Juventus F.C.
Juventus Football Club S.p.A. (BIT: JUVE) (dari bahasa Latin:[6] iuventus: masa muda, [juˈvɛntus]), biasa disebut sebagai Juventus dan popular dengan nama Juve (pengucapan [ˈjuːve]),[7] merupakan sebuah klub sepak bola profesional asal Italia yang berbasis di kota Turin, Piedmont, Italia. Klub ini adalah yang tertua ketiga kalinya di negara itu dan telah menghabiskan sebagian besar sejarahnya, pengecualian dari musim 2006–07, di papan atas Divisi Pertama (dikenal sebagai Serie A sejak 1929).
Nama lengkap | Juventus Football Club S.p.A. | |||
---|---|---|---|---|
Julukan | [La] Vecchia Signora[1] (Nyonya Tua) [La] Fidanzata d'Italia (Sang Kekasih Italia) [I] bianconeri (Putih - Hitam) [Le] Zebre (Si Zebra) [La] Signora Omicidi (Nyonya Pembunuh)[2] | |||
Berdiri | 1 November 1897[3] | (sebagai Sport Club Juventus)|||
Stadion | Stadion Juventus[4], Torino (Kapasitas: 41,254[5]) | |||
Pemilik | Keluarga Agnelli (melalui Grup FIAT dan Exor S.p.A) | |||
Presiden | Andrea Agnelli | |||
Manajer | Antonio Conte | |||
Liga | Serie A | |||
2012–13 | Juara, Serie A | |||
Situs web | Situs web resmi klub | |||
| ||||
Musim ini |
Didirikan pada tahun 1897 sebagai Sport Club Juventus oleh sekelompok siswa muda Torinese dan telah mengarungi beragam sejarah manis, dengan pengecualian kejadian musim 2006–07, di Liga Italia Serie A. Klub ini sendiri merupakan salah satu anak perusahaan dari FIAT Group, yang saat ini dimiliki oleh keluarga Agnelli, dan membawahi perusahaan-perusahaan lain seperti Fiat Automobile, tim F1 Scuderia Ferrari, Ferrari Corse, dan Maserati Automobile.
Juventus secara historis adalah klub paling sukses di sepak bola Italia dan salah satu yang paling penting secara global.[8][9][10] Secara keseluruhan, mereka telah memenangkan lima puluh lima gelar resmi di pentas nasional dan internasional, lebih dari klub Italia lainnya: rekor dua puluh sembilan gelar liga, rekor sembilan piala Italia, rekor enam piala super nasional, dan dengan sebelas gelar dalam konfederasi dan antar-konfederasi kompetisi (dua Piala Interkontinental, dua Liga Champions UEFA, satu Piala Winners UEFA, rekor tiga Piala UEFA, satu Piala Intertoto UEFA dan dua Piala Super UEFA) klub saat ini di peringkat keempat di Eropa dan kedelapan di dunia dengan paling banyak trofi yang dimenangkan.[11]
Juventus juga menjadi salah satu klub sepak bola Italia dengan jumlah fans terbesar[12], dan diperkirakan ada 170 juta orang didunia yang juga menjadi fans Juve.[13] Klub ini menjadi salah satu pencipta ide European Club Association, yang dulu dikenal dengan nama G-14, yang berisikan klub-klub kaya Eropa. Klub ini juga menjadi penyumbang terbanyak pemain untuk tim nasional Italia.
Pada tahun 1985, di bawah manajemen Giovanni Trapattoni, yang memimpin tim Torinese untuk tiga belas piala resmi dalam sepuluh tahun sampai tahun 1986, termasuk enam gelar liga dan lima gelar internasional; Juventus menjadi klub pertama dalam sejarah sepakbola Eropa telah memenangkan tiga kompetisi utama yang diselenggarakan oleh UEFA: Piala Champions Eropa, (sekarang sudah tidak berfungsi) Piala Winners dan Piala UEFA (sisi Italia dan Eropa Selatan pertama yang memenangkan turnamen).[14][15][16][17][18][16] Setelah kemenangan mereka di Piala Interkontinental di tahun yang sama, klub juga menjadi yang pertama dalam sejarah sepak bola—dan tetap menjadi satu-satunya saat ini—telah memenangkan semua kemungkinan di kompetisi resmi UEFA dan gelar juara dunia.[19][20][21][22] Menurut sepanjang masa ranking diterbitkan pada tahun 2009 oleh Federasi Internasional Sejarah Sepakbola dan Statistik, organisasi yang diakui oleh FIFA, berdasarkan kinerja klub dalam kompetisi internasional, Juventus adalah klub terbaik Italia dan kedua di Eropa abad ke-20.[10]
Sejak 2006 klub ini bermarkas di Stadio Olimpico di Torino yang menggantikan markas sebelumnya yaitu Stadion Delle Alpi yang dirobohkan dan dibangun ulang sebagai stadion baru bernama Juventus Stadium. Juventus resmi memakai stadion baru mereka tesebut pada awal September 2011.[23]
Sejarah
Awal mula
Juventus didirikan dengan nama Sport Club Juventus pada pertengahan tahun 1897 oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di daerah Liceo D’Azeglio, Turin[24]. Awal mula dibentuknya klub ini adalah sebagai pelampiasan dari anak-anak yang saling berteman dan menghabiskan waktu untuk jalan-jalan bersama dan bersenang-senang serta melakukan berbagai hal positif. Usia anak-anak tersebut rata-rata 15 tahunan, yang tertua berumur 17 dan lainnya di bawah 15 tahun. Setelah itu, hal yang mungkin tidak jadi masalah sekarang ini tapi merupakan hal yang terberat bagi pemuda-pemuda tersebut saat itu adalah mencari markas baru. Salah satu pendiri Juventus, Enrico Canfari dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk mencari sebuah lokasi dan akhirnya mereka menemukan salah satu tempat yaitu sebuah bangunan yang memiliki halaman yang dikelilingi tembok, mempunyai 4 ruangan, sebuah kanopi dan juga loteng dan keran air minum. Selanjutnya, Canfari menceritakan tentang bagaimana terpilihnya nama klub, segera setelah mereka menemukan markas baru. Akhirnya, tibalah pertemuan untuk menentukan nama klub dimana terjadi perdebatan sengit di antara mereka. Di satu sisi, pembenci nama latin, di sisi lain penyuka nama klasik dan sisanya netral. Lalu, diputuskanlah tiga nama untuk dipilih; "Societa Via Port", "Societa sportive Massimo D’Azeglio", dan "Sport Club Juventus". Nama terakhir belakangan dipilih tanpa banyak keberatan dan akhirnya resmilah nama klub mereka menjadi "Sport Club Juventus", tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball Club Juventus dua tahun kemudian.[3] Klub ini lantas bergabung dengan Kejuaraan Sepak Bola Italia pada tahun 1900. Dalam periode itu, tim ini menggunakan pakaian warna pink dan celana hitam. Juve memenangi gelar Seri-A perdananya pada 1905, ketika mereka bermain di Stadio Motovelodromo Umberto I. Di sana klub ini berubah warna pakaian menjadi hitam putih, terinspirasi dari klub Inggris Notts County.[25]
Pada 1906, beberapa pemain Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin.[3] Presiden Juve saat itu, Alfredo Dick kesal dan ia memutuskan hengkang untuk kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadikan Juve vs. Torino sebagai Derby della Mole.[26] Juventus sendiri ternyata tetap eksis walaupun ada perpecahan, bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.[25]
Dominasi liga
Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli mengambil alih kendali Juventus pada 1923, dimana kemudian ia membangun stadion baru.[3] Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, dimana pada musim 1925-26, mereka berhasil merebut scudetto dengan mengalahkan Alba Roma dengan agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia dengan memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan pelatih Carlo Carcano[25], dan beberapa pemain bintang seperti Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.
