Pangeran Pekik
Pangeran Pekik (lahir:?-wafat: Surabaya, 1663) adalah putra pemimpin Surabaya yang ditaklukkan Sultan Agung tahun 1625. Ia kemudian dijadikan pemimpin ulama Ampel dan pernah ditugasi menaklukkan Giri Kedaton di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram tahun 1636. Pangeran Pekik akhirnya meninggal tahun 1663 dihukum mati oleh Amangkurat I.
Asal-Usul Pangeran Pekik
Pangeran Pekik merupakan keturunan raja2 mataram,ayahandanya adalah Raja Tegal Arum. Raja Tegal Arum punya empat orang anak yaitu: 1. PANGERAN PEKIK , 2.PANGERAN TRUNOJOYO, 3.PANRGERAN INDRAJIT , 4. PANGERAN WIRODARMO. Pangeran Pekik punya banyak gelar diantaranya bergelar : Raja Amangkurat Agung ,pernah menjabat sebagai Adipati Surabaya ,pernah bergelar Pangeran Anom dan juga diberi gelar oleh rakyatnya Gagak Emprit(berarti orang yang punya derajat tinggi akan tetapi bisa menyatu dengan rakyatnya). Istri Pangeran Pekik adalah RATU WANDANSARI , pangeran Pekik mempunyai dua orang anak salah satunya BAGUS JOKO UMAR . Bagus Joko Umar sendiri mempunyai anak yang namanya SUROMANGGALA (ponorogo). Pangeran Pekik mempunyai salah satu gelar religi yaitu RAJA PANDHITA WALI dengan ucapannya Sabda Pandhita Ratu. Beliau mempunyai nama kecil diantaranya Raden Bagus Pekik atau Raden Muhammad Nur Pekik atau Imam Faqih. di dalam religi jawa Pangeran Pekik juga bergelar Panembahan Pekik.
Pangeran Pekik Menaklukkan Giri Kedaton
Jayalengkara meninggal dunia karena usia tua beberapa waktu setelah penaklukan Surabaya. Putranya, yaitu Pangeran Pekik oleh Sultan Agung dijadikan sebagai pemimpin ulama di Ampel.
Sekitar tahun 1630 Sultan Agung menjalin persaudaraan dengan Pangeran Pekik. Ia menikahkan adiknya yang bernama Ratu Pandansari dengan pangeran dari Surabaya tersebut.
Giri Kedaton di Gresik pada tahun 1633 mencoba lepas dari kekuasaan Mataram. Semua perwira Mataram segan menghadapi Panembahan Kawis Guwa yang merupakan keturunan Sunan Giri.
Maka, pada tahun 1636 Sultan Agung memerintahkan Pangeran Pekik, yang merupakan keturunan Sunan Ampel ([[Sunan Ampel adalah guru Sunan Giri), untuk maju menumpas pemberontakan Giri Kedaton. Panembahan Kawis Guwa dapat dikalahkan dan dibawa menghadap ke Mataram.
Kematian Pangeran Pekik
Sejak 1645 Sultan Agung digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I sebagai raja Mataram selanjutnya. Raja baru ini cenderung kurang suka terhadap Pangeran Pekik, yang merupakan mertuanya sendiri.
Dikisahkan dalam naskah-naskah babad, Amangkurat I memiliki calon selir seorang gadis Surabaya bernama Rara Oyi putri Ki Mangun-jaya. Karena masih kecil, Rara Oyi pun dititipkan pada Ki Wirareja. Setelah dewasa, kecantikan Rara Oyi menarik hati Raden Mas Rahmat, putra Amangkurat I yang lahir dari permaisuri putri Pekik. Peristiwa ini terjadi tahun 1663.
Referensi tambahan : yang bekerjasama dengan VOC adalah Amangkurat Mas yang keratonnya berada di Surakarta , sedangkan keraton yang tidak bekerjasama dengan VOC oleh Pangeran Pekik dipindahkan ke Kertasura. Revisi tambahan : Banyak yang tidak mengetahui makam asli dari Pangeran Pekik, banyak versi yang melatarbelakangi sejarah ini, akan tetapi untuk makam asli dari beliau adalah di desa Banaran kecamatan Kandangan kab. Kediri Jawa Timur. Beliau meninggal dalam keadaan bertapa pada malam jumat pahing.
Kepustakaan
- Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
- H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
- M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
- Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
- Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu