Operasi Trikora

artikel daftar Wikimedia

Usaha Pembebasan Irian Barat merupakan konflik dua tahun yang dilancarkan Indonesia untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Indonesia pada saat itu didukung oleh anggota-anggota Konferensi Asia Afrika.

Usaha Pembebasan Irian Barat
Berkas:Handbook-map.jpg
Peta Irian Barat pada masa kekuasaan Belanda 1960-an
Tanggal19 Desember 1961 - 15 Agustus 1962
LokasiIrian Barat
Hasil Irian Barat diserahkan kepada Indonesia.
Pihak terlibat
 Indonesia  Belanda
Tokoh dan pemimpin
Soekarno
Soeharto
Kekuatan
Tidak diketahui Tidak diketahui
Korban
Tidak diketahui Tidak diketahui

Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Indonesia, Soekarno mengumumkan pelaksanaan "Trikora" di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayjen Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk merebut kembali Irian Barat.

Latar Belakang

Usaha Belanda Menguasai Irian Barat

Setelah Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda berjanji kepada Indonesia bahwa Irian Barat akan diserahkan setahun setelah Konferensi Meja Bundar. Pada tahun 1950, Indonesia mempertanyakan status Irian Barat kepada Belanda dan mengajak Belanda untuk merundingkan tentang status Irian Barat namun Belanda malah memasukkan Irian Barat ke dalam wilayahnya dan berusaha menjauhkan Irian Barat dari administrasi Indonesia. Oleh sebab itu, Indonesia langsung membatalkan isi Konferensi Meja Bundar dan membubarkan Uni Indonesia-Belanda. Sebagai kelanjutan, Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Halmahera, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah.[1]

Indonesia juga mencoba untuk memasukkan permasalahan Irian Barat ke dalam Sidang Umum PBB tetapi Belanda tetap bersikukuh mempertahankan Irian Barat. Sementara itu, dukungan internasional kepada Indonesia semakin kuat. Bahkan pada saat Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955, Indonesia mendapat dukungan dari negara-negara peserta. Indonesia juga mengelar rapat umum yang membahas masalah status Irian Barat, yang akhirnya menyebabkan meningkatnya sikap anti-Belanda di Indonesia.[2]

Pembentukan Dewan Papua

Konflik antara Indonesia-Belanda menyebabkan negara-negara lain mendesak PBB untuk membahas masalah ini. Namun, setelah sebuah permintaan dari Ellsworth Bunker (diplomat Amerika Serikat untuk menyerahkan Irian Barat, Belanda justru malah menyatakan akan melepaskan Irian Barat melalui perwalian PBB untuk membentuk negara Papua. Belanda mendirikan Dewan Papua yang bertugas mempersiapkan pembentukan Negara Papua.[3] Inilah yang melatarbelakangi tindakan Presiden Soekarno mengeluarkan Trikora.

Usaha Pembebasan Irian Barat

Persiapan Perang

 
Silas Papare, salah satu tokoh yang berusaha membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda.

Hubungan Indonesia dan Belanda semakin memanas karena Belanda tetap tidak mau menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Indonesia pun mulai memilih jalur konfrontasi daripada jalur diplomasi yang dianggap tidak menghasilkan apa pun. Oleh sebab itu, Indonesia mulai mencari dukungan diplomatik dan persiapan militer.

Persiapan Militer

Indonesia mulai mencari bantuan senjata dari luar negeri menjelang terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda. Indonesia mencoba meminta bantuan dari Amerika Serikat, namun gagal. Akhirnya, pada bulan Desember 1960, Jendral A.H. Nasution pergi ke Moskwa, Uni Soviet, dan akhirnya berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar Amerika Serikat dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Akibat dari hal ini, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan. [4]

Indonesia membeli berbagai macam peralatan militer, antara lain 41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan berat), 30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17, 10 pesawat buru sergap MiG-19 dan 20 pesawat pemburu supersonik MiG-21. Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TL-16 yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali (rudal) air to surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis AN12B Antonov buatan Uni Soviet dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130 Hercules buatan Amerika Serikat.[5]

Persiapan Diplomatik

Indonesia mendekati negara-negara seperti India, Pakistan, Australia, Selandia Baru, Thailand, Inggris, Jerman, dan Perancis agar negara tersebut tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda.[6]

Reaksi Dunia atas Status Irian Barat

Melihat keadaan ini, negara lain di dunia mendesak PBB agar permasalahan status Irian Barat diperdebatkan kembali, dan akhirnya, dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U Thant meminta Ellsworth Bunker (diplomat dari Amerika Serikat) untuk mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Irian Barat. Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu dua tahun.

Indonesia menerima saran tersebut dengan catatan agar waktu pengembalian diperpendek. Namun, Belanda justru malah menyatakan akan melepaskan Irian Barat melalui perwalian PBB untuk membentuk negara Papua dan didirikannya Dewan Papua yang bertugas mempersiapkan pembentukan Negara Papua, hal inilah yang membuat Soekarno mengeluarkan trikora.