Juventus kemudian pindah kandang ke Stadio Comunale, tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal merajai Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino. Secercah prestasi kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai Piala Italia pertama mereka setelah di final mengalahkan klub sekota mereka, Torino.
Setelah berada di posisi 6 pada musim 1940-41, Juve lantas merebut Piala Italia kedua mereka di musim berikutnya. Di periode ini, Italia ikut Perang Dunia II dan ini membuat jalannya Liga menjadi terhambat. Sepakbola Italia kemudian memutuskan untuk terus berlangsung saat masa perang berjalan. Pada 1944, Juve ikut serta dalam sebuah turnamen lokal, yang akhirnya urung diselesaikan. Pada 14 Oktober, Liga kembali bergulir dan ditandai dengan derby Torino vs. Juventus. Torino yang saat itu mendapat sebutan "Grande Torino" kalah 2-1 dari Juventus. Namun di akhir musim justru Torino berhasil juara. Pada jeda musim panas, sebuah peristiwa penting terjadi di Juve pada 22 Juli 1945, Gianni Agnelli mengambil alih posisi presiden klub, meneruskan tradisi keluarga Agnelli. Dalam kepempinannya, Agnelli mendatangkan Giampiero Boniperti dalam jajaran staffnya. Ditambah amunisi baru seperti Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen. Setelah Perang Dunia II usai Juve berhasil menambah dua gelar Seri-A pada 1949–50 dan 1951–52, dibawah kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.
Gianni Agnelli lantas meninggalkan klub pada 18 September 1954. Tahun ini periode gelap Juve dimulai dengan hanya mampu finish di posisi 7. Musim berikutnya, di bawah arahan manajer Puppo yang mengandalkan skuat muda Juve mulai mencoba bangkit. Setelah serangkaian kekalahan karena skuat yang belum matang, pada November 1956 kabar baik berembus dengan masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub. skuat menjadi kuat dengan kedatangan beberapa pemain hebat seperti Omar Sivori dan pemuda Wales bernama John Charles yang menemani para punggawa lama seperti Giampiero Boniperti. Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan menjadi klub Italia pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi 10 gelar Liga Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final. Boniperti pensiun di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182 gol di semua kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.
Di era 1960-an, Juve hanya sekali memenangi Seri-A yaitu di musim 1966–67. Tetapi pada era 1970-an, Juve kembali menemukan jatidirinya sebagai klub terbaik Italia. Di bawah arahan Čestmír Vycpálek, Juve berusaha bangkit di musim 1971-72. Di paruh pertama musim, Juve belum stabil dalam permainan dan di paruh kedua mereka berhasil kembali ke performa terbaik terutama saat mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA) namun kalah dari Leeds United. Di pekan ke-4 liga, Juve kemudian berhasil mengalahkan AC Milan 4-1 di San Siro ditandai permainan apik Bettega dan Causio. Namun beberapa saat kemudian, Bettega harus istirahat karena sakit dan posisi pertama klasemen milik Juve menjadi terancam. Untungnya mereka berhasil konsisten dan merebut scudetto ke-14 mereka. Selanjutnya di musim 1972-73 Juve kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli. Di musim ini, Juve dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan kompetisi Eropa. Setelah berjuang sampai menit akhir, Juve berhasil menyalip AC Milan, yang secara mengejutkan kalah dipertandingan terakhir mereka, dan merebut scudetto ke-15. Juve juga bahkan berhasil masuk final Piala Champions musim tersebut, namun di mereka kalah dari Ajax Amsterdam yang dimotori oleh Johan Crujff. Selanjutnya mereka berhasil menambah tiga gelar lagi bersama defender Gaetano Scirea di musim 1974-75, 1976–77 dan 1977–78. Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama Giovanni Trapattoni, Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.
Pentas Eropa
Era tangan dingin Trapattoni benar-benar membuat Seri-A porak poranda di 1980-an.[25] Juve sangat perkasa di era tersebut, dengan gelar Seri-A empat kali di era tersebut. Setelah 6 pemainnya ikut andil dalam timnas Italia yang menjuarai Piala Dunia 1982 dengan Paolo Rossi sebagai salah satu pemain Juve kemudian terpilih menjadi Pemain Terbaik Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia pada tahun tersebut.[27] ditambah dengan kedatangan bintang Prancis Michel Platini, Juventus kembali difavoritkan di musim 1982-83. Namun Juventus yang juga disibukkan dengan jadwal kejuaraan Eropa memulai kompetisi dengan lambat. Hal itu ditunjukkan dengan menelan kekalahan dari Sampdoria di pertandingan pembuka musim serta menang dengan tidak meyakinkan atas Fiorentina dan Torino. Sementara di Eropa, mereka berhasil menyingkirkan Hvidovre (Denmark) dan Standard Liege (Belgia) di penyisihan. Akan tetapi, Juventus kembali ke trek juara di musim dingin bersamaan keberhasilan mereka menembus perempat final Liga Champions. Selanjutnya, kemenangan atas Roma melalui 2 gol dari Platini dan Brio membuat jarak keduanya berselisih 3 poin dengan Roma di posisi puncak. Namun, karena konsentrasi Juve terpecah antara Serie A dan Liga Champions akhirnya tidak berhasil mengejar AS Roma yang menjadi juara. Juventus seharusnya bisa menumpahkan kekecewaannya di Liga saat mereka bertemu Hamburg di final Liga Champions tapi hal itu tidak terjadi. Berada di posisi kedua di kompetisi domestic dan Eropa, Juventus akhirnya berhasil merebut gelar penghibur saat menjuarai Piala Italia dan Piala Interkontinental.
Musim panas 1983, Juve kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff gantung sepatu di usia 41 tahun sedangkan Bettega beralih ke Kanada untuk mengakhiri karirnya di sana. Juve lantas merekrut kiper baru dari Avellino: Stefano Tacconi dan Beniamino Vinola dari klub yang sama. Sementara Nico Penzo menjadi pendampong Rossi di lini depan. Juve pada saat itu berkonsentrasi penuh di dua kompetisi, Liga dan Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juve merengkuh gelar liga satu minggu sebelum kompetisi usai. Dan gelar ini ditambah gelar lainnya di Piala Winner saat mereka mengalahkan Porto 2-1 di Basel pada 16 Mei 1984. Dua gelar ini sangat bersejarah dan merupakan prestasi bagi kapten klub Scirea dan kawan-kawan.
