Kalimantan

pulau terluas ketiga di dunia, terletak di Asia Tenggara

Kalimantan atau Borneo (toponim: Kalamantan,[1] Calémantan[2][3], Kalémantan[4], Kelamantan, Kilamantan, Klamantan, Klémantan, K'lemantan, Quallamontan[5]) adalah pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau Kalimantan dibagi menjadi wilayah Brunei, Indonesia (dua per tiga) dan Malaysia (sepertiga). Pulau Kalimantan terkenal dengan julukan "Pulau Seribu Sungai" karena banyaknya sungai yang mengalir di pulau ini.

Kalimantan
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat1°00′N 114°00′E / 1.000°N 114.000°E / 1.000; 114.000
KepulauanKepulauan Sunda Besar
Luas743,330 km² km2
Titik tertinggi4,095 m m
Pemerintahan
NegaraBrunei
Kependudukan
Penduduk16 juta jiwa
Kepadatan22 jiwa/km2
Peta

Pada zaman dahulu, Borneo -- yang berasal dari nama kesultanan Brunei -- adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda untuk menyebut pulau ini secara keseluruhan, sedangkan Kalimantan adalah nama yang digunakan oleh penduduk kawasan timur pulau ini yang sekarang termasuk wilayah Indonesia.[6][7] Wilayah utara pulau ini (Sabah, Brunei, Sarawak) untuk Malaysia dan Brunei Darussalam. Sementara untuk Indonesia wilayah Kalimantan Utara, adalah provinsi Kalimantan Utara.

Dalam arti luas "Kalimantan" meliputi seluruh pulau yang juga disebut dengan Borneo, sedangkan dalam arti sempit Kalimantan hanya mengacu pada wilayah Indonesia.

Etimologi

Asal-usul nama Kalimantan tidak begitu jelas. Sebutan kelamantan digunakan di Sarawak untuk menyebut kelompok penduduk yang mengonsumsi sagu di wilayah utara pulau ini[8]. Menurut Crowfurd, kata Kalimantan adalah nama sejenis mangga (Mangifera) sehingga pulau Kalimantan adalah pulau mangga, namun dia menambahkan bahwa kata itu berbau dongeng dan tidak populer.[9]. Mangga lokal yang disebut klemantan ini sampai sekarang banyak terdapat di perdesaan di daerah Ketapang dan sekitarnya, Kalimantan Barat.

Menurut C. Hose dan Mac Dougall, "Kalimantan" berasal dari nama-nama enam golongan suku-suku setempat yakni Iban (Dayak Laut), Kayan, Kenyah, Klemantan (Dayak Darat), Murut, dan Punan. Dalam karangannya, Natural Man, a Record from Borneo (1926), Hose menjelaskan bahwa Klemantan adalah nama baru yang digunakan oleh bangsa Melayu. Namun menurut Slamet Muljana, kata Kalimantan bukan kata Melayu asli tapi kata pinjaman sebagai halnya kata Malaya, melayu yang berasal dari India (malaya yang berarti gunung).

Pendapat yang lain menyebutkan bahwa Kalimantan atau Klemantan berasal dari bahasa Sanskerta, Kalamanthana yaitu pulau yang udaranya sangat panas atau membakar (kal[a]: musim, waktu dan manthan[a]: membakar). Karena vokal a pada kala dan manthana menurut kebiasaan tidak diucapkan, maka Kalamanthana diucap Kalmantan yang kemudian disebut penduduk asli Klemantan atau Quallamontan yang akhirnya diturunkan menjadi Kalimantan.[10] Terdapat tiga kerajaan besar (induk) di pulau ini yaitu Borneo (Brunei/Barune), Succadana (Tanjungpura/Bakulapura), dan Banjarmasinn (Nusa Kencana). Penduduk kawasan timur pulau ini menyebutnya Pulu K'lemantan[11][12][13], orang Italia mengenalnya Calemantan dan orang Ukraina : Калімантан.

Jika ditilik dari bahasa Jawa, nama Kalimantan dapat berarti "Sungai Intan".[14][15][16]

 
Sebuah sungai di Kalsel dan transportasi airnya

Sepanjang sejarahnya, Kalimantan juga dikenal dengan nama-nama yang lain. Kerajaan Singasari, misalnya, menyebutnya "Bakulapura" yaitu jajahannya yang berada di barat daya Kalimantan. Bakula dalam bahasa Sanskerta artinya pohon tanjung (Mimusops elengi) sehingga Bakulapura mendapat nama Melayu menjadi "Tanjungpura" artinya negeri/pulau pohon tanjung yaitu nama kerajaan Tanjungpura yang sering dipakai sebagai nama pulaunya. Sementara Kerajaan Majapahit di dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebutnya "Tanjungnagara" yang juga mencakup pula Filipina seperti Saludung (Manila) dan Kepulauan Sulu.

