan menjadi jajaran pengurus dari Druk Air, dan akan bertanggung jawab untuk meningkatkan performa dari maskapai nasional.[57]

Meskipun pemerintah Bhutan melakukan banyak hal untuk mencegah pengaruh luar merusak kebudayaan Bhutan, Druk Air tidak imun dari permasalahan yang berpengaruh terhadap industri penerbangan dan kounitas dunia. Pada bulan Juni 2008, dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak dan kebutuhan untuk mengurangi biaya operasional, maskapai mengurangi rekuensi penerbangan pada jaringannya dan mengumumkan peningkatan tarif untuk menyetarakan dengan peningkatan biaya operasional, dan mengambil keuntungan terhadap harga bahan bakar yang lebih murah di bandara Delhi, Kolkata dan Bangkok.[58] Karena jaringannya yang kecil yang sangat bergantung dengan politik udara terbuka,[59] Druk Air secara reguler menyewakan pesawatnya dalam jangka waktu pendek kepada maskapai penerbangan lainnya, seperti Myanmar Airways International, Indian Airlines dan Bangkok Airways untuk menjaga frekuensi pemakaian pesawatnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang didapat saat kondisi normal, dan pada saat yang sama, memperoleh pendapatan tambahan.[59][60][61][62]

Maskapai ini akan memulai penerbangan pada 20 April 2009 menuju Bandar Udara Bagdogra di India, namun harus menunda penerbangan perdana karena kurangnya fasilitas imigrasi dan bea cukai di dalam bandara.[63] Penerbangan perdana menuju Bandar Udara Bagdogra meninggalkan Bandar Udara Paro pada 18 Juni 2009. Upacara peresmian dihadiri oleh S. M. Krishna, Menteri Luar Negeri India, dan Lyonpo Ugyen Tshering, Menteri Luar Negeri Bhutan, membuat Druk Air menjadi maskapai penerbangan internasional pertama yang beroperasi di bandara.[64] Bandara ini juga menghubungkan dengan rute baru menuju Bangkok. Jadwal penerbangan melibatkan penerbangan dari Bandar Udara Paro menuju Bangkok melalui Bagdogra pada hari Kamis dan Sabtu dan dari Bangkok menuju Bhutan pada hari Minggu dan Rabu. Dari Bagdogra penerbangan penghubung aan banyak tersedia ke banyak destinasi. Jarinagn ini diperkenalkan untuk menarik wisatawan lokal dengan biaya yang rendah.[65]

Pengembangan kontemporer

 
Druk Air di dekat bangunan terminal Bandar Udara Paro

Hingga 23 Agustus 2010 Druk Air merupakan satu-satunya maskapai penerbangan yang terbang ke Bhutan.[66] Maskapai ini merupakan sebuah penyambung hidup bagi penduduk Bhutan,[59] menghubungkan Bhutan dengan dunia luar dan mendukung pariwisata dan pasar eksport yang mulai bertumbuh.[67][68][69] Druk Air sering kali dikritik karena ketidakhandalannya — umumnya oleh industri pariwisata Bhutan yang masih sangat muda dan bergantung kepadanya sehingga menganggap hal ini merupakan ancaman.[67]

Pada bulan Oktober 2009, pemerintah Bhutan merencanakan pengerjaan pembangunan sebuah landasan pacu di Yongphulla. Landasan pacu tersebut, yang diperkirakan akan memiliki panjang 3.900 kaki (1.200 m) dan beroperasi pada bulan Maret 2010, akan memungkinkan layanan oleh pesawat kecil dengan kapasitas 15–16 penumpang.[70] Proyek ini dibiayai dengan anggaran sebesar Nu. 34 juta yang sebelumnya dialokasikan untuk pengembangan penerbangan helikopter domestik. Landasan pacu hanya akan beroperasi pada pagi hari karena angin kencang pada siang hari, membuata operasional menjadi beresiko.[71] Druk Air sedang melakukan studi kelayakan untuk membuka penerbangan menuju landasan pacu tersebut dari Paro, bersama dengan, dua landasan pacu lainnya yang sedang dibangun di Bathpalathang dann Gelephu.[72][73]