Setelah era keemasan Rossi usai, Michel Platini kemudian secara mengejutkan berhasil menjadi pemain terbaik Eropa tiga kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, dimana sampai saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya klub yang mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak empat tahun berurutan.[28] Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC dari Inggris tersebut yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan kematian 39 tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan dengan para hooligans dari Liverpool. Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa selama lima tahun.[29] Juventus kemudian merebut scudetto terakhir mereka di era 1980-an pada musim 1985-86, yang juga menjadi tahun terakhir Trappatoni di Juventus. Memasuki akhir 1980-an, Juve gagal menunjukkan performa terbaiknya, mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter Milan.[25] Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk persiapan Piala Dunia 1990.[30]
Kesuksesan era Lippi
Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus pada awal musim 1994-95.[3] Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi Seri-A untuk pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an di musim 1994-95. Pemain bintang yang ia asuh saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi memimpin Juventus untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal, dimana Fabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve.[31]
Sesaat setelah bangkit kembali, para pemain Juventus yang biasa-biasa saja saat itu secara mengagumkan bisa mengembangkan diri mereka menjadi pemain-pemain bintang. Mereka adalah Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Juve kembali memenangi Seri-A musim 1996–97 dan 1997–98, termasuk juga Piala Super Eropa 1996[32] dan Piala Interkontinental 1996.[33] Juventus juga mencapai final Liga Champions di musim 1997 dan 1998, tetapi mereka kalah oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).[34][35]
Setelah dua musim absen karena dikontrak oleh Inter Milan (dan gagal), Marcello Lippi kembali ke Juventus di awal 2001. Pria penyuka cerutu ini lantas membawa beberapa pemain biasa, yang kembali ia berhasil sulap menjadi pemain hebat, di antaranya Gianluigi Buffon, David Trézéguet, Pavel Nedvěd dan Lilian Thuram, dimana para pemain tersebut membantu Juve kembali memenangi dua gelar Seri-A di musim 2001-02 dan 2002-03. Juve juga berhasil maju kembali ke final Liga Champions, sayangnya mereka kalah oleh sesama tim Italia lain, AC Milan. Tahun berikutnya, Lippi diangkat menjadi manajer timnas Italia setelah bersaing ketat dengan Fabio Capello, dan mengakhiri eranya sebagai pelatih terbaik Juventus di era 1990-an dan awal 2000-an.[36]
Skandal "Calciopoli"
Fabio Capello menjadi pelatih pada tahun 2004, dan memimpin Juventus untuk dua gelar Serie A. Namun, pada Mei 2006, Juventus menjadi salah satu dari lima klub Serie A terkait dengan skandal pengaturan pertandingan, hasil yang melihat klub terdegradasi ke Serie B untuk pertama kalinya dalam sejarah. Klub ini juga dilucuti dari dua gelar yang dibawa Capello pada tahun 2005 dan 2006.[37]
Banyak pemain kunci meninggalkan klub menyusul penurunan pangkat ke Serie B, termasuk Thuram, striker Zlatan Ibrahimović dan bek tengah Fabio Cannavaro. Namun, pemain bernama besar lain seperti Buffon, Del Piero, Trezeguet, dan Nedved tetap untuk membantu klub kembali ke Seri-A sementara anak-anak dari Primavera seperti Sebastian Giovinco dan Claudio Marchisio diintegrasikan ke dalam tim utama. Bianconeri dipromosikan langsung kembali sebagai juara liga setelah musim 2006-07, sementara kapten Del Piero mendapat penghargaan pencetak gol terbanyak dengan 21 gol.
Kembali ke Serie A
Sejak mereka kembali ke Serie A pada musim 2007-08. Claudio Ranieri[38] diangkat menjadi pelatih Juve setelah Deschamps berseteru soal bayaran gaji. Sayangnya usia Ranieri juga tidak berlangsung lama setelah ia gagal membawa Juve juara di musim 2008-09.[39] Mantan pemain Juve lain, Ciro Ferrara mulai bertugas menangani Juve di dua pertandingan akhir musim 2008-09 dan melanjutkan posisinya untuk musim 2009-10.[40]
Namun, Ferrara pun tidak bisa bertahan lama, karena di bulan Januari 2010 ia gagal membawa Juve berprestasi lebih baik setelah kandas di babak penyisihan grup Liga Champions. Ia pun akhirnya digantikan oleh Alberto Zaccheroni. Zaccheroni menangangi Juventus sampai akhir musim 2009-10 dan kemudian ia digantikan oleh Luigi Del Neri untuk musim 2010-11. Namun setelah serentetan hasil buruk di paruh musim kedua, manajemen Juventus akhirnya memutuskan untuk memecat Del Neri tidak lama setelah musim berakhir, dan ia digantikan oleh mantan bintang Juventus di era 1990-an, Antonio Conte untuk musim 2011-12.
Di bawah asuhan pelatih baru Antonio Conte yang merupakan mantan pemain Juve di masa silam, Si Nyonya Tua kembali menemukan jati dirinya yang hilang dalam beberapa musim terakhir dan keluar sebagai Scudetto di akhir musim 2011-12.[41] Juventus pun mencatat rekor meyakinkan sampai musim berakhir yaitu tidak terkalahkan sepanjang musim sekaligus menjadi klub pertama dalam sejarah Serie A yang tidak terkalahkan dalam format Serie A yang mengikut sertakan 20 klub. Juve pun kembali membuktikan diri sebagai salah satu klub yang paling kuat dalam segi bertahan dengan hanya kebobolan 20 kali, dan menjadi klub terbaik kedua Eropa di musim 2011-12 yang mencatat rekor paling sedikit kebobolan.[42] Juventus pun berhasil mempertahankan gelar Scudetto-nya di musim 2012-13 dan juga berhasil melaju sampai babak perempatfinal Liga Champions di musim yang sama sebelum dihentikan Bayern Munich.[43]
Warna, logo, dan julukan
Juventus telah bermain memakai kostum berwarna hitam dan putih ala zebra sejak tahun 1903. Aslinya, Juve bermain memakai kostum berwarna pink, tetapi karena ada kesalahan pengiriman kostum dari Inggris, salah satu pemain Juve malah tampil dengan pakaian belang, yang merupakan kostum klub Inggris, Notts County. Akhirnya Juve memutuskan untuk beralih kostum menjadi belang hitam-putih.[44]
Juventus lantas menanyakan pada pemain yang memakai baju belang tersebut, yaitu orang Inggris bernama John Savage, apakah ia bisa mengontak teman-temannya di Inggris yang bisa menyuplai kostum Juve dengan warna tersebut. Ia lantas menghubungi temannya yang tinggal di Nottingham, yang menjadi supporter Notts County, untuk mengirim kostum belang hitam-putih ke Turin, dan temannya tersebut menyanggupinya.[44]
Logo resmi Juventus Football Club telah mengalami berbagai perubahan dan modifikasi sejak tahun 1920. Modifikasi terakhir adalah pada menjelang musim 2005-06 sebagai perayaan seratus tahun gelar Scudetto pertama yang diraih Juve. Dimana saat itu mereka mengubah logo menjadi oval, dengan lima garis vertical, dan banteng yang dibentuk dalam sebuah siluet. Dahulu sebelum musim 2005-06, Juve memiliki sebuah symbol berwarna biru (yang merupakan symbol lain dari kota Turin). Selain itu ditambahkan juga dua bintang yang menggambarkan mereka sebagai satu-satunya klub yang mampu memenagi gelar Seri-A 20 kali. Sementara di era 1980-an, logo Juve lebih banyak dihiasi dengan siluet seekor zebra, menggambarkan mereka sebagai tim zebra kuat di Seri-A.
Dalam perjalanan sejarahnya, Juve telah memiliki beberapa nama julukan, la Vecchia Signora[1] (the Old Lady dalam bahasa Inggris atau "si Nyonya Tua" dalam bahasa Indonesia) merupakan salah satu contoh. Kata "old" (tua) merupakan bagian dari nama Juventus, yang berarti "youth" (muda) dalam Latin.[6] Nama ini diambil dari usia para pemain Juventus yang muda-muda di era 1930-an. Nama "lady" (nyonya) merupakan bagian dari sebutan para tifoso ketika memanggil Juve sebelum era 1930-an. Klub ini juga mendapat julukan la Fidanzata d'Italia (the Girlfriend of Italy dalam bahasa Inggris atau "Kekasih Italia" dalam bahasa Indonesia), karena selama beberapa tahun, Juve selalu memasok pemain baru dari daerah selatan Itala seperti dari Naples atau Palermo, dimana selain bermain sebagai pemain sepak bola, mereka juga bekerja untuk FIAT sejak awal 1930-an. Nama lain Juve adalah: I Bianconeri (the black-and-whites, atau Si Belang) dan Le Zebre (the zebras[45], atau Si Zebra) yang merujuk pada warna kostum Juventus.
Stadion
Setelah dua musim perdana mereka (1897 dan 1898), dimana Juve bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella, pertandingan-pertandingan selanjutnya di gelar di Piazza d'Armi Stadium sampai 1908, kecuali di 1905 saat nama Scudetto diperkenalkan untuk pertama kali, dan di 1906, dimana Juve bermain di Corso Re Umberto.