Hikayat Banjar, sebuah kronik kuno dari Kalimantan Selatan yang bab terakhirnya ditulis pada tahun 1663, tetapi naskah Hikayat Banjar ini sendiri berasal dari naskah dengan teks bahasa Melayu yang lebih kuno pada masa kerajaan Hindu, di dalamnya menyebut Pulau Kalimantan dengan nama Melayu yaitu pulau "Hujung Tanah". Sebutan Hujung Tanah ini muncul berdasarkan bentuk geomorfologi wilayah Kalimantan Selatan pada zaman dahulu kala yang berbentuk sebuah semenanjung yang terbentuk dari deretan Pegunungan Meratus dengan daratan yang berujung di Tanjung Selatan yang menjorok ke Laut Jawa. Keadaan ini identik dengan bentuk bagian ujung dari Semenanjung Malaka yaitu Negeri Johor yang sering disebut "Ujung Tanah" dalam naskah-naskah Kuno Melayu. Semenanjung Hujung Tanah inilah yang bersetentangan dengan wilayah Majapahit di Jawa Timur sehingga kemudian mendapat nama Tanjungnagara artinya pulau yang berbentuk tanjung/semenanjung.

Sebutan "Nusa Kencana" adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno seperti dalam Ramalan Prabu Jayabaya dari masa kerajaan Kadiri (Panjalu), tentang akan dikuasainya Tanah Jawa oleh bangsa Jepang yang datang dari arah Nusa Kencana (Bumi Kencana). Memang terbukti sebelum menyeberang ke Jawa, tentara Jepang terlebih dahulu menguasai ibukota Kalimantan saat itu yaitu Banjarmasin. Nusa Kencana sering pula digambarkan sebagai Tanah Sabrang yaitu sebagai perwujudan Negeri Alengka yang primitif tempat tinggal para raksasa di seberang Tanah Jawa. Di Tanah Sabrang inilah terdapat Tanah Dayak yang disebutkan dalam Serat Maha Parwa.

Sebutan-sebutan yang lain antara lain: "Pulau Banjar"[17][18], Raden Paku (kelak dikenal sebagai Sunan Giri) diriwayatkan pernah menyebarkan Islam ke Pulau Banjar, demikian pula sebutan oleh orang Gowa, Selaparang (Lombok), Sumbawa dan Bima karena kerajaan-kerajaan ini memiliki hubungan bilateral dengan Kesultanan Banjar; "Jawa Besar" sebutan dari Marco Polo penjelajah dari Italia[19] atau dalam bahasa Arab[20]; dan "Jaba Daje" artinya "Jawa di Utara (dari pulau Madura) sebutan suku Madura terhadap pulau Kalimantan baru pada abad ke-20.

Sejarah

Pulau Kalimantan berada di tengah-tengah Asia Tenggara karena itu pulau ini banyak mendapat pengaruh budaya dan politik dari pulau-pulau sekitarnya. Sekitar tahun 400 pulau Kalimantan telah memasuki zaman sejarah dengan ditemukan prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai tetapi perkembangan kemajuan peradaban relatif lebih lambat dibandingkan pulau lain karena kendala geografis dan penduduk yang sedikit.

Pada abad ke-14 Odorico da Pordenone, seorang rahib Katolik telah mengunjungi Kalimantan. Sekitar tahun 1362 Majapahit dibawah pimpinan Patih Gajah Mada melakukan perluasan kekuasaannya ke pulau Kalimantan, yaitu negeri-negeri : Kapuas-Katingan, Sampit, Kota Ungga, Kota Waringin, Sambas, Lawai, Kadandangan, Landa, Samadang, Tirem, Sedu, Barune, Kalka, Saludung (Maynila), Solot, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalong, Tanjung Kutei dan Malano tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura.[21]

Pulau Kalimantan dahulu terbagi menjadi 3 wilayah kerajaan besar: Brunei, Sukadana/Tanjungpura dan Banjarmasin. Tanjung Dato adalah batas wilayah Brunei dengan Sukadana/Tanjungpura, sedangkan Tanjung Sambar batas wilayah Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah Banjarmasin.[22]

Di zaman Hindia-Belanda, Kalimantan dikenal sebagai Borneo. Ini tidak berarti nama Kalimantan tidak dikenal. Dalam surat-surat Pangeran Tamjidillah dari Kerajaan Banjar pada tahun 1857 kepada pihak Residen Belanda di Banjarmasin ia menyebutkan pulau Kalimantan, tidak pulau Borneo. Ini menunjukkan bahwa di kalangan penduduk, nama Kalimantan lebih dikenal dari pada nama Borneo yang dipakai dalam administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Sebelum tahun 1900, Kalimantan terdiri atas beberapa negara swapraja, kemudian negara Tayan dan Meliau dibentuk 1909, Pinoh tahun 1913 dan Semitau 1916.[23] Nama Kalimantan kembali mulai populer pada sekitar tahun 1940-an. pada tahun 1936 ditetapkan Ordonantie pembentukan Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost (Stbld. 1936/68). Borneo Barat menjadi daerah Karesidenan dan sebagai Gouvernementen Sumatra, Borneo en de Groote-Oost yang pusat pemerintahannya adalah Banjarmasin.

Dua tahun kemudian, Gouvernementen van Borneo dibagi dua. Yakni Residente Zuideen en Oosterafdeling van Borneo dengan ibukota Banjarmasin dan Residente Westerafdeling dengan ibukotanya Pontianak. Pada tahun 1938, Hindia Belanda mendirikan tiga provinsi atas eilandgewest yaitu Sumatera beribukota di Medan, Borneo beribukota di Banjarmasin, dan Timur Besar beribukota di Makassar.[24] Tiap-tiap Residente dikepalai seorang Resident dengan Besluit Gouverneur van Borneo tertanggal 10 Mei 1939 No.BB/A-I/3/Bijblad No. 14239 dan No.14239 a) Residensi Kalimantan Barat dibagi menjadi empat afdeling dan 13 onder afdeling.[25]

Pada tanggal 13 Februari 1942 Sakaguchi Detachment menduduki kota Banjarmasin.[26][27] Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, dimana Borneo-Belanda termasuk salah satu provinsi dari Republik Indonesia.[28][29] Tanggal 9 Nopember 1945 Rakyat Kalimantan (Banjarmasin) mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan yang legal dengan bergerilya di pedalaman dan berhasil menggagalkan rencana Belanda untuk mendirikan Negara Borneo.[30][31] Setelah mengambil alih Kalimantan dari tangan Jepang, NICA mendesak kaum Federal Kalimantan untuk segera mendirikan Negara Kalimantan menyusul Negara Indonesia Timur yang telah berdiri.[32] Maka dibentuklah Dewan Kalimantan Barat tanggal 28 Oktober 1946, yang menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat pada tanggal 27 Mei 1947; dengan Kepala Daerah, Sultan Hamid II dari Kesultanan Pontianak dengan pangkat Mayor Jenderal. Wilayahnya terdiri atas 13 kerajaan sebagai swapraja seperti pada zaman Hindia Belanda yaitu Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Tayan, Meliau, Sekadau, Sintang, Selimbau, Simpang, Sukadana dan Matan.

 
Pangeran Muhammad Noor

Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember 1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Sultan Aji Muhammad Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari 1948.

Gubernur Kalimantan dalam pemerintahan Pemerintah RI di Yogyakarta, yaitu Pangeran Muhammad Noor, mengirim Cilik Riwut dan Hasan Basry dalam misi perjuangan mempertahankan kemerdekaan untuk menghadapi kekuatan NICA. Pada tanggal 17 Mei 1949, Letkol Hasan Basry selaku Gubernur Tentara ALRI Wilayah IV Pertahanan Kalimantan memproklamirkan sebuah Proklamasi Kalimantan yang isinya bahwa "Kalimantan" tetap sebagai bagian tak terpisahkan dari Negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Pemerintah Gubernur Militer ini merupakan upaya tandingan terhadap terbentuknya Dewan Banjar yang didirikan Belanda.

Di masa Republik Indonesia Serikat, Kalimantan menjadi beberapa satuan-kenegaraan yaitu: Daerah Istimewa Kalimantan Barat dengan ibukota Pontianak, Federasi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda, Dayak Besar dengan ibukota sementara Banjarmasin, Daerah Banjar dengan ibukota Banjarmasin, Federasi Kalimantan Tenggara dengan ibukota Kotabaru.

Sejak tahun 1938, Borneo-Hindia Belanda (Kalimantan) merupakan satu kesatuan daerah administratif di bawah seorang gubernur, yang berkedudukan di Banjarmasin, dan memiliki wakil di Volksrad.

Pembentukan kembali provinsi Kalimantan tanggal 14 Agustus 1950 sesudah bubarnya RIS, diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Kalimantan Selatan (dahulu bernama provinsi Kalimantan, salah satu provinsi pertama). Hingga tahun 1956 Kalimantan dibagi menjadi 3 provinsi, yaitu Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat. Selanjutnya pada tanggal 23 Mei 1957, secara resmi terbentuklah provinsi Kalimantan Tengah yang sebelumnya bernama Daerah Dayak Besar sebagai bentuk pemisahan diri dari Kalimantan Selatan, berdiri menjadi provinsi ke-17 yang independen.

Kemudian dalam Konfrontasi Indonesia-Malaysia, Kalimantan merupakan lokasi utama dalam peristiwa Konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1962 dan 1966.

Geografi

 
Gunung Kinabalu adalah gunung tertinggi di Kalimantan

Pulau Kalimantan terletak di sebelah utara pulau Jawa, sebelah timur Selat Melaka, sebelah barat pulau Sulawesi dan sebelah selatan Filipina. Luas pulau Kalimantan adalah 743.330 km².

Pulau Kalimantan dikelilingi oleh Laut Cina Selatan di bagian barat dan utara-barat, Laut Sulu di utara-timur, Laut Sulawesi dan Selat Makassar di timur serta Laut Jawa dan Selat Karimata di bagian selatan.

Gunung Kinabalu (4095 m) yang terletak di Sabah, Malaysia ialah lokasi tertinggi di Kalimantan. Selain itu terdapat pula Gunung Palung, Gunung Lumut, dan Gunung Liangpran.

Sungai-sungai terpanjang di Kalimantan adalah Sungai Kapuas (1143 km) di Kalimantan Barat, Indonesia, Sungai Barito (880 km) di Kalimantan Tengah, Indonesia, Sungai Mahakam (980 km) di Kalimantan Timur, Indonesia, Sungai Rajang (562,5 km) di Serawak, Malaysia.

Jalan Nasional RI di Kalimantan sepanjang 6.075,97 km yang secara umum dengan kondisi mantap baru mencapai 77%.[33]

Sumber daya alam

Berkas:Borneo deforestation.gif
Data penggundulan hutan Kalimantan dari 1900 dan prediksi tahun 2020.[34]

Kalimantan memiliki hutan yang lebat. Namun, wilayah hutan itu semakin berkurang akibat maraknya aksi penebangan pohon.

Hutan Kalimantan ialah habitat alami bagi hewan orang utan, gajah borneo, badak borneo, landak, rusa, tapir dan beberapa spesies yang terancam punah.[3] Karena kekayaan alamnya, wilayah Kalimantan Indonesia merupakan salah satu dari enam koridor ekonomi yang dicanangkan pemerintah Republik Indonesia dimana Kalimantan ditetapkan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional di Indonesia.[35]

Dengan jumlah penduduk yang hanya 5,6% persen dari total penduduk nasional RI, Kalimantan-Indonesia memberi kontribusi sebesar 9,3% terhadap PDB nasional RI yang dihasilkan dari kekayaan alamnya. Sementara daerah lain, porsi sumbangannya terhadap PDB nasional hampir sama atau kurang dari porsi prosentase jumlah penduduknya terhadap nasional.

Porsi investasi di Kalimantan terhadap total investasi nasional RI yang hanya 0,6%. Hal ini amat kontras dengan porsi investasi yang tertanam di Jawa yang besarnya mencapai 72,3% dari total investasi secara nasional. Ini jelas mengisyaratkan bahwa Kalimantan adalah daerah yang terancam tidak berkembang secara ekonomi karena sebagian besar pendapatan yang dihasilkan di daerah ini dibawa ke pulau Jawa.[36] Kalimantan kaya dengan barang tambang diantaranya intan.[37]

Administrasi

 
Peta pembagian politik Kalimantan.

Di Pulau Kalimantan terdapat sebagian wilayah Indonesia dan Malaysia. Wilayah Brunei seluruhnya berada di pulau ini.

Berikut 16 kota besar di Kalimantan berdasarkan jumlah populasi tahun 2010 dan perbandingan dengan tahun 2000.[38][39][40][41]

Urutan Kota, Provinsi Status kotapraja (bandar raya) Singkatan[42] Luas Populasi 2000[38][39] Populasi 2010[43][39]
1 Samarinda, Kalimantan Timur 1959 SMR 718 km² 523.119 726.223
2 Kuching, Sarawak 1906 - 431,01 km² 423.763 658.549
3 Banjarmasin, Kalimantan Selatan 1937 BJM 98,46 km² 530.908 625.395
4 Kota Kinabalu, Sabah 1948 KK 351 km² 305.382 604.078
5 Balikpapan, Kalimantan Timur 1959 BPP 503,3 km² 396.909 559.126
6 Pontianak, Kalimantan Barat 1946 PTK 107,82 km² 473.360 550.304
7 Sandakan, Sabah 1948 -- 2.266 km² 275.375 550.304
8 Tawau, Sabah 1961 -- 6.125 km² 213.903 381.736
9 Miri, Sarawak 1933 - 4.707km² 167.535 280.518
10 Tarakan, Kalimantan Utara 1997 TAR 250,80 km² 116.995 239.787
11 Palangka Raya, Kalimantan Tengah 1957 PLK 2.678,51 km² 160.572 220.223
12 Sibu, Sarawak 1957 -- 2.678,51 km² 166.322 210.879
13 Banjarbaru, Kalimantan Selatan 1999 BJB 371,30 km² 123.979 199,359
14 Singkawang, Kalimantan Barat 2001 SKW 504 km² - 186.306
15 Bontang, Kalimantan Timur 1999 BON 497,57 km² - 140.787
16 Bandar Seri Begawan, Brunei 1920[44] BSB 100,36 km² 27.285[45] 33.677

Indonesia

Kalimantan letaknya di tengah-tengah Indonesia sehingga layak dicalonkan sebagai lokasi ibukota Indonesia masa depan.[46][47]

Kalimantan wilayah Indonesia dibagi menjadi lima provinsi berdasarkan urutan pembentukannya:

Malaysia

2 Negara bagian dan wilayah Persekutuan Malaysia yang berada di Kalimantan:

Brunei Darussalam

Seluruh wilayah negara Brunei Darussalam terdapat di Pulau Kalimantan.

Bahasa

Bahasa-bahasa asli di Kalimantan merupakan bahasa Austronesia dari rumpun Malayo-Polynesia.

Budaya

 
Mengulur naga dalam pesta adat Erau, upacara adat suku Kutai.
 
Karakter naga dalam budaya Banjar.
 
Burung enggang gading dalam Lambang negara bagian Sarawak.

Ada 5 budaya dasar masyarakat asli rumpun Austronesia di Kalimantan atau Etnis Orang Kalimantan yaitu Melayu, Dayak, Banjar, Kutai dan Paser.[48] Sedangkan sensus BPS tahun 2010, suku bangsa yang terdapat di Kalimantan Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu suku Banjar, suku Dayak Indonesia (268 suku bangsa) dan suku asal Kalimantan lainnya (non Dayak dan non Banjar).[49] Suku Melayu menempati wilayah pulau Karimata dan pesisir Kalimantan Barat, Sarawak, Brunei hingga pesisir Sabah. Suku Banjar menempati wilayah Kalsel serta sebagian Kalteng dan Kaltim. Suku Kutai dan Paser menempati wilayah Kaltim. Sedangkan suku Dayak menempati daerah pedalaman Kalimantan. Keberadaan orang Tionghoa yang banyak di kota Singkawang dan Pontianak dapat disamakan komunitas Cina Benteng yang bermukim di Kota Tangerang dekat Jakarta. Memang beberapa kota di pulau Kalimantan diduduki secara politis oleh mayoritas suku-suku imigran seperti suku Hakka (Singkawang), suku Jawa (Balikpapan, Samarinda), Bugis (Balikpapan, Samarinda, Pagatan, Nunukan, Tarakan, Tawau) dan sebagainya. Suku-suku imigran tersebut berusaha memasukkan unsur budayanya dengan alasan tertentu, padahal mereka tidak memiliki wilayah adat dan tidak diakui sebagai suku asli Kalimantan, walaupun keberadaannya telah lama datang menyeberang ke pulau ini.[butuh rujukan] Suku Bugis merupakan suku transmigran pertama menetap, ber-inkorporasi dan memiliki hubungan historis dengan kerajaan-kerajaan Melayu (baca: kerajaan Islam) di Kalimantan. Beberapa waktu yang lalu suku Bugis, mengangkat seorang panglima adat untuk pulau Nunukan yang menimbulkan reaksi oleh lembaga adat suku-suku asli. Tari Rindang Kemantis adalah gabungan tarian yang mengambil unsur seni beberapa etnis di Balikpapan seperti Banjar, Dayak, Bugis, Jawa, Padang dan Sunda[50] dianggap kurang mencerminkan budaya lokal sehingga menimbulkan protes lembaga adat suku-suku lokal.[51][52] Di Balikpapan pembentukan Brigade Lagaligo[53] sebuah organisasi kemasyarakatan warga perantuan asal Sulawesi Selatan dianggap provokasi dan ditentang ormas suku lokal.[54][55][56][57][58][59] Kota Sampit pernah dianggap sebagai Sampang ke-2. Walikota Singkawang yang berasal dari suku Tionghoa membangun di pusat kota Singkawang sebuah patung liong yaitu naga khas budaya Tionghoa yang lazim ditaruh atau disembahyangi di kelenteng. Pembangunan patung naga ini merupakan simbolisasi hegemoni politik ECI Etnis Cina Indonesia dengan mengabaikan keberadaan etnis pribumi di Singkawang sehingga menimbulkan protes oleh kelompok Front Pembela Islam, Front Pembela Melayu dan aliansi LSM. Penguatan dominasi politik ECI merupakan upaya revitalisasi negara Lan Fang[60] yang tentu saja akan ditolak oleh suku-suku bukan ECI[61], namun di lain pihak, suku Dayak mendukung keberadaan patung naga tersebut.[62]. Dalam budaya Kalimantan karakter naga biasanya disandingkan dengan karakter enggang gading, yang melambangkan keharmonisan dwitunggal semesta yaitu dunia atas dan dunia bawah. Seorang tokoh suku imigran telah membuat tulisan yang menyinggung etnis Melayu.[63] Walaupun demikian sebagian budaya suku-suku Kalimantan merupakan hasil adaptasi, akulturasi, asimilasi, amalgamasi, dan inkorporasi unsur-unsur budaya dari luar misalnya sarung Samarinda, sarung Pagatan, wayang kulit Banjar, benang bintik (batik Dayak Ngaju), ampik (batik Dayak Kenyah), tari zafin dan sebagainya.

Pada dasarnya budaya Kalimantan terbagi menjadi budaya pedalaman dan budaya pesisir. Atraksi kedua budaya ini setiap tahun ditampilkan dalam Festival Borneo yang ikuti oleh keempat provinsi di Kalimantan diadakan bergiliran masing-masing provinsi.[64][65][66] Kalimantan kaya dengan budaya kuliner, diantaranya masakan sari laut.[67]

Kelompok etnis

Jarak kota-kota

Kota-kota Banjarmasin Samarinda Palangkaraya Pontianak Kuching Kota Kinabalu
Banjarmasin[68] 0 km 615 km 191 km 1.249,65 km 1.691,65 km 2.767,65 km
Banjarbaru[69] 35 km - - - - -
Batulicin - - - - - -
Balikpapan 500 km 115 km - - - -
Samarinda[70][71] 615 km (196 mil)[72] 0 km - - - -
Tenggarong - - - - - -
Bontang 760 km 110 km - - - -
Tanjung Selor - - - - - -
Tarakan 1.190 km 575 - - - -
Nunukan 1.423 km 808 km - - - -
Kuala Kapuas 46 km - 142 km - - -
Palangka Raya[73] 191 km - 0 km - - -
Sampit[74] 418 km - 227 km - - -
Pontianak 1.249,65 km - - 0 km - -
Singkawang - - - 147 Km[75] - -
Entikong 1.599,65 km - - 350 km - -
Nangabadau - - - - - -
Kuching 1.691,65 km - - 442 Km[76] 0 km -
Serian 1.627,65 km - - - 64 km[77]
Sibu 1.977,65 km - - - - -
Bintulu 2.167,65 km - - - - -
Miri 2.357,65 km - - - - -
Bandar Seri Begawan - - - - - -
Kota Kinabalu 2.767,65 km - - - - 0 km
Sandakan 3.057,65 km - - - - 290 Km
Tawau 3.307,65 km - - - - -

Referensi

  1. ^ (Inggris) Keppel, Sir Henry (1846). The expedition to Borneo of H.M.S. Dido for the suppression of piracy: with extracts from the journal of James Brooke, esq. of Sarāwak. 2 (edisi ke-2). Chapman and Hall. 
  2. ^ (Prancis) Meissas, Achille (1847). Dictionnaire de géographie ancienne et moderne. Hachette. hlm. 172. 
  3. ^ a b (Italia) Falconetti, A. Francisco (1838). Oceania; o, Quinta parte del mondo: Revista geografica ed etnografica della Malesia, della Micronesia, della Polinesia e della Melanesia, sui resultati dei viaggi e delle scoperte dell'autore e de' suoi predecessori e colle nuove classificazioni e divisioni di quelle contrade. 1–2. G. Antonelli. hlm. 243. 
  4. ^ (Prancis) de Rienzi, Grégoire Louis Domeny (1836). L'Univers: histoire et description de tous les peuples ... F. Didot fréres. hlm. 236. 
  5. ^ (Inggris) Hamilton, Walter (M. R. A. S.) (1828). The East Indian gazetteer: containing particular descriptions of the empires, kingdoms, principalities, provinces, cities, towns, districts, fortresses, harbours, rivers, lakes, &c. of Hindostan, and the adjacent countries, India beyond the Ganges, and the Eastern archipelago; together ... 1 (edisi ke-2). Printed for Parbury, Allen and Co. hlm. 280. 
  6. ^ (Inggris) Koninklijk bataviaasch genooutschap van kunstent en wetenschappen (1814). "Verhandelingen. Deel 1,2, 3e druk; 3,4, 2e druk; 5-": 21. 
  7. ^ (Prancis) von Siebold, Philipp Franz (1847). Le moniteur des Indes orientales et occidentales: recueil de mémoires et de notices scientifiques et industriels... concernant les possessions néerlandaises d'Asie et d'Amérique. Belinfante frères. hlm. 164. 
  8. ^ (Inggris) Charton, Barbara (2008). The Facts on File dictionary of marine science (edisi ke-2). Infobase Publishing. hlm. 203. ISBN 0816063834. ISBN 978-0-8160-6383-3
  9. ^ Descriptive Dictionary of the Indian Island (1856)
  10. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2006). Sriwijaya. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 88. ISBN 9798451627. ISBN 978-979-8451-62-1
  11. ^ (Inggris) Raffles, Lady Sophia (1835). Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles. 2. J. Duncan. hlm. 396. 
  12. ^ (Inggris) Royal Institution of Great Britain (1817). "The Quarterly journal of science and the arts". 2. John Murray: 331. 
  13. ^ (Jerman) Christoph Friedrich von Ammon, Leonhard Bertholdt (1817). "Kritisches Journal der neuesten theologischen Literatur". 6. J. E. Seidel: 444. 
  14. ^ Kalimantan Rivers
  15. ^ Kalimantan - Indonesia
  16. ^ (Inggris)MacKinnon, Kathy (1996). The ecology of Kalimantan. Oxford University Press. ISBN 9780945971733.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)ISBn 0-945971-73-7
  17. ^ (Indonesia) Chambert-Loir, Henri (2004). Kerajaan Bima dalam sastra dan sejarah. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 121. ISBN 9799100119.  ISBN 978-979-9100-11-5
  18. ^ (Indonesia) Zaini-Lajoubert, Monique (2008). Karya lengkap Abdullah bin Muhammad al-Misri: Bayan al-Asmaʾ, Hikayat Mareskalek, ʿArsy al-Muluk, Cerita Siam, Hikayat tanah Bali. Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 144. ISBN 9798116135.  ISBN 978-979-8116-13-1
  19. ^ (Inggris) Pinkerton, John (1806). Modern geography: A description of the empires, kingdoms, states, and colonies; with the oceans, seas, and isles in all parts of the world... (edisi ke-2). T. Cadell. hlm. 478. 
  20. ^ (Inggris)East India Company, East India Company (1821). The Asiatic journal and monthly miscellany. 12. Wm. H. Allen & Co. hlm. 118. 
  21. ^ (Indonesia) Muhammad al- Fayyadl, Slamet Muljana, Slametmuljana,Slamet Muljana; Menuju puncak kemegahan: sejarah kerajaan Majapahit, PT LKiS Pelangi Aksara, 2005, ISBN 979-8451-35-X, 9789798451355
  22. ^ (Inggris) Smedley, Edward (1845). Encyclopædia metropolitana; or, Universal dictionary of knowledge. hlm. 713. 
  23. ^ Native states (zelfbesturen) in Dutch Borneo, 1900
