PT Lion Mentari Airlines beroperasi sebagai Lion Air adalah maskapai penerbangan bertarif rendah dan juga maskapai swasta terbesar di Indonesia. Maskapai ini berkantor pusat di Jakarta, Indonesia, Lion Air terbang ke kota-kota di Indonesia, Singapura, Vietnam, Malaysia dan Arab Saudi dan juga rute carter menuju China dan Hongkong . Basis utama dari maskapai penerbangan ini adalah Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta.[2] Maskapai ini mengoperasikan penerbangan penumpang berjadwal dengan jaringan yang luas dari Jakarta ke 79 tujuan.

Lion Air
Berkas:Lion air.jpeg
IATA ICAO Kode panggil
JT LNI LION INTER
Didirikan19 Oktober 1999[1]
Kota fokus
Program penumpang setiaLion Pasport Club
Lounge bandaraLion King Lounge
Anak perusahaanWings Air
Lion Bizjet
Batik Air
Malindo Air
Thai Lion Air
Armada107
Tujuan79
SloganWe make people fly
Kantor pusatJakarta, Indonesia
Tokoh utamaRusdi Kirana (presiden direktur)
Situs webwww.lionair.co.id

Lion Air telah menambah armadanya dengan sangat pesat untuk memenuhi kebutuhan Pesawat Jet jarak menengah di Negara dengan penduduk keempat terbesar di Dunia. Pada bulan Maret 2013 Lion Air dan Airbus menandatangani kontrak sejumlah $24-Miliar yang tercatat sebagai pemesanan pesawat komersial terbesar dalam sejarah untuk pembelian 234 unit A320. Pemesanan kedua terbesar juga dibuat oleh Lion Air pada tahun 2011 dengan nilai $22.4-Miliar untuk 203 Pesawat Boeing 737.

Bersamaan dengan sebagian besar maskapai penerbangan Indonesia lainnya, Lion Air (termasuk anak perusahan Lion Air, Wings Air dan Batik Air) berada dalam daftar maskapai penerbangan yang dilarang di Uni Eropa karena alasan keamanan pada Juli 2013.

Sejarah

 
MD-82 milik Lion Air di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin.

Maskapai penerbangan ini didirikan pada Oktober 1999 dan mulai beroperasi pada tanggal 30 Juni 2000, dimana maskapai penerbangan ini menerbangkan penerbangan penumpang berjadwal antara Jakarta dan Pontianak dengan menggunakan sebuah Boeing 737-200 yang disewa. Maskapai penerbangan ini dimiliki oleh Rusdi Kirana dan keluarganya.[2] Maskapai penerbangan ini juga berencana akan bergabung dengan IATA dan karena itu berharap untuk menjadi operator kedua IATA dari Indonesia setelah Garuda Indonesia. Lion Air gagal, pada awal 2011, penilaian awal IATA untuk syarat keanggotaan karena kekhawatiran akan masalah keamanan. Lion Air dan Boeing sedang merintis penggunaan prosedur Kinerja Navigasi Disyaratkan (RNP) di Indonesia, setelah berhasil melakukan validasi penerbangan di dua bandar udara di daerah yang menantang, Ambon dan Manado.[3]

Mulai Februari 2010, Lion Air menambah jumlah penerbangan ke Jeddah menjadi lima kali seminggu. Rute ini dilayani oleh dua Boeing 747-400 dengan 496 kursi.[4]

Aviation Week melaporkan bahwa Lion Air berencana akan mendirikan perusahaan patungan dengan maskapai penerbangan regional Malaysia, Berjaya Air, untuk mendirikan anak perusahaan di Malaysia. Namun, patungan ini dibatalkan setelah jelas AirAsia dan MAS melakukan kerja sama daripada bersaing.

Sejak 19 Juli 2011, Lion Air menghentikan penggunaan 13 pesawatnya karena adanya sanksi karena kinerja ketepatan waktunya yang sangat buruk sampai Lion Air dapat memenuhi sekurang-kurangnya 80 persen dari OTP. Kementerian Perhubungan mencatat OTP Lion Air hanya 66.45 persen dan merupakan yang terburuk dari 6 maskapai penerbangan utama dari Januari hingga April 2011 di 24 bandar udara di seluruh Indonesia.[5][6] Di sisi lain, maskapai penerbangan yang menggunakan bandar udaraa Jakarta menghadapi penundaan yang cukup besar untuk jadwal mereka karena kemacetan di landasan pacu.[7]

Pada 18 November 2011, maskapai penerbangan ini bersama dengan Boeing mengumumkan pemesanan 201 pesawat Boeing 737 MAX dan 29 pesawat Boeing 737-900ER dan ini tercatat sebagai pemesanan tunggal terbanyak oleh satu maskapai penerbangan komersial sebanyak 230 dengan nilai $21.7 miliar.