Dari 1909 sampai 1922, Juve bermain di Corso Sebastopoli Camp, dan selanjutnya mereka pindah ke Corso Marsiglia Camp dimana mereka bertahan sampai 1933, dan memenangi empat gelar liga. Di akhir 1933 mereka bermain di Stadion Mussolini yang disiapkan untuk Piala Dunia 1934. Setelah PDII, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadion Comunale Vittorio Pozzo. Juventus memainkan pertandingan kandangnya di sana selama 57 tahun dengan total pertandingan sebanyak 890 kali.[46] Sampai akhir Juli 2003 tempat tersebut masih dipakai sebagai sempat latihan Juve yang resmi.[47]
Dari tahun 1990 sampai akhir musim 2005-06, Juve menggunakan Stadion Delle Alpi, sebagai kandang mereka yang aslinya dibangun untuk Piala Dunia 1990, sesekali Juve juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena dan San Siro di Milan.[47]
Agustus 2006 Juve kembali bermain di Stadion Comunale, yang sekarang dikenal dengan nama Stadion Olimpiade, setelah Stadion Delle Alpi dipakai dan kemudian direnovasi untuk Olimpiade Musim Dingin Turin 2006.
Pada November 2008 Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sebesar €100 juta untuk membangun stadion baru di bekas lahan Stadion Delle Alpi. Berbeda dengan Delle Alpi, stadion baru Juve ini tidak menyertakan lintasan lari, dan jarak antara penonton dengan lapangan hanya 8,5 meter saja, mirip dengan mayoritas stadion di Inggris, dimana kapasitasnya diperkirakan akan berisi 41.000 kursi. Pekerjaan ini dimulai pada musim semi 2009, dan mulai awal musim 2011-12 stadion tersebut kemudian dipakai untuk mengarungi musim dan sejarah baru Juventus.
Pendukung
Juventus merupakan salah satu klub sepak bola dengan jumlah pendukung terbesar di Italia, dengan jumlah tifoso hampir 12 juta orang[13] (32.5% dari total tifosi bola di Italia), merujuk pada penelitian yang dilakukan pada Agustus 2008 oleh harian La Repubblica,[12] dan merupakan salah satu klub dengan jumlah supporter terbesar di dunia, dengan jumlah fans hampir 170 juta orang[13] (43 juta orang di Eropa),[13] selebihnya ada di Mediterrania, yang kebanyakkan diisi oleh imigran Italia.[48] Tim Turin ini juga mempunyai fans club yang cukup besar di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia melalui Juventini Indonesia.[49]
Tiket-tiket pertandingan kandang Juve memang tidak selalu habis setiap kali Juve bertanding di Seri-A atau Eropa, kebanyakkan fans Juve di Turin mendukung tim kesayangan mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kekuatan supporter Juventus sangatlah kuat. Juve juga sangat popular di Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding tandang,[50] lebih dibandingkan para pendukung di Turin sendiri.
Untuk kawasan Indonesia sendiri sejak awal musim 2006-07 sudah berdiri sebuah komunitas khusus bagi para penggemar Juventus, dengan nama Juventus Club Indonesia (JCI). Komunitas ini kemudian diakui sebagai satu-satunya fans club resmi Juventus untuk Indonesia pada awal musim 2008-09 setelah hampir tiga tahun berjuang untuk mendapatkan lisensi dari pihak Juventus Italia.[51][52]
Rivalitas
Juventus mempunyai beberapa rival utama di Italia. Pertama adalah klub sekota, FC Torino, di mana setiap pertandingan derbi melawan Torino selalu dijuluki Derby della Mole (Derby dari Torino) yang berawal sejak tahun 1906 di mana lucunya Torino sendiri didirikan oleh mantan-mantan pemain Juventus. Rival Juve yang lain di Italia adalah Internazionale; pertandingan Juve vs. Inter dijuluki sebagai Derby d'Italia (Derby dari Italia).[53] Sampai akhir musim 2006 ketika Juve terlempar ke seri-B, Inter dan Juve merupakan dua tim yang tidak pernah terdegradasi ke seri-B. Dua klub ini juga menjadi klub dengan fans terbesar di Italia, sejak pertengahan 1990-an.[53] Juve juga memiliki rival dengan AC Milan,[54] AS Roma[55] dan AC Fiorentina.[56]
Sementara untuk kawasan Eropa sendiri, rival utama Juventus adalah Manchester United FC dari Inggris dan FC Bayern Munich dari Jerman, dimana keduanya sangat sering sekali bertemu di ajang Liga Champions Eropa. Satu lagi rival utama Juventus di Eropa adalah Liverpool FC. Khusus Liverpool, tifosi Juve tidak akan pernah melupakan tragedi kerusuhan Heysel 1985 (final Liga Champions 1985), dimana sekitar 30 orang lebih pendukung Juventus tewas di stadion yang berada di Belgia tersebut.
Himne Juventus
Setiap kali Juventus bertanding dihadapan para pendukungnya di Stadion delle Alpi atau Stadion Olimpiade Torino para pendukug Juve selalu menyanyikan sebuah lagu khas untuk mendukung timnya yang tidak diketahui siapa pencipta lagu tersebut. Berikut adalah petikan lagu himne Juventus:[57]
Bahasa Italia | Bahasa Inggris | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
Forza la Juve la Juve la Juve ale' E' bianconera la bella signora Tu sei la squadra del cuore Metti un'altra stella sul petto Forza la Juve la Juve la Juve ale' Forza la Juve la Juve la Juve ale' Juve... Juve... Juve... Juve... Notte di Coppa Campioni Tutti allo stadio a sognare Forza la Juve la Juve la Juve ale' Forza la Juve la Juve la Juve ale' Juve...Juve... |
Forza Juve Juve Juve ale' And the beautiful lady in black and white You are the favorite team Put another star on his chest Forza Juve Juve Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' Juve ... Juve ... Juve ... Juve ... Night of Champions Cup All dream in the stadium Forza Juve Juve Juve ale ' Forza Juve Juve Juve ale' Juve... Juve... |
Forza Juve Juve Juve ale' Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih Anda adalah tim favorit Pasang bintang lain di dadamu Forza Juve Juve Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' Juve... Juve... Juve... Juve... Malam dengan pesta kemenangan Semua mimpi di stadion Forza Juve Juve Juve ale' Forza Juve Juve Juve ale' Juve... Juve... |
Pembinaan pemain muda
Para pemain muda dari Juventus telah dikenal sebagai salah satu barisan pemain muda terbaik di Eropa, terutama di Italia.[58] Walaupun tidak semua pemain muda Juve mampu masuk ke tim utama, beberapa di antara mereka sukses juga saat bergabung di klub lain. Dibawah asuhan pelatih Vincenzo Chiarenza, skuat Primavera (U-20) menikmati beragam prestadi, di antaranya adalah merajai kompetisi dari tahun 2004 sampai 2006.
Barisan pemain muda Juventus juga dikenal berkontribusi baik bagi tim nasional senior dan juga junior. Diantara pemain-pemain muda Juventus yang berbakat baik antara lain: Gianpiero Combi untuk Piala Dunia 1934, kemudian Pietro Rava untuk Olimpiade 1936 dan Piala Dunia 1938, lalu kemudian ada Giampiero Boniperti, Roberto Bettega, dan bintang Piala Dunia 1982 Paolo Rossi dan yang terkini adalah Domenico Criscito dan Claudio Marchisio yang menjadi sebagian kecil dari mantan pemain akademi Juventus yang sukses di level internasional.[59]
Mirip dengan yang dilakukan klub Eredivisie Belanda, Ajax Amsterdam dan beberapa klub Liga Premier Inggris, Juventus juga mengoperasikan beberapa klub sepak bola satelit dan sekolah sepak bola di beberapa negara di dunia (misal: Amerika Serikat, Kanada, Yunani, Arab Saudi, Australia dan Swiss) dan juga beberapa kamp sepak bola di beberapa negara lainnya untuk mencari pemain-pemain muda berbakat.[60]
Pemain
Tim utama
- Per 31 Januari 2014.
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
|
|
Daftar pinjaman
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
|
|
Kepemilikan bersama
Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.