Pada tahun 2006 pemerintah India yang berperan sebagai perwakilan dari pemerintah Bhutan, melakukan sebuah studi kelayakan untuk membuka sebuah bandar udara internasional di sebelah selatan dari kota Gelephu.[45] Dalam rencana lima tahun (antara tahun 2008–2013) dana senilai BTN 2,826 juta telah disiapkan oleh pemerintah Bhutan untuk mengembangkan badar udara baru.[74] Sebuah survei awal dilakukan oleh India pada bulan Mei 2006 dan tim survei dari Otoritas Bandar Udara India akan kembali dan menyelesaikan survei akhir pada bulan September 2006. Pada bulan Oktober 2008 proyek ersebut dihentikan, dan pemerintah Bhutan memutuskan bahwa bandara Gelephu hanya digunakan untuk penerbangan domestik.[75] Sejak saat itu, pembangunan sebuah bandar udara di Gelephu direncanakan dan akan dimulai pada akhir tahun 2010 dengan bandara yang direncanakan akan beroperasi pada bulan Juni 2011. Departemen Penerbangan Sipil Bhutan telah mengindikasikan bahwa Gelephu akan menjadi bandar udara segala cuaca yang di masa depan akan mampu menerima beberapa penerbangan internasional.[73]

Di bawah Rencana Visi 2020, Pemerintah Bhutan telah mengidentifikasi kebutuhan untuk mengembangkan jaringan penerbangan pada tahun 2017, dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan pariwisata sebesar 100% pada tahun 2012 dan 150% pada tahun 2017.[76] Druk Air sedang melakukan studi kelayakan untuk membuka penerbangan menuju Hong Kong atau Singapura pada bulan Maret 2011. Manajer komersial maskapai telah menyatakan bahwa studi awal menunjukkan bahwa penerbangan dari Bhutan menuju Singapura umumnya akan terdiri dari penerbangan resmi,sedangkan penerbangan menuju Hong Kong akan menjadi penerbangan komersial, dengan potensi yang bagus untuk perkembangan pariwisata.[77]

Pada 21 April 2010, sebuah pesawat penumpang regional ATR 42 dikirimkan ke Paro dalam kontrak sewa selama sembilan bulan. Pesawat tersebut digunakan untuk penerbangan dari Paro menuju Kolkata dan Kathmandu, dan akan berada dalam kondisi siaga selama penyelenggaraan KTT South Asian Association for Regional Cooperation di Thimphu pada akhir bulan April.[77] Druk Air mengumumkan rencananya untuk bergabung dengan International Air Transport Association pada tahun 2009.[78]

Destinasi

Druk Air mengoperaiskan penerbangan berjadwal menuju destinasi sebagai berikut:[79]

^
Basis
*
Destinasi masa depan
Kota Negara Bandar Udara
Bagdogra   India Bandar Udara Bagdogra
Bangkok   Thailand Bandar Udara Suvarnabhumi
Delhi   India Bandar Udara Internasional Indira Gandhi
Dhaka   Bangladesh Bandar Udara Internasional Shahjalal
Gaya   India Bandar Udara Gaya
Guwahati   India Bandar Udara Internasional Lokpriya Gopinath Bordoloi
Kathmandu     Nepal Bandar Udara Internasional Tribhuvan
Kolkata   India Bandar Udara Internasional Netaji Subhash Chandra Bose
Mumbai   India Bandar Udara Internasional Chhatrapati Shivaji
Paro   Bhutan Bandar Udara Paro^
Singapore[80]   Singapura Bandar Udara Changi

