Tzu Chi

yayasan kemanusiaan yang berpusat di Hualien, Taiwan
Revisi sejak 6 September 2014 12.30 oleh Budihandoyo (bicara | kontrib) (merapikan halaman)

Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi (Hanyu Pinyin: Cí Jì, Wade-Giles: Tz'u Chi, Hanzi yang Disederhanakan: 慈济基金会, Hanzi tradisional: 慈濟基金會) adalah sebuah organisasi nirlaba yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan, antara lain: amal sosial, kesehatan, pendidikan, budaya humanis, pelestarian lingkungan, donor sumsum tulang, bantuan internasional, dan relawan komunitas. Tzu Chi yang kini berpusat di Hualien, Taiwan, didirikan oleh Master Cheng Yen, seorang biksuni, pada 14 April 1966, setelah dia terinspirasi oleh guru sekaligus mentornya, Master Yin Shun (印順導師, Yin Shun Dao Shi) dengan harapan yang besar: "demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk". Berbeda dengan komunitas Buddha pada umumnya yang lebih memfokuskan diri pada penerangan dan meditasi, Tzu Chi memfokuskan pada lingkungan sosial.

Berkas:Tzu Chi.jpg
Logo Tzu Chi
Balai Pikiran Tenang (Jing Si Tang) Yayasan Tzu-Chi di Taiwan, berdampingan dengan rumah sakit di sebelah kanan.

Tzu Chi terdiri dari relawan dengan latar belakang yang berbeda-beda dengan melintasi perbedaan suku, agama, ras, bangsa, dan golongan untuk bersama-sama menebar cinta kasih ke seluruh dunia. Para relawan juga sering dibina dalam berbagai pelatihan. Mereka dapat dikenali lewat seragamnya yang khas ketika sedang melakukan kegiatan bakti sosial, yakni: kaos logo Tzu Chi di dada kiri (warna kaos tergantung tingkatan dari masing-masing relawan), celana berwana putih yang tidak ketat, ikat pinggang dengan logo Tzu Chi di kepala ikat pinggang, dan kartu identitas yang disematkan di atas saku baju.

Sejarah Terbentuknya Tzu Chi

Tzu Chi didirikan oleh Master Cheng Yen, seorang biksuni yang melatih diri di Vihara Pu Ming, Hualien. Di vihara kecil ini, Master Cheng Yen beserta para muridnya hidup dengan mengandalkan hasil bercocok tanam, merajut sepatu bayi, ataupun industri rumah tangga dan bertekad tidak menerima sumbangan.

Suatu hari di tahun 1966, Master Cheng Yen bersama beberapa pengikutnya menjenguk seorang umat di sebuah klinik. Ketika keluar dari kamar pasien, terlihat bercak darah di lantai, namun tidak tampak pasien di sekitar sana. Selanjutnya baru diketahui bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita dari Gunung Fengbin yang mengalami keguguran. Karena tidak mampu membayar uang jaminan sebesar NT$ 8.000, wanita tersebut tidak bisa berobat dan terpaksa dibawa pulang.

Mendengar hal ini, Master Cheng Yen sangat terguncang. Seketika itu beliau memutuskan untuk berusaha mengumpulkan dana amal untuk menolong orang dan menyumbangkan seluruh kemampuan dirinya bagi orang yang menderita sakit dan kekurangan di Taiwan bagian timur ini. Kegiatan kemanusiaan Tzu Chi diawali dari 6 murid Master Cheng Yen yang setiap hari merajut tambahan sepasang sepatu bayi untuk mengumpulkan dana kemanusiaan. Di samping itu, Master Cheng Yen memberi celengan bambu pada 30 ibu rumah tangga yang menjadi pengikutnya. Beliau meminta agar setiap hari mereka menghemat 50 sen uang belanja dan memasukkannya ke dalam celengan itu. Dari semua hasil ini, tiap bulan terkumpul NT$ 1.170 untuk membantu kaum miskin. Kabar ini dengan cepat tersebar di Hualien, dan semakin banyak orang yang ingin bergabung. Untuk menghimpun semua kebajikan itu, Badan Bakti Amal Tzu Chi dibentuk pada bulan Mei 1966 dan berpusat di Vihara Pu Ming. Seiring waktu, badan amal ini diubah namanya menjadi Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi.

Visi dan Misi Tzu Chi

Kata “Tzu Chi” secara harfiah berarti “memberi dengan cinta kasih”. Misi Tzu Chi adalah memberi bantuan materi seraya menumbuhkan cinta kasih dan rasa kemanusiaan dalam diri pemberi dan penerima bantuan. Master Cheng Yen merasa bahwa dengan menumbuhkan cinta kasih terhadap sesama maka akan dapat mengurangi berbagai penderitaandan masalah di dunia. “Untuk menyelamatkan dunia, kita harus memulainya dengan mengubah hati manusia,” ujar beliau. Tzu Chi bercita-cita menyucikan hati manusia, mewujudkan masyarakat aman dan tenteram, serta dunia terhindar dari bencana. Cita-cita ini hanya akan dapat tercapai dengan menumbuhkan cinta kasih di dalam diri setiap orang. Inilah yang dilakukan Tzu Chi dengan menjalankan 4 misi utama, 8 jejak Dharma, yaitu:

1. Misi amal

2. Misi kesehatan

3. Misi pendidikan

4. Misi budaya kemanusiaan

5. Bantuan bencana internasional

6. Donor sumsum tulang

7. Pelestarian lingkungan

8. Relawan komunitas

Logo Tzu Chi

Bentuk utama logo Tzu Chi berupa bunga teratai, yang melambangkan bahwa kita dapat menjadikan dunia lebih baik dengan menanam benih kebajikan. Hanya dengan benih, bunga dapat mekar dan berbuah. Sebuah dunia yang lebih baik dapat diciptakan dengan kebajikan dan pikiran yang murni. Perahu melambangkan Tzu Chi mengemudikan sebuah perahu cinta kasih untuk menyelamatkan semua makhluk hidup dari penderitaan. Delapan kelopak melambangkan Delapan Ruas Jalan Mulia yang menjadi panduan bagi anggota Tzu Chi dalam melangkah. Delapan Ruas Jalan Mulia tersebut meliputi:

1. Pandangan Benar

2. Pikiran Benar

3. Ucapan Benar

4. Perbuatan Benar

5. Mata Pencaharian Benar

6. Usaha Benar

7. Perhatian Benar

8. Konsentrasi Benar.

Tzu Chi di Indonesia

Benih Tzu Chi masuk ke Indonesia pada tahun 1993, ketika Liang Cheung, seorang relawan Tzu Chi yang berasal Taiwan, datang ke Indonesia mendampingi suaminya. Di sini ia berkenalan dengan sesama istri dari pengusaha Taiwan. Liang Cheung kemudian mengajak mereka berpartisipasi menjadi donatur Tzu Chi. Lama-kelamaan, setelah mengamati penderitaan masyarakat di sekitarnya, para ibu rumah tangga ini berpikir, "Mengapa kita tidak melakukan kegiatan sosial di sini, di Indonesia?"

Pada tahun 1994, para ibu ini berkunjung ke Hualien, Taiwan untuk menemui Master Cheng Yen. Di sana mereka memohon restu untuk mendirikan Tzu Chi di Indonesia. Saat itu Master Cheng Yen berpesan, "Bagi yang mencari nafkah di negeri orang, harus memanfaatkan potensi setempat, dan berkontribusi bagi penduduk setempat." Demikianlah para istri ekspatriat Taiwan ini membuka lahan cinta kasih di Indonesia. Tanggal 28 November 1994 kemudian ditetapkan sebagai hari lahir Tzu Chi Indonesia.

Hingga kini, meski menggunakan ajaran Buddha sebagai dasar, namun para donatur dan relawan Tzu Chi berasal dari berbagai agama. Begitu pun dalam setiap kegiatannya, tidak pernah memandang suku, agama, dan golongan.

Bersumbangsih untuk Sesama

Sejak belum diresmikan, relawan Tzu Chi sudah mulai bersumbangsih pada masyarakat di sekitar mereka. 1 April 1994, Tzu Chi Indonesia mulai mengunjungi panti jompo secara rutin. 1 Juli 1994, Tzu Chi mulai memberikan bantuan berupa lampu petromaks pada korban bencana tsunami di Jawa Timur. Bulan 1 Desember 1994 saat Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus, Tzu Chi memberi bantuan selimut, tikar, susu, makanan kaleng, sepatu, dan pakaian.

Dalam 2 tahun perjalanannya, bantuan yang diberikan semakin bervariatif, mulai dari pemberian beasiswa pada siswa SDN Jembatan Baru, Jakarta Utara, bantuan kepada pasien penanganan khusus yang pertama, Ferry yang menderita rakhitis, hingga program pemberantasan TBC di Kota Tangerang. Sejak tahun 2000, perkembangan Tzu Chi Indonesia semakin nyata. Jumlah pasien penanganan khusus dan anak asuh semakin bertambah, frekuensi baksos kesehatan di berbagai kota semakin tinggi dan bantuan bencana semakin serius dilakukan.

Cinta Kasih Terus Bergulir

Banjir besar Jakarta awal tahun 2002 melatarbelakangi serangkaian program jangka panjang berskala besar. Pada 1 Maret 2001, Tzu Chi membersihkan Kali Angke dan Kali Ciliwung. Kemudian pada tanggal 1 April 2001, dimulai pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi bagi warga bantaran Kali Angke yang tinggal di daerah kumuh dan menjadi korban banjir. Perumahan Cinta Kasih di Cengkareng, Jakarta Barat ini diresmikan pembukaan Presiden Republik Indonesia oleh Megawati Soekarnoputri tempat dari oleh Istana Presiden Republik Indonesia oleh Istana Merdeka dan Istana Merdeka mulai sejak pada tanggal 31 Mei 2002, dan lengkap dengan poliklinik, sekolah, balai warga, mushola, dan pusat daur ulang.

Sepanjang tahun 2002, Tzu Chi Indonesia disibukkan dengan pembagian 50.000 ton beras cinta kasih kepada masyarakat Indonesia yang membutuhkan. Berangkat dari beras, Tzu Chi sembari menyebarkan filosofi cinta kasih universal. Di berbagai kota, mulai muncul orang-orang yang bersedia menjadi relawan, bahkan di beberapa kota terbentuk kantor penghubung Tzu Chi.

Cabang

Cabang Tzu Chi telah berdiri di 31 negara:[1]

Saluran televisi Da Ai

Tzu Chi
NegaraTaiwan
JaringanTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
SloganLove to make the world light up
PemilikTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
Tzu Chi 1
NegaraTaiwan
JaringanTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
SloganLove to make the world light up
PemilikTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
Tzu Chi 2
NegaraTaiwan
JaringanTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
SloganLove to make the world light up
PemilikTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
Da Ai TV Indonesia
NegaraIndonesia
JaringanTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
SloganTelevisi Cinta Kasih
PemilikTzu Chi
Da Ai TV Thailand
NegaraThailand
JaringanTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
PemilikTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
Da Ai TV Egypt
NegaraEgypt
JaringanTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.
PemilikTzu Chi Foundation of the Culture of Communication, Inc.

Lihat pula

  • Da Ai TV - stasiun televisi yang dioperasikan Yayasan Tzu Chi

Referensi

Pranala luar