  24. ^ (Indonesia) -Poesponegoro, Marwati Djoened (1992). Sejarah nasional Indonesia: Jaman Kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda. PT Balai Pustaka. ISBN 979407411X.  ISBN 978-979-407-411-4
  25. ^ Borneo in 1942
  26. ^ (Inggris) Rottman, Gordon L. (2002). World War 2 Pacific island guide. Greenwood Publishing Group. ISBN 0-313-31395-4. ISBN 978-0-313-31395-0
  27. ^ Japanese administrative divisions in the Indonesian archipelago
  28. ^ Peta 17 August 1945: the declaration of independence
  29. ^ Republic of Indonesia provinces, 1945-1950
  30. ^ http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196001211985032-ENOK_MARYANI/Kalimantan.pdf
  31. ^ Sejarah Pemerintahan
  32. ^ http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196001211985032-ENOK_MARYANI/Kalimantan.pdf
  33. ^ 4 Gubernur Se Kalimantan Temui Menteri PU
  34. ^ Maps courtesy of www.theodora.com/maps used with permission
  35. ^ Ini Aktivitas Utama 6 Koridor Ekonomi
  36. ^ Pemindahan Ibu Kota ke Kalimantan: Lorong Keluar dari Berbagai Paradoks Pembangunan, Menuju Indonesia yang Tertata
  37. ^ DIAMOND IN BORNEO
  38. ^ a b "Indonesia: Provinces, Cities & Municipalities". City Population. Diakses tanggal 2010-04-28. 
  39. ^ a b c "Malaysia: largest cities and towns and statistics of their population". City Population. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-09. Diakses tanggal 2011-08-10. 
  40. ^ Population Distribution By Local Authority Areas And Mukims dari Jabatan Perangkaan Malaysia, Mei 2002
  41. ^ [1]
  42. ^ SNI 7657:2010 Singkatan nama kota
  43. ^ Hasil Sensus Penduduk BPS 2010
  44. ^ BANDAR SERI BEGAWAN
  45. ^ World Gazetteer - Brunei
  46. ^ Konsep Ibu kota pindah ke Kalimantan dipaparkan
  47. ^ http://www.visi2033.or.id/pemindahan.pdf
  48. ^ (Indonesia) Haris, Syamsuddin (2004). Desentralisasi dan otonomi daerah: Naskah akademik dan RUU usulan LIPI. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 188. ISBN 979-98014-1-9. ISBN 978-979-98014-1-8
  49. ^ http://www.statistics.gov.my/portal/download_Population/files/census2010/Taburan_Penduduk_dan_Ciri-ciri_Asas_Demografi.pdf
  50. ^ Orang Asing Minati Tarian Balikpapan
  51. ^ Balikpapan Punya Kesenian Lokal
  52. ^ Tarian Rindang Kumantis Diprotes
  53. ^ LAGALIGO di facebook.com
  54. ^ Deklarasi Lagaligo di Balikpapan
  55. ^ 2 Pekan Demonstrasi Pengaruhi Kerja DPRD Balikpapan
  56. ^ kota-lagaligo-dilarang-lakukan-kegiatan Walikota: Lagaligo Dilarang Lakukan Kegiatan
  57. ^ Gubernur Kaltim Larang Brigade Lagaligo Beraktivitas
  58. ^ Brimob Gagalkan Sweeping Warga Pendatang di Balikpapan
  59. ^ Ormas La Galigo Dibekukan
  60. ^ Etnis Cina Indonesia dalam Politik: Politik Etnis Cina Pontianak dan Singkawang di Era Reformasi 1998
  61. ^ FPI Akan Bongkar Patung Naga di Kota Singkawang
  62. ^ Dukung Keberadaan Tugu Naga, Massa Datangi DPRD Singkawang
  63. ^ Singkawang Siaga I, FPI-Polisi Bentrok di Tugu Nag
  64. ^ Ribuan Massa Saksikan Pembukaan Festival Borneo Jumat, 20 Mei 2011 | 15:40
  65. ^ Festival Borneo Palangka Raya 2011
  66. ^ Pagelaran Tari Festival Borneo di Pontianak tahun 2009
  67. ^ (Indonesia) Sanaji, Miftah. Seafood: Citarasa Kalimantan. PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9792261990. ISBN 978-979-22-6199-8
  68. ^ Peta Ruas Jalan Kalsel
  69. ^ Profil Daerah Kalimantan Selatan - Struktur, Luas, dan Jarak ke Ibukota Provinsi
  70. ^ Profil Daerah Kalimantan Timur - Struktur, Luas, dan Jarak ke Ibukota Provinsi
  71. ^ Peta Ruas Jalan Kaltim
  72. ^ JARAK SAMARINDA DENGAN KOTA-KOTA LAINNYA
  73. ^ Profil Daerah Kalimantan Tengah - Struktur, Luas, dan Jarak ke Ibukota Provinsi
  74. ^ ACROSS KALIMANTAN TO SAMPIT
  75. ^ [http://singkawangkota.go.id/spektakuler2012/index.php/profil-kota.html
  76. ^ DAMRI PONTIANAK - KUCHING PERLU LEBIH MENDENGAR
  77. ^ Serian Healthy City

Pranala luar

3°18′52″S 114°35′33″E / 3.31438333333°S 114.592513889°E / -3.31438333333; 114.592513889