Armada

Referensi

  1. ^ a b International Civil Aviation Organisation (2008). "Designators for aircraft operating services, aeronautical authorities and services" (Edition No. 143). International Civil Aviation Organisation: 1–38. 
  2. ^ "You ask, We answer". Bhutan Observer. 30 June 2008. 
  3. ^ "Registered Office." Druk Air. Retrieved on 3 July 2011. "Registered Office Druk Air Corporation Ltd, Paro Druk Air Corporation Ltd. (Head Office), Royal Bhutan Airlines, Nemeyzampa,. Paro, Bhutan "
  4. ^ a b c d e Christ, Rolf F. (June 1983). "Bhutan puts its flag on the world's air map". ICAO Journal. Montreal, Canada: International Civil Aviation Organization. 38 (6): 11–13. Diakses tanggal 25 April 2010.  [pranala nonaktif] (Archived at WebCite)
  5. ^ a b Zimba, Dasho Yeshey (1996). "Three Decades of Planned Development". Dalam Ramakant and Misra, Ramesh Chandra. Bhutan: Society and Polity (edisi ke-2nd). Indus Publishing. hlm. 177–178. ISBN 81-7387-044-6. Diakses tanggal 25 April 2010. 
  6. ^ a b Mazurkewich, Karen (5 September 2001). "Bhutan Finally Opens Doors To Luxury Travel Sector". The Wall Street Journal. Diakses tanggal 25 April 2010. 
  7. ^ "The A319 excels in operations from high-altitude airports" (Siaran pers). Airbus. 8 February 2005. Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  8. ^ Chattopadhyay, Suhrid Sankar (9 May 2008). "Aiming high". Frontline. Chennai, India: The Hindu Group. 25 (9): 122. ISSN 0970-1710. Diakses tanggal 25 April 2010. 
  9. ^ "Department of Civil Aviation". Ministry of Information and Communications (Bhutan). Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  10. ^ a b c d e f "On the Wings of a Dragon: 25 Years of Progres" (pdf). Tashi Delek. XIII (3): 76. 2008. Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  11. ^ a b c Zimba, Dasho Yeshey (1996). "Bhutan Towards Modernization". Dalam Ramakant and Misra, Ramesh Chandra. Bhutan: Society and Polity (edisi ke-2nd). Indus Publishing. hlm. 144. ISBN 81-7387-044-6. Diakses tanggal 30 July 2008. 
  12. ^ 6th Five Year Plan 1987 – 1992 (PDF). Thimphu, Bhutan: Gross National Happiness Commission. hlm. 79. Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  13. ^ a b c d e f Kencho, Wangdi (5 October 2004). "Airbus 319 to arrive soon". Kuensel. Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  14. ^ "British Aerospace Orders". London: New York Times. 31 December 1987. Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  15. ^ a b Wangdi, Kencho (24 January 2004). "Bhutan borrows more". Kuensel. Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  16. ^ Myerson, Allen R. (10 June 1990). "On the Wings of Druk-Air". New York Times. Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  17. ^ Brunet, Sandra (2001). "Tourism Development in Bhutan: Tensions between Tradition and Modernity" (PDF). Journal of Sustainable Tourism. 9 (3): 243. doi:10.1080/09669580108667401. Diakses tanggal 25 April 2010. 
  18. ^ a b c "Waiting for Druk Air". Himal. Lalitpur, Nepal: Himal Association. 3 (4): 22. ISSN 1012-9804. 
  19. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama silverjub
  20. ^ "Burma Press Summary" (PDF). New Light of Myanmar. 12 November 1996. Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  21. ^ Brown, Lindsay (2007). Bhutan. Lonely Planet. hlm. 26. ISBN 1-74059-529-7. Diakses tanggal 26 April 2010. 
  22. ^ "About Druk Air". Bhutan. Diakses tanggal 22 April 2010. 
  23. ^ "Druk Air is launch customer for RJX". Air Transport World. 1 May 2000. Diakses tanggal 26 April 2010.  [pranala nonaktif]
  24. ^ Max, KJ (8 May 2001). "Avro RJX makes first flight after subcontractor delays". Flight International. Diakses tanggal 26 April 2010.  [pranala nonaktif]
  25. ^ a b Chuter, Andy (11 December 2001). "Druk seeks RJX replacement". Flight International. Diakses tanggal 26 April 2010.  [pranala nonaktif]
  26. ^ a b Coleman, Zach (12 December 2001). "Druk Air's Upgrade Stalled". Wall Street Journal. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  27. ^ "British European agrees to cancel RJXs". Flight International. 29 January 2002. Diakses tanggal 26 April 2010.  [pranala nonaktif]
  28. ^ "Bhutan's national carrier set to acquire two new aircraft". Airline Industry Information. 6 May 2002. Diakses tanggal 26 April 2010.  [pranala nonaktif]
  29. ^ a b Max, KJ (25 March 2003). "Druk Air revives suspended fleet renewal effort". Flight International. Diakses tanggal 26 April 2010.  [pranala nonaktif]
  30. ^ Max, KJ (8 October 2002). "Boeing pulls out of Druk Air fleet competition". Flight International. Diakses tanggal 26 April 2010.  [pranala nonaktif]
  31. ^ "737-700 Technical Demonstration Flights in Bhutan" (pdf). Aero. Seattle: Boeing Commercial Airplanes (23): 3–16. 2003. Diakses tanggal 22 July 2008.  (Archived at WebCite)
  32. ^ a b "Druk Air's first Airbus lands in Paro". Paro: Kuensel. 20 October 2004. Diakses tanggal 26 April 2010.  (Archived at WebCite)
  33. ^ "Druk Air selects CFM56-5B to power new Airbus A319s" (Siaran pers). CFM International. 23 February 2004. Diakses tanggal 26 April 2010.  (Archived at WebCite)
  34. ^ "Bhutan national carrier to double fleet with two Airbus jets". Agence France-Presse. 12 July 2003. Diakses tanggal 26 April 2010. 
  35. ^ Dorji, Tashi (6 October 2006). "A 2.5 fold increase in trade deficit". Kuensel. Diakses tanggal 26 April 2010.  (Archived at WebCite)
  36. ^ prep. by Frank Harrigan...; et al. (2006). "Bhutan". Asian Development Outlook 2006. Hong Kong: Asian Development Bank. hlm. 156. ISBN 971-561-603-8. ISSN 0117-0481. Publication Stock No. 010106. Diakses tanggal 26 April 2010. 
  37. ^ a b "Druk Air flags off Gaya flight". Jaigaon: The Telegraph. 10 November 2003. Diakses tanggal 26 April 2010.  (Archived at WebCite)
  38. ^ a b The Bhutan Society (2004). "Druk Air to fly to Gaya, India" (PDF). The Bhutan Society Newsletter (28): 5. Diakses tanggal 26 April 2010.  (Archived at WebCite)
  39. ^ Dorji, Kinley Y. (21 February 2006). "Less pain less merit?". Kuensel. Diakses tanggal 26 April 2010.  (Archived at WebCite)
  40. ^ "Bhutan captures most of ULFA bases". The Daily Star. 19 December 2003. Diakses tanggal 27 July 2008. 
  41. ^ "No Dhaka flight". Kuensel. 27 December 2003. Diakses tanggal 27 July 2008. 
  42. ^ "Bhutan stops BD flights". Dawn. 27 December 2003. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  43. ^ "Bhutan national carrier to extend range with new Airbuses". Bhutan Broadcasting Service. 1 November 2004. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  44. ^ "Druk Air receives its first Airbus A319" (Siaran pers). Airbus. 18 October 2004. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  45. ^ a b "Bhutan flaps travel wings". Calcutta, India: The Telegraph. 8 July 2005. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  46. ^ "Enhancement in India-Bhutan air services" (Siaran pers). Ministry of Civil Aviation (India). 7 July 2005. Diakses tanggal 11 August 2008. 
  47. ^ a b Acharya, Gopilal (19 January 2006). "Domestic helicopter service picks up". Kuensel. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  48. ^ "Kuensel Highlights" (pdf). Spur of the Momo. Canadian Cooperation Office. 8 (1): 4. 2001. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  49. ^ "Druk Air resume flights to Dhaka and beyond Oct. 23". United News of Bangladesh. 19 December 2006. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  50. ^ "Druk Air to resume Dhaka-Thimpu direct flight soon". United News of Bangladesh. 13 July 2005. Diakses tanggal 30 July 2008. 
  51. ^ Dem, Kinga (2 July 2007). "Work on Gelephu international airport delayed". Kuensel. Diakses tanggal 18 July 2008. 
  52. ^ a b c "Royal Bhutan Airlines misses flight to Mumbai". The Economic Times. 30 March 2008. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  53. ^ Pelvar, Sonam (20 August 2008). "Flying on the edge". Paro: Bhutan Times. Diakses tanggal 4 October 2009. 
  54. ^ "Buyer for Druk Air's BAe 146 aircraft". Kuensel. 2 July 2007. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  55. ^ "Goodbye BAe 146 Twins!" (pdf). Tashi Delek. XIII (1): 39. 2008. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  56. ^ Pelden, Sonam (19 January 2008). "Royal command to consolidate government holdings". Bhutan Observer. Diakses tanggal 22 July 2008.  [pranala nonaktif]
  57. ^ Wangdi, Phuntsho (8 December 2007). "DHI focuses on leadership in its companies". Kuensel. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  58. ^ Dendup, Tashi (19 June 2008). "Druk Air cuts flights to offset fuel hike". Kuensel. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  59. ^ a b c Ionides, Nicholas (9 April 2008). "Bhutan's Druk Air looks to expand". Airline Business. Diakses tanggal 15 July 2008. 
  60. ^ Lu, An (28 July 2008). "Myanmar int'l airline to resume flight with alternate aircraft". Xinhua News Agency. Diakses tanggal 9 August 2008. 
  61. ^ Ellis, Eric (26 July 2008). "Asian carriers' wings clipped". Sydney Morning Herald. Diakses tanggal 9 August 2008. 
  62. ^ Xianzhi, Li (27 August 2009). "Some int'l airlines to extend flight services to Myanmar". Yangon: Xinhua. Diakses tanggal 3 October 2009. 
  63. ^ "Bagdogra inaugural flight flop". Kuensel. 20 April 2009. Diakses tanggal 1 October 2009. 
  64. ^ Norbu, Passang (19 June 2009). "Bagdogra open to Drukair traffic". Kuensel. Diakses tanggal 1 October 2009. 
  65. ^ "The Bhutan Society Newsletter" (pdf). Druk Air to fly via Bagdogra. 2009. hlm. 11. 
  66. ^ Buddha Air
  67. ^ a b Tashi, Tshering (13 June 2008). "Bhutan, Land of Happiness". Bhutan Observer. Diakses tanggal 22 July 2008.  [pranala nonaktif]
  68. ^ Choden, Phuntsho (12 September 2009). "250,000 tourists a year?". Kuensel. Diakses tanggal 1 October 2009. 
  69. ^ Chattopadhyay, Suhrid Sankar (9 October 2009). "Flying dragon". Frontline. Chennai, India: The Hindu Group. 26 (20): 122. ISSN 0970-1710. Diakses tanggal 1 October 2009. 
  70. ^ Penjore, Ugyen (25 September 2009). "Getting ready to take off". Kuensel. Diakses tanggal 1 October 2009. 
  71. ^ Palden, Tshering (1 September 2009). "Domestic air service to take wing soon". Kuensel. Diakses tanggal 1 October 2009. 
  72. ^ Kuensel Newspaper – 2 domestic airports by 2010
  73. ^ a b Kuensel Newspaper – Groundwork begins for taking to the air
  74. ^ Draft 10th Five Year Plan Volume I Main Document 2008 – 2013 (pdf). Thimphu, Bhutan: Gross National Happiness Commission. hlm. 131 – 133. Diakses tanggal 22 July 2008. 
  75. ^ Kuensel Newspaper – Gelephu int’l airport – now a domestic one
  76. ^ "Country Strategy and Program: 2006–2010, Bhutan" (pdf). Bhutan 2020-A Vision for Peace, Prosperity and Happiness. Asian Development Bank. hlm. 10. Diakses tanggal 22 April 2010. 
  77. ^ a b Dorji, Gyalsten K (18 April 2010). "Drukair in the Orient". Kuensel. Diakses tanggal 25 April 2010.  (Archived at WebCite)
  78. ^ Dema, Kinga (26 April 2007). "For more convenience". Kuensel. Diakses tanggal 18 July 2008. 
  79. ^ "Summer Schedule 2012". Druk Air. Diakses tanggal 1 February 2012. 
  80. ^ Singapore Bhutan Direct Flight | Druk Air | Bhutan Travel| Druk Asia

Pranala luar

Templat:Link GA