Pada bulan Januari 2012, Departemen Perhubungan mengatakan bahwa Lion Air akan dikenakan sanksi karena beberapa pilot dan awak pesawat ditemukan dalam beberapa bulan terakhir karena kepemilikan kristal methamphetamine. Pada akhir 2011 Muhammad Nasri dan dua petugas pertama lainnya ditangkap di sebuah pesta di Tangerang, dan di awal tahun 2012 pilot tertangkap dalam kepemilikan sabu di Makassar.[8] Pada 4 Februari 2012, pilot Lion Air lainnya ditangkap setelah dilakukannya tes urin atas penggunaan methamphetamine; ia dijadwalkan akan terbang dengan rute Surabaya-Makassar-Balikpapan-Surabaya flight satu jam kemudian.[9] Lisensi pilot dan kru pesawat itu langsung dicabut.

Lion Air merencanakan akan mendirikan maskapai penerbangan jarak jauh dengan nama Batik Air, yang akan mulai beroperasi pada tahun 2013 dengan menggunakan 737-900ER. Lion Air juga menandatangani komitmen dengan Boeing untuk memesan lima buah pesawat 787 Dreamliner untuk maskapai penerbangan ini, dan ini membuat Lion Air menjadi maskapai penerbangan Indonesia pertama yang memesan tipe ini sejak Garuda Indonesia membatalkan pemesannya untuk 10 Dreamliner pada tahun 2010, dan diperkirakan akan dikirim pada tahun 2015.[10] Maskapai ini juga telah mempertimbangkan memesan pesawat berbadan lebar Airbus A330, tetapi memilih untuk membeli 787.[11]

Pada 11 September 2012, Lion Air dan National Aerospace & Defence Industries Sdn Bhd (Nadi) menandatangani perjanjian JV untuk mendirikan maskapai penerbangan baru di Malaysia, dengan nama Malindo Airways pada Mei 2013. Kedua mitra juga sepakat untuk membentuk JV lain untuk memberikan layanan perawatan pesawat untuk semua pesawat di Grup Lion Air, termasuk maskapai penerbangan patungan di antara mereka.[12]

Pada 18 Maret 2013, Lion Air menandatangani kontrak pembelian 234 pesawat Airbus senilai US$ 24 miliar atau sekitar Rp 233 triliun di Perancis dan disaksikan langsung oleh Presiden Prancis Francois Hollande. Pesawat yang dipesan adalah jenis A320 dan A321 [13].

Tujuan

Lion Air melayani 60 tujuan, 55 domestik dan 4 internasional (per Desember 2012).

Armada

Berkas:2048070.jpg
Pesawat Boeing 747-400 Lion Air yang dipergunakan untuk Umroh.

Pesawat Lion Air:[14][15]

Pesawat Dalam pelayanan Pesanan Penumpang Catatan
P B E Total
Airbus A320-200 63 TBA Pesanan Pertama dipakai untu subsidari [Batik Air]
Airbus A320neo 109 TBA
Airbus A321neo 65 TBA
Airbus A330-300 3 Akan didatangkan pada akhir 2015 untuk penerbangan Umrah dan Haji
Boeing 737-300 2 149 149
Boeing 737-400 2 168 168 Dikeluarkan dari armada pada 2017
Boeing 737-800 30 12 189 189 Pesanan dikonversi dari B737-900ER, satu kecelakaan di Bali
Boeing 737-900ER 71 87 213 213 Pengguna perdana; pesawat juga dipakai untuk subsidari Lion Group lainnya
Boeing 737 MAX 9 201 TBA Pengguna perdana
Boeing 747-400 2 22 484 496
Total 107 537

Mantan armada

Pesawat Total
Boeing 737-800NG 1
Airbus A310[16] 2
Boeing 737-200[17] 2
McDonnell Douglas MD-90-30 5
Yakovlev Yak-42[18] 1