Penawaran kepemilikan bersama berakhir 20 Juni 2014
Staf manajemen
|
Sumber: Juventus.com
Sejarah presidensial
Juventus mempunyai sejarah panjang dalam kepemimpinan klub ditangan seorang presiden, beberapa di antara mereka ada yang menjadi presiden sekaligus pemilik (dari keluarga Agnelli), sebagian lagi ada yang merupakan presiden kehormatan, berikut adalah daftar lengkapnya:[61]
|
|
Keterangan:
(cpg.) Presidensial Komite ketika Perang Dunia I.
(int.) Presiden ad-interim.
Sejarah manajerial
Dibawah ini merupakan daftar pelatih Juventus sejak tahun 1923 ketika keluarga Agnelli dari FIAT mengambil alih Juventus,[3] sampai saat ini.[62]
|
|
Keterangan:
(int.)Manajer ad-interim.
Prestasi dan penghargaan
Secara umum, Juventus adalah klub tersukses di Italia dengan raihan gelar 44 gelar nasional di Italia, dan salah satu klub tersukses di dunia,[8][10] dengan raihan 11 gelar internasional,[63] dengan raihan rekor 9 gelar UEFA dan dua FIFA.[64] menjadikan mereka sebagai klub keempat yang sukses di Eropa[11] dan juga dunia,[19] dimana semuanya telah diakui secara pasti oleh UEFA dan FIFA, beserta enam konfederasi sepak bola dunia.[63]
Juventus telah memenangi 29 gelar Seri-A, dan menjadi rekor terbanyak sampai saat ini,[36] dan juga menjadi catatan tersendiri saat Juve mendominasi lima musim berturut-turut Seri-A dari musim 1930-31 sampai 1934-35.[36] Mereka juga telah memenangi Piala Italia Sembilan kali, dan menjadi rekor sampai saat ini.[65]
Juventus menjadi satu-satunya klub sepak bola Italia yang telah mendapatkan dua bintang sebagai tanda mereka telah menjuarai Seri-A lebih dari 20 kali. Bintang pertama mereka dapatkan pada musim 1957-58 ketika Juve berhasil menjuarai Seri-A untuk kesepuluh kalinya, dan yang kedua pada 1981-82 ketika Juve menjuarai Seri-A untuk keduapuluh kalinya. Juventus juga merupakan klub Italia pertama yang memenangi gelar dobel (Seri-A dan Coppa Italia) sebanyak dua kali, yaitu pada 1959-60 dan 1994-95.
Juventus tercatatkan juga sebagai klub pertama dan satu-satunya di dunia yang berhasil memenangi seluruh gelar kejuaraan resmi,[20] yang diakui oleh FIFA,[17][18][16][66] Juve memenangi Piala UEFA tiga kali, berbagi rekor bersama Liverpool dan Inter Milan.[67]
Klub Turin ini menempati posisi 7 —tetapi teratas untuk klub Italia—dalam daftar Klub Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada 23 Desember 2000.[68]
Juventus juga mendapatkan status sebagai World's Club Team of the Year sebanyak dua kali tepatnya pada 1993 dan 1996[69], dan menempati rangking 3 dalam Rangking Klub Sepanjang masa (1991-2008) oleh International Federation of Football History & Statistics.[70]
Gelar juara nasional Italia
- Juara (29 kali)[71]: 1905; 1925-26[72]; 1930–31; 1931-32; 1932–33; 1933–34; 1934–35; 1949–50; 1951–52; 1957–58; 1959–60; 1960–61; 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1974–75; 1976–77; 1977–78; 1980–81; 1981–82; 1983–84; 1985–86; 1994–95; 1996–97; 1997–98; 2001–02; 2002–03; 2011–12; 2012–13; 2013-2014.
- Posisi kedua (20 kali): 1903; 1904; 1906; 1937–38; 1945–46; 1946–47; 1952–53; 1953–54; 1962–63; 1973–74; 1975–76; 1979–80; 1982–83; 1986–87; 1991–92; 1993–94; 1995–96; 1999–00; 2000–01; 2008–09.
- Juara (1 kali): 2006-07.[73]
- Juara (9 kali): 1937–38; 1941–42; 1958–59; 1959–60; 1964–65; 1978–79; 1982–83; 1989–90; 1994–95.
- Juara kedua (5 kali): 1972–73; 1991–92; 2001–02; 2003–04; 2011–12.
- Piala Kremlin
Gelar Eropa dan dunia
- Juara (2 kali): 1984-85, 1995-96,.[75][76]
- Juara kedua (5 kali): 1972–73; 1982–83; 1996–97; 1997–98; 2002–03
- Juara (1 kali): 1983-84.[77]
Rekor dan statistik klub
Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai pemain Juve yang paling banyak tampil dalam pertandingan (600 kali sampai 10 Mei 2009). Ia mengambil alih posisi tersebut dari legenda Juve, Gaetano Scirea pada 6 Maret 2008 saat melawan Palermo. Giampiero Boniperti memegang rekor sebagai pemain yang banyak tampil di seri-A dengan 444 kali penampilan.
Bila dihitung dengan seluruh kompetisi resmi yang diikuti Juventus, Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai topskor Juve dengan 241 gol sampai 19 Mei 2008, sejak pertama ia bergabung pada 1993. Giampiero Boniperti, yang sempat menduduki posisi tersebut dengan 182 gol menyusul di posisi kedua, tetapi secara statistic ia masih menjadi topskor terbanyak di ajang seri-A sampai Juni 2007.[85][86]
Pada musim 1933-34, Felice Placido Borel II° mencetak 31 gol dalam 34 kali penampilan, menjadikan rekor pribadi bagi dirinya dan Juventus dalam satu musim. Ferenc Hirzer menjadi topskor terbanyak dalam satu musim dengan 35 gol dalam 26 penampilan di musim 1925-26 (rekor juga untuk sepakbola Italia). Gol paling banyak tercipta oleh satu pemain adalah 6 gol yang dicapai oleh Omar Enrique Sivori ketika Juventus melawan Inter Milan pada musim 1960-61.[25]
Pertandingan resmi perdana yang diikuti oleh Juventus adalah Third Federal Football Championship, yang merupakan pendahulu dari seri-A, melawan Torinese dimana Juve kalah 0-1. Kemenangan terbesar yang dicetak Juve adalah saat melawan Cento dengan skor 15-0 di ronde kedua Coppa Italia pada musim 1926-27. Di seri-A sendiri, Fiorentina dan Fiumana adalah dua klub yang sempat dikalahkan Juve dengan skor besar, masing-masing klub kalah dari Juve dengan skor 11-0 di musim 1928-29. Kekalahan Juventus terbesar diderita saat mereka menjalani musim 1911-12 (melawan AC Milan kalah dengan skor 1-8) dan musim 1912-13 (melawan rival sekota AC Torino kalah dengan skor 0-8).[25]
Si Nyonya Tua memegang rekor sebagai tim dengan produktivitas gol paling besar sepanjang musim, di semua kompetisi, tepatnya pada musim 1992-93 dengan total 106 gol sepanjang musim. Penjualan Zinedine Zidane ke Real Madrid pada 2001 menjadi rekor dunia dengan nilai £46 juta sebelum dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo yang juga pindah ke klub yang sama dengan nilai £82 juta.[87]
Kontribusi untuk tim nasional Italia
Secara keseluruhan, Juventus merupakan klub yang paling banyak menyumbang pemain untuk timnas Italia dalam sejarah,[88] Si Nyonya Tua menjadi satu-satunya klub yang menyumbangkan pemain sejak Piala Dunia 1934.[89] Juve juga menjadi contributor utama untuk timnas Italia yang dikenal dengan sebutan Dua Era Emas, yang pertama adalah saat era Quinquennio d'Oro (The Golden Quinquennium), dari 1931 sampai 1935, dan Ciclo Leggendario (The Legendary Cycle), dari 1972 sampai 1986.
Berikut adalah daftar pemain Juventus yang dipanggil masuk ke dalam skuat tim Azzuri Italia saat mereka memenangi gelar juara dunia:[90]
- Piala Dunia 1934 (9); Gianpiero Combi, Virginio Rosetta, Luigi Bertolini, Felice Borel IIº, Umberto Caligaris, Giovanni Ferrari, Luis Monti, Raimundo Orsi and Mario Varglien Iº
- Piala Dunia 1938 (2); Alfredo Foni dan Pietro Rava
- Piala Dunia 1982 (6); Dino Zoff, Antonio Cabrini, Claudio Gentile, Paolo Rossi, Gaetano Scirea dan Marco Tardelli
- Piala Dunia 2006 (5); Fabio Cannavaro, Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, Alessandro Del Piero dan Gianluca Zambrotta
Dua pemain Juve memenangi gelar Sepatu Emas di Piala Dunia, yang pertama adalah Paolo Rossi di 1982 dan Salvatore Schillaci di Piala Dunia 1990. Sebagai kontributor untuk timnas juara dunia Italia, dua pemain Juve yaitu Alfredo Foni dan Pietro Rava, juga berhasil mengantarkan Italia merebut medali emas dalam Olimpiade Musim Panas 1936. Pemain Juve lainnya, Sandro Salvadore, Ernesto Càstano dan Giancarlo Bercellino juga menjadi bagian dari timnas juara Eropa Italia tahun 1968.[91]
Juventus juga berperan dalam menyumbang pemain-pemain hebat untuk timnas non-Italia. Zinedine Zidane dan Didier Deschamps adalah dua pemain Juve saat mereka memenangi Piala Dunia 1998 membuat Juventus menjadi penyumbang terbanyak skuat juara dunia suatu timnas dengan jumlah 24 pemain. Pemain timnas Perancis lain seperti Patrick Vieira, David Trézéguet dan Lilian Thuram juga sempat singgah bermain di Juventus. Tiga pemain Juve juga memenangi kejuaraan Piala Eropa dengan timnas non-Italia, Luis del Sol menjadi salah satunya saat ia memenangi Piala Eropa 1964 bersama Spanyol, disusul Michel Platini dan Zidane yang memenangi Euro 1984 dan Euro 2000.[92]
Informasi Ekonomi
Perseroan terbatas | |
Didirikan | Turin, Italia (27 Juli 1967 | )
Pendapatan |
|
| |
| |
Total aset |
|
Total ekuitas |
|
Pemilik | Exor 63.77% (per Agustus 2013) |
Karyawan |
|
Situs web | www |
Sejak 27 Juni 1967, Juve tercatat sebagai perushaan publik, dan sejak 3 Desember 2001 nama mereka tercatat di Bursa Saham Italia (Borsa Italiana). Saat ini saham Juventus dimiliki sebanyak 60% oleh Exor S.p.A, dan FIAT Group (keluarga Agnelli). 7.5% untuk Libyan Arab Foreign Investment Co. dan 32.5% kepada pemegang saham lainnya.
Bersama SS Lazio dan AS Roma, Juve menjadi satu dari tiga klub yang tercatat di Bursa Efek Italia. Juventus juga menjadi satu-satunya klub sepak bola yang menjadi anggota STAR (Segment of Stocks conforming to High Requirements, it. Segmento Titoli con Alti Requisiti), salah satu market segmen di dunia.
Tempat latihan Juve saat ini dimiliki oleh Vinovo S.p.A., dan diawasi oleh Juventus Football Club S.p.A dengan kepemilikan modal mencapai 71.3%.
Sejak 1 Juli 2008 Juve bergabung menjadi anggoya Safety Management System untuk karyawan dan atlet sesuai regulasi internasional OHSAS 18001:2007 dan anggota Safety Management System untuk sektor medis sesuai regulasi internasional ISO 9001:2000 resolution.
Merujuk pada jurnal ekonomi The Football Money League yang diterbitkan oleh konsultan keuangan Deloitte, di musim 2005-06 Juventus menjadi klub dengan pemasukan terbesar ketiga di dunia dengan prakiraan pemasukan €251.2 juta. Saat ini, Juve tercatat sebagai klub sepak bola terkaya di dunia berdasar rangking majalah Forbes, dimana di Italia mereka adalah yang terkaya kedua dibelakang AC Milan yang dimiliki raja media Italia Silvio Berlusconi.
Pemasok kostum dan sponsor
Periode | Produsen kostum | Sponsor |
---|---|---|
1979–1989 | Kappa | Ariston |
1989–1992 | UPIM | |
1992–1995 | Danone | |
1995–1998 | Sony / Sony Minidisc | |
1998–1999 | D+Libertà digitale / Tele+ | |
1999–2000 | CanalSatellite / D+Libertà digitale / Sony | |
2000–2001 | Ciao Web / Lotto | Sportal.com / Tele+ |
2001–2002 | Lotto | FASTWEB / Tu Mobile |
2002–2003 | FASTWEB / Tamoil | |
2003–2004 | Nike | |
2004–2005 | SKY Italia / Tamoil | |
2005–2007 | Tamoil | |
2007–2010 | New Holland FIAT Group | |
2010–2012 | BetClic / Balocco | |
2012–2015 | FIAT S.p.A (Jeep) |
Juventus dan kemanusiaan
Juventus juga menunjukan komitmennya terhadap segala masalah-masalah humanis dan sosial. Komitmen-komitmen dan proyek-proyek yang senantiasa didukung oleh klub telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap kebijakan dan budaya mereka dalam mewujudkan sebuah nilai-nilai dan idealisme serupa yang selalu dipegang teguh oleh Juventus dalam dunia olahraga dan dapat pula dirasakan dalam bentuk bakti sosial kepada masyarakat.[93]
Keterlibatan dan komitmen klub dalam membantu menangani masalah-masalah sosial tentunya datang dari sensitifitas pihak manajemen Juventus terhadap masalah tersebut, yang kemudian berkembang melalui jaringan para penggemar, supporter dan simpatisannya yang tersebar di seluruh dunia. Juventus mampu menciptakan sebuah gairah positif dalam dunia sepak nola yang membuat kelompok-kelompok masyarakat ini memiliki kesamaan keinginan untuk melakukan kebaikan bagi sesama, serta membentuk rasa kesadaran terhadap masalah-masalah tersebut. Hanya dengan sebuah upaya bersama dan mencetak manusia-manusia yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi, yang termasuk pula para pemain hebat yang turut serta bergabung, maka sangatlah mungkin keberhasilan atas rencana besar ini akan dapat diraih.
Dalam beberapa tahun terakhir komitmen-komitmen sosial Juventus telah berhasil menggapai beberapa area dan upaya tersebut telah melahirkan penghargaan yang di kenal dengan "Scudetto della Solidarieta", yang merupakan sebuah penghargaan yang diberikan oleh majalah VITA. Inisiatif-inisiatif Juve yang telah berhasil di antaranya:
- Fatti e Progetti per i Giovani yaitu sebuah perencanaan dalam pengembangan taraf hidup generasi muda yang kemudian membuat meraka belajar hal-hal yang berguna.[93]
- Pembangunan sebuah “Asylum” untuk mengenang Edoardo Agnelli, berkerjasama dengan Vicenza Voluntary Groups, dengan tujuan untuk memberikan tempat penampungan bagi kaum ibu yang berada dalam kesulitan.[93]
- Proyek "Growing Together at The Sant’Anna", dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pendanaan bagi proyek perbaikan ruang perawatan bayi yang baru lahir pada Rumah sakit Sant'Anna.[93]
Catatan kaki
- ^ a b Also Madama in Piedmontese dialect. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Madama" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ Arpino, Giovanni; Bàrberi Squarotti, Giorgio; Romano, Massimo (1992). Opere (dalam bahasa Italian and Piedmontese). Milan: Rusconi Editore. hlm. 630. ISBN 88-18-06084-8.
- ^ a b c d e f "Juventus Football Club: The History". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2008-08-09.
- ^ "New Stadium". Juventus F.C. Diakses tanggal 23 July 2011.
- ^ "I numeri" (dalam bahasa Italian). ilnuovostadiodellajuventus.com. Diakses tanggal 23 July 2011.
- ^ a b Nama "Juventus" ialah terjemahan bahasa Piedmont dari kata Latin iuventus (youth dalam Bahasa Inggris).
- ^ Aidan Fitzmaurice (28 July 2010). "Juve tie the 'stuff of dreams' for Rovers". Union des Associations Européennes de Football. Diakses tanggal 13 June 2011.
- ^ a b "Juventus building bridges in seri B". FIFA official website. Diakses tanggal 2006-11-20..
- ^ "Old Lady sits pretty". Union des Associations Européennes de Football. Diakses tanggal 26 June 2003.
- ^ a b c "Europe's club of the Century". International Federation of Football History & Statistics. Diakses tanggal 10 September 2009.
- ^ a b "Confermato: I più titolati al mondo!" (dalam bahasa Italian). A.C. Milan S.p.A official website. 30 May 2013. Diakses tanggal 19 June 2013.
- ^ a b "Research: Supporters of football clubs in Italy" (dalam bahasa Italian). La Repubblica. Diakses tanggal 2008-08-30.
- ^ a b c d "Juventus Football Club S.p.A: Objectives and Strategies". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2009-08-26.
- ^ "History of the UEFA Cup". Union des Associations Européennes de Football. Diakses tanggal 5 April 2008.
- ^ "Giovanni Trapattoni". Union des Associations Européennes de Football. 31 May 2010. Diakses tanggal 27 December 2010.
- ^ a b c "Un dilema histórico" (PDF) (dalam bahasa Spanish). El Mundo Deportivo. 23 September 2003. Diakses tanggal 23 September 2008. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "El Mundo Deportivo" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ a b "Juventus FC: La Vecchia Signora en lo más alto del mundo". FIFA official website (dalam bahasa Spanish). Diakses tanggal 2009-08-19.
- ^ a b The major UEFA club competitions are the European Champion Clubs' Cup (or simply European Cup), the UEFA Cup Winners' Cup and the UEFA Cup. In the aggregate, the fact to win these three trophies is also known as the "Grand Slam", a feat achieved by only other two clubs since the triumph of the Old Lady in 1985: Ajax Amsterdam in 1992 and Bayern Munich in 1996. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "Major" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ a b Hanya Milan, Boca Juniors (masing-masing 18 gelar), Independiente, Real Madrid (keduanya 15) dan Al-Ahly (14) yang memenangi kejuaraan dunia sepak bola antar klub.
- ^ a b "Legend: UEFA club competitions". Union des Associations Européennes de Football. 21 August 2006. Diakses tanggal 26 February 2013.
"1985: Juventus end European drought". Union des Associations Européennes de Football. 8 December 1985. Diakses tanggal 26 February 2013. - ^ "FIFA Club World Championship TOYOTA Cup: Solidarity – the name of the game" (PDF). FIFA Activity Report 2005. Zurich: Fédération Internationale de Football Association: 62. April 2004-May 2005. Diakses tanggal 17 December 2012.
- ^ "We are the champions". Fédération Internationale de Football Association. 2005-12-01. Diakses tanggal 2009-10-28.
- ^ "New stadium, opening ceremony on 8th September". Juventus F.C. 14 July 2011. Diakses tanggal 23 July 2011.
- ^ "Storia della Juventus Football Club". magicajuventus.com (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2007-07-08.
- ^ a b c d e f g Modena, Panini Edizioni (2005). Almanacco Illustrato del Calcio - La Storia 1898-2004.
- ^ "FIFA Classic Rivalries: Torino VS Juventus". FIFA official website. Diakses tanggal 2007-06-29.
- ^ Glanville, Brian (2005). The Story of the World Cup. London: Faber and Faber. hlm. 263. ISBN 0-571-22944-1.
- ^ "European Footballer of the Year ("Ballon d'Or")". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2007-06-08.
- ^ "Olsson urges anti-racism action". UEFA official website. Diakses tanggal 2005-05-13.
- ^ Goldblatt, David (2007). The Ball is Round: A Global History of Football. London: Penguin. hlm. 602. ISBN 978-0-14-101582-8.
- ^ "1995/96: Juve hold their nerve". UEFA official website. 1996-05-22.
- ^ "1996: Dazzling Juve shine in Paris". UEFA official website. 1997-03-01.
- ^ "Toyota Cup 1996". FIFA official website. 1996-11-26.
- ^ "UEFA Champions League 1996–97: Final". UEFA official website. 1997-05-28.
- ^ "UEFA Champions League 1997–98: Final". UEFA official website. 1997-05-20.
- ^ a b c "seri A TIM: Albo d'oro". Lega-Calcio official website (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2009-08-25.
- ^ "Italian trio relegated to Serie B". BBC. 14 July 2006. Diakses tanggal 14 July 2006.
- ^ "Ranieri appointed Juventus coach". BBC News. Diakses tanggal 2007-06-04.
- ^ "Via Ranieri, ecco Ferrara" (dalam bahasa Italian). UEFA official website. Diakses tanggal 2009-05-19.
- ^ "Ferrara handed Juventus reins". UEFA official website. Diakses tanggal 2009-06-05.
- ^ Juventus crowned champions of Italy!, Juventus.com, diakses 7 Mei 2012.
- ^ "A Scudetto built on defense". juventus.com. 15 May 2012.
- ^ "Juventus claim 2012-2013 Scudetto". SB Nation. 5 May 2013.
- ^ a b "Black & White". Notts County F.C. official website. Diakses tanggal 2008-11-07. Extracts taken from the Official History of Notts County and article kindly reproduced by the Daily Mail.
- ^ The zebra is Juventus' official mascot because the black and white vertical stripes in its present home jersey and emblem remembered the zebra's stripes.
- ^ "Juventus places: Olympic Stadium". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2008-03-12.
- ^ a b "Juventus places: Delle Alpi Stadium". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2008-03-12.
- ^ "Napoli: Back where they belong". FIFA official website. Diakses tanggal 2007-06-22.
- ^ "I club esteri". Centro Coordinamento Juventus Club DOC official website (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2008-11-01.
- ^ "Supporters by region" (dalam bahasa Italian). calcioinborsa.com. Diakses tanggal 2007-02-05.
- ^ http://www.juventusclubindonesia.com/doc.html
- ^ Juventus Club Indonesia diakui oleh pihak Juventus Italia
- ^ a b "Juve-Inter, storia di una rivalità" (dalam bahasa Italian). Tuttosport. 2008-09-22.
- ^ "Juve e Milan, la sfida infinita storia di rivalità e di campioni" (dalam bahasa Italian). La Repubblica. 2003-05-15.
- ^ "Juve-Roma, rivalità antica" (dalam bahasa Italian). Tuttosport. 2008-10-31.
- ^ "Quell'antica ruggine tra Juve e Fiorentina" (dalam bahasa Italia). La Gazzetta dello Sport. 2009-01-22.
- ^ Sing Along Juventus Anthem - Inno Juventus - Bella Signora Watch the video and Sing Along Forza la Juve, La Juve, La Juve Ale'
- ^ "Juve, la strategia di Bettega: tornano i giovani" (dalam bahasa Italian). Tuttosport. 9 January 2010.
- ^ "La signora Juventus è ringiovanita bene" (dalam bahasa Italian). La Gazzetta dello Sport. 21 January 2009.
- ^ "Juventus Soccer Schools International" (dalam bahasa Italian). Juventus Soccer School. 16 May 2010.
- ^ "List of Juventus F.C. Presidents". Juworld.net (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2007-06-08.
- ^ "List of Juventus F.C. managers". MyJuve.it (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2007-07-25.
- ^ a b c "Football Europe: Juventus F.C." UEFA official website. Diakses tanggal 2006-12-26.
- ^ a b Sampai 2004, pertandingan antar juara Liga Champions dikenal dengan nama Piala Interkontinental (biasa disebut European / South American Cup alias Toyota Cup); kemudian kejuaraan tersebut diganti dengan Piala Dunia Antar Klub FIFA.
- ^ "TIM Cup: Albo d'oro". Lega-Calcio official website (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2009-08-20.
- ^ "Tutto inizio' con un po' di poesia" (dalam bahasa Italian). La Gazzetta dello Sport. Diakses tanggal 1997-05-24.
- ^ "UEFA Europa League: Facts & Figures". UEFA official website. Diakses tanggal 2007-05-14.
- ^ "FIFA Awards: FIFA Clubs of the 20th Century". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2000-12-23.
- ^ "The 'Top 25' of each year (since 1991)". IFFHS official website. Diakses tanggal 2008-01-03.
- ^ Sejak musim 1990–91, Juventus memenangi 15 kejuaraan resmi: lima gelar Serie-A, satu Coppa Italia, empat Piala Super Italia, satu piala Interkontinental Cup/FIFA World Club Cup, satu European Cup/UEFA Champions League, satu UEFA Cup, satu UEFA Intertoto Cup, dan satu UEFA Super Cup. Lihat juga "All-Time Club World Ranking (since 1.1.1991)". IFFHS official website. Diakses tanggal 2008-12-31.
- ^ Juventus telah meraih 31 kali gelar Scudetto secara keseluruhan, dengan memasukan dua gelar yang dicabut karena kasus Calciopoli di musim 2004–05 dan 2005–06
- ^ Sampai 1921, divisi teratas sepak bola Italia dikenal dengan nama Federal Football Championship; kemudian berubah menjadi First Division, National Division, dan terakhir seri A.
- ^ "Italy - List of Second Division (seri B) Champions". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2009-08-19.
- ^ "Supercoppa TIM: Albo d'oro". Lega-Calcio official website (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2009-08-20.
- ^ "European Champions' Cup". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2009-08-19.
- ^ Up until 1992, the UEFA's premier club competition was the European Champion Clubs' Cup; since then, it has been the UEFA Champions League.
- ^ "UEFA Cup Winners' Cup: All-time finals". UEFA official website. Diakses tanggal 2009-07-19.
- ^ "UEFA Cup: All-time finals". UEFA official website. Diakses tanggal 2009-07-13.
- ^ The European Inter-Cities Fairs Cup (1958-1971) was a football tournament organized by foreign trade fairs in European seven cities (London, Barcelona, Copenhagen, and others) played by professional and —in its first editions— amateur clubs. Along these lines, that's not recognized by the Union of European Football Associations as an UEFA club competition. See: "UEFA Europa League: History". UEFA official website. Diakses tanggal 2009-08-25..
- ^ "UEFA Intertoto Cup winners since 1995 (page 2)" (PDF). European Football Pool. Diakses tanggal 2009-08-19.
- ^ "1999: Juve add illustrious name to trophy". UEFA official website. Diakses tanggal 1999-08-01. .
- ^ "UEFA Super Cup: All-time finals". UEFA official website. Diakses tanggal 2009-07-19.
- ^ Pertandingan Piala Super Eropa 1985 mempertemukan Old Lady dan Everton, Pemenang Piala UEFA 1984-85 tidak diperkenankan hadir akibat Tragedi stadion Heysel. Lihat: "UEFA Super Cup: History". UEFA official website. Diakses tanggal 2009-08-25..
- ^ "UEFA/CONMEBOL Intercontinental Cup: All-time finals". UEFA official website. Diakses tanggal 2009-07-19.
- ^ "Giampiero Boniperti playing records". MyJuve.it. Diakses tanggal 2007-06-08.
- ^ "Alessandro Del Piero playing records". MyJuve.it. Diakses tanggal 2007-06-08.
- ^ "Zidane - symbol of Real's dream". BBC. Diakses tanggal 2001-07-09.
- ^ "Italian national team: J-L Italian club profiles". Italian national team records & statistics. Diakses tanggal 2006-11-01..
- ^ "Juve players at the World Cup". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2009-08-23.
- ^ "Italian National Team Honours - Club Contributions". Forza Azzurri. Diakses tanggal 2007-06-08.
- ^ "European Championship 1968 - Details Final Tournament". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2007-06-08.
- ^ "European Championship". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2007-06-08.
- ^ a b c d Juve & Kemanusiaan
Bibliografi
Buku
- Arpino, Giovanni; Bàrberi Squarotti, Giorgio; Romano, Massimo (1992). Opere (dalam bahasa Italian and Piedmontese). Milan: Rusconi Editore. ISBN 88-18-06084-8.
- Canfari, Enrico (1915). Storia del Foot-Ball Club Juventus di Torino (dalam bahasa Italian). Tipografia Artale.
- Clark, Martin (1996) [1995]. Modern Italy; 1871-1995. 2. Milan: Longman. ISBN 0-582-05126-6.
- Dolci, Fabrizio (2003). Non omnis moriar: gli opuscoli di necrologio per i caduti Italiani nella Grande Guerra; bibliografia analitica (dalam bahasa Italian). Edizioni di Storia e Letteratura. ISBN 88-8498-152-2.
- Glanville, Brian (2005). The Story of the World Cup. London: Faber and Faber. ISBN 0-571-22944-1.
- Goldblatt, David (2007). The Ball is Round: A Global History of Football. London: Penguin. ISBN 978-0-14-101582-8.
- Hazzard, Patrick (2001). Fear and loathing in world football. Berg Publishers. ISBN 1-85973-463-4.
- Kuper, Simon (2010). Calcionomica. Meraviglie, segreti e stranezze del calcio mondiale (dalam bahasa Italian). ISBN Edizioni. ISBN 88-7638-176-7.
- Papa, Antonio (1993). Storia sociale del calcio in Italia (dalam bahasa Italian). Bologna: Il Mulino. hlm. 271. ISBN 88-15-08764-8.
- Sappino, Marco (by) (2000). Dizionario biografico enciclopedico di un secolo del calcio italiano (dalam bahasa Italian). 2. Milan: Baldini Castoldi Dalai Editore. ISBN 88-8089-862-0.
- Tranfaglia, Nicola (1998). Guida all'Italia contemporanea, 1861-1997 (dalam bahasa Italian). 4. Garzanti. ISBN 88-11-34204-X.
Publikasi lainnya
- Graziano, Mirko (9 October 2011). "Azzurro Juve, miniera d'oro". La Gazzetta dello Sport (dalam bahasa Italia). 115 (237).
- Papi, Giacomo (8 April 2004). "Il ragazzo che portava il pallone". Diario della settimana (dalam bahasa Italia). 13/14.
- "Football Philosophers" (PDF). The Technician. Union des Associations Européennes de Football. 46. 2010.
- "Prospetto informativo OPV 24 maggio 2007" (PDF) (dalam bahasa Italian). Commissione Nazionale per le Società e la Borsa. Diakses tanggal 24 May 2007.
- "Sondaggio Demos & Pi: Italia, il paese nel pallone (2010)" (PDF) (dalam bahasa Italia). Demos & Pi. 24 September 2010. Diakses tanggal 23 October 2010.
Pranala luar
Cari tahu mengenai Juventus F.C. pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote |
- (Inggris) (Italia) (Indonesia) (Tionghoa) (Jepang) Situs web resmi
- Juventus Football Club di situs resmi FIFA (Inggris) (Prancis) (Jerman) (Portugis) (Spanyol) (Arab)
- (Italia) Juventus F.C. di Facebook
- (Italia) Juventus F.C. di Twitter
- (Inggris) Juventus di YouTube
- (Inggris) Juventus Football Club dalam situs UEFA
- (Indonesia) Juventini Indonesia
Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link GA Templat:Link GA