Galeri

Insiden yang menimpa Lion Air

  • 14 Januari 2002, Lion Air Penerbangan 386 PK-LID, Boeing 737-200 rute Jakarta-Pekanbaru-Batam gagal mengudara (take off) dan terjerembab setelah lebih dari lima meter badan pesawat meninggalkan landasan pacu di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Tujuh orang penumpangnya luka-luka dan patah tulang.
  • 31 Oktober 2003, Lion Air Penerbangan 787, MD-82 rute Ambon-Makassar-Denpasar, keluar jalur saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar.
  • 3 Juli 2004, Lion Air Penerbangan 332, MD-82 rute Jakarta-Palembang mendarat tidak sempurna di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
  • 30 November 2004, Lion Air Penerbangan 538 PK-LMN, MD-82 rute Jakarta-Solo-Surabaya tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Adisumarmo, Solo. 26 orang penumpangnya tewas.
  • 10 Januari 2005, Lion Air Penerbangan 789, MD-82 gagal take off di Bandara Wolter Monginsidi, Kendari akibat salah satu bannya kempes.
  • 3 Februari 2005, Lion Air Penerbangan 791, MD-82 rute Ambon-Makassar tergelincir saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar.
  • 12 Februari 2005, Lion Air Penerbangan 1641, MD-82 rute Mataram-Surabaya ketika akan take off di Bandara Selaparang, Mataram. Roda bagian depan tergelincir keluar landasan, sekitar setengah meter di sebelah utara dari pinggir landasan pacu.
  • 6 Mei 2005, Lion Air Penerbangan 778, MD-82 rute Jakarta-Makassar pecah ban saat mendarat di Bandara Hasanuddin, Makassar. Akibatnya, pilot terpaksa menghentikan pesawat di landasan pacu sebelum mencapai lapangan parkir.
  • 24 Desember 2005, Lion Air Penerbangan 792, MD-82 rute Jakarta-Makassar-Gorontalo tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Hasanuddin, Makassar.
  • 18 Januari 2006, Lion Air Penerbangan 778, MD-82 rute Ambon-Makassar-Surabaya tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Hasanuddin, Makassar.
  • 4 Maret 2006, Lion Air penerbangan 8987, MD-82 rute Denpasar-Surabaya tergelincir saat mendarat di Bandara Juanda, Surabaya karena cuaca buruk.
  • 7 April 2006, Lion Air Penerbangan 391, MD-82 rute Pekanbaru-Jakarta batal lepas landas karena gangguan pada roda kiri di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru. Pesawat itu tak jadi lepas landas karena roda kirinya tiba-tiba tak bergerak walaupun sudah bergerak dari apron menuju ujung landasan dan siap terbang.
  • 24 Desember 2006, Lion Air Penerbangan 792,PK-LIJ Boeing 737-400 rute Jakarta-Makassar-Gorontalo tergelincir saat melakukan pendaratan di Bandara Hasanuddin, Makassar.
  • 19 Maret 2007, Lion Air Penerbangan 311, MD-82 rute Banjarmasin-Surabaya batal lepas landas walaupun sempat meluncur di landasan pacu Bandar Udara Sjamsudin Noor, Banjarmasin.
  • 23 Februari 2009, Lion Air Penerbangan 972 PK-LIO, MD-90 rute Medan-Batam-Surabaya mendarat darurat di Bandara Hang Nadim Batam akibat macetnya roda depan. Semua penumpang selamat. [1]
  • 9 Mei 2009, MD-90 Lion Air PK-LIL tergelincir di Bandara Soekarno-Hatta
  • 3 November 2010, Lion Air Penerbangan 712 ,PK-LIQ Boeing 737-400 rute Jakarta-Pontianak-Jakarta tergelincir di Bandara Supadio Pontianak.
  • 14 Februari 2011, Lion Air Penerbangan 598, Boeing 737-900ER rute Jakarta-Pekanbaru tergelincir saat mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekan Baru. Semua Penumpang selamat namun hal itu di tanggapi oleh Dirjen Perhubungan Darat dengan menyatakan bahwa semua pesawat jenis Boeing 737-900ER Dilarang Mendarat di Kota Pekanbaru apabila landasan basah. Lion Air memutuskan menggunakan pesawat Boeing 737-400 untuk melayani rute tersebut (Hal ini kemungkinan akan menunda niat Lion Air untuk memensiunkan Boeing 737-400)
  • 15 Februari 2011, Lion Air tujuan Medan-Pekanbaru-Jakarta dengan nomor penerbangan JT 0295 berjenis Boeing 737-900 ER tergelincir di Pekanbaru pada pukul 17.00 WIB. Seluruh roda pesawat keluar dari lintasan bandara. Seluruh penumpang tidak mengalami luka-luka.
  • 17 Februari 2011 sebuah Lion Air Boeing 737-900 ER (pesawat yang sama yang tergelincir di Pekanbaru 2 hari sebelumnya) sedang didorong oleh traktor di bandara Jakarta dan tanpa sengaja mengarah ke pesawat Lion lainnya. Pesawat mengalami kerusakan pada stabilizer bagian belakang. Tidak ada laporan korban luka.[19]
  • 23 Oktober 2011, Lion Air JT 673 tergelincir di Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Balikpapan, Kalimantan Timur sekitar pukul 07.24 Wita [20].
  • 13 April 2013, Kecelakaan Lion Air Bali dengan rute Bandung menuju Denpasar terperosok ke laut di Bandara Ngurah Rai, Denpasar tanpa sempat menyentuh landasan pacu.[21][22].
  • 19 April 2013, Lion Air tujuan Denpasar - Jakarta batal terbang karena mengalami masalah dengan mesin.[23]
  • 21 April 2013, Lion Air dengan nomor penerbangan 0689 dari Bandar Udara Supadio, Pontianak tujuan Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta, setelah 20 menit terbang secara tiba-tiba masker oksigen keluar di kabin pesawat.[24]
  • 18 Maret 2015, Lion Air Penerbangan 125 membawa 456 penumpang jatuh di Sungai Musi Kotabumi Kota, Kotabumi yang dari Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz akan tujuan ke Bandar Udara Internasional Ahmad Yani karena Avturnya habis akibatnya 321 penumpang pingsan, 135 penumbang tewas sekira pukul 14:21 WIB (3:21 UTC) depan Masjid Al-Aziz yang pingsan dibawa ke RSI Kotabumi, dan yang tewas dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Bandar Lampung

Lihat pula

Referensi

  1. ^ 2013 Laureate Award Nominees, Aviation Week & Space Technology, 21 Januari 2013, hal. 47
  2. ^ a b "Directory: World Airlines". Flight International. 2007-04-03. hlm. 106. 
  3. ^ Boeing, Lion Air pioneer precision satellite navigation technology
  4. ^ Lion Air adds extra flights to Jeddah
  5. ^ Lion Air Should Grounded 13 Planes
  6. ^ "Lion, Batavia pledge to improve performance". The Jakarta Post. Diakses tanggal 2012-02-17. 
  7. ^ Some solutions decongest Jakarta Soekarno-Hatta airport
  8. ^ "Lion air sanctioned over pilots with crystal meth". 11 Januari 2012. 
  9. ^ "Lagi, Pilot Lion Air Nyabu Ditangkap BNN". 4 February 2012. 
  10. ^ Govindasamy, Siva (9 June 2012). "IATA: Lion's Batik Air to up the competition in Southeast Asia". Flightglobal. Diakses tanggal 10 June 2012. 
  11. ^ Walker, Karen (8 June 2012). "Lion Air signs Dreamliner commitment for premium carrier". Air Transport World. Diakses tanggal 10 June 2012. 
  12. ^ Lion Air Takes Fight to AirAsia's Malaysia Home
  13. ^ Artikel:"Kisah Penjual Mesin Tik asal RI yang Kini Membeli Ratusan Pesawat Airbus dan Boeing" di detik.com
  14. ^ Aerotransport.org
  15. ^ Planespotters.net
  16. ^ "Photos: Airbus A310-322 Aircraft Pictures". Airliners.net. 2002-08-09. Diakses tanggal 2013-04-07. 
  17. ^ "Photos: Boeing 737-2P5/Adv Aircraft Pictures". Airliners.net. 2011-11-14. Diakses tanggal 2013-04-07. 
  18. ^ Airliners.net
  19. ^ "Lion Air Pileup Marks 3rd Runway Mishap This Week", Jakarta Globe, Jakarta, 18 February 2011.
  20. ^ Artikel:"Pesawat Bablas 15 M dari Runway Bandara Sepinggan, Ban Terperosok", di detik.com
  21. ^ Artikel:"Kecelakaan Pesawat, Lion Air Buka Posko di Bali dan Jakarta" di Kompas.com
  22. ^ Artikel:"Bangkai Lion Air Masih Mengambang di Laut" di detik.com
  23. ^ Lion Air 737-900 Gagal Terbang Penumpang Berlarian
  24. ^ Masker Oksigen Keluar Semua

Pranala luar

Templat:Grup Lion Air