Pembebasan Irian Barat

 
Presiden Soekarno, Presiden Indonesia yang mencetuskan trikora untuk membebaskan Irian Barat

Dengan Belanda mendirikan Dewan Papua yang bertugas mempersiapkan pembentukan Negara Papua, akhirnya Presiden Indonesia, Soekarno, pada tanggal 19 Desember 1961 di alun-alun utara Yogyakarta mengeluarkan Trikora, dimana trikora itu berisi:

1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat


3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa. [7][8]

Soekarno juga membentuk Komando Mandala, dimana Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Mandala, dan tugas komando mandala adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk merebut kembali Irian Barat.

Dengan terjadinya Indonesia membeli senjata dari Uni Soviet, keluarnya Trikora, dan pembentukan Komando Mandala, Belanda mengirimkan kapal induk Karel Doerman ke Irian Barat.

Reaksi Belanda atas Aksi Indonesia

Dengan adanya ketegasan dari Indonesia untuk merebut kembali Irian Barat, Belanda memperkuat militernya di Irian Barat.

Angkatan Laut Belanda (Koninklijke Marine) menjadi tulang punggung pertahanan di perairan Irian Barat, dan sampai tahun 1950, unsur-unsur pertahanan Irian Barat terdiri dari:

  • Konnklijke Marine
  • Corps Mariiens (CM)
  • Militaire Luchtvaart Dienst (MLD).[9]

Keadaan ini berubah sejak tahun 1958, dimana kekuatan militer Belanda terus bertambah dengan kesatuan dari Konnklijke Loudmacht (KL), Angkatan Darat Belanda dan Militaire Luchtvaart (Angkatan Udara Belanda), selain itu, batalyon infantri 6 Angkatan Darat merupakan bagian dari brigadir infantri yang berasal dari Resimen Infantri “Oranje Gelderland” yang terdiri dari 3 Batalyon yang ditempatkan di Sorong, Fakfak dan Merauke.[10]

Operasi-operasi Indonesia

Sebuah operasi rahasia dijalankan untuk menyusupkan sukarelawan ke Irian Barat. Walaupun Trikora telah dikeluarkan, namun misi itu dilaksanakan sendiri-sendiri dalam misi tertentu dan bukan dalam operasi bangunan.

Hampir semua kekuatan yang dilibatkan dalam Operasi Trikora sama sekali belum siap, bahkan semua kekuatan udara masih tetap di Pulau Jawa. Walaupun begitu, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat lebih dulu melakukan penyusupan sukarelawan, dengan meminta bantuan TNI Angkatan Laut untuk mengangkut pasukannya menuju pantai Irian Barat, dan juga meminta bantuan TNI Angkatan Udara Republik Indonesia untuk mengirim 2 pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan menuju target yang ditentukan oleh TNI Angkatan Laut.

Misi itu sangat rahasia, sehingga hanya ada beberapa petinggi di markas besar TNI Angkatan Udara yang mengetahui tentang misi ini. Walaupun misi ini sebenarnya tidaklah rumit, TNI Angkatan Udara hanya bertugas untuk mengangkut pasukan dengan pesawat Hercules, hal lainnya tidak menjadi tanggung jawab TNI Angkatan Udara.

Kepolisian Republik Indonesia juga tidak tinggal diam dengan menyiapkan pasukan Brimob yang tersusun dalam beberapa resimen tim pertempuran (RTP). Beberapa Resimen Tim Pertempuran (RTP) Brimob ini digelar di kepulauan Ambon sebagai persiapan menyerbu ke Irian Barat. Sementara itu Resimen Pelopor (unit parakomando Brimob) yang dipimpin Inspektur Tingkat I Anton Soedjarwo disiagakan di Pulau Gorom. Satu tim Menpor kemudian berhasil menyusup ke Irian Barat melalui laut dengan mendarat di Fak Fak. Tim Menpor ini terus merangsek masuk jauh ke pedalaman Irian Barat melakukan sabotase dan penghancuran objek-objek vital milik Belanda.

Pada tanggal 12 Januari 1962, pasukan berhasil didaratkan di Letfuan. Pesawat Hercules kembali ke pangkalan. Namun, pada tanggal 18 Januari 1962, pimpinan angkatan lain melapor ke Soekarno bahwa karena tidak ada perlindungan dari TNI Angkatan Udara, sebuah operasi menjadi gagal.

Pertempuran Laut Aru

Berkas:Yos Sudarso.jpg
Komodor Yos Sudarso yang tenggelam di Laut Aru pada saat terjadinya Pertempuran Laut Aru.

Pertempuran Laut Aru pecah pada tanggal 15 Januari 1962, ketika 3 kapal milik Indonesia yaitu KRI Macan Kumbang, KRI Macan Tutul yang membawa Komodor Yos Sudarso, dan KRI Harimau yang dinaiki Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo, berpatroli pada posisi 04-49° S dan 135-02° T. Menjelang pukul 21.00, Kolonel Mursyid melihat tanda di radar bahwa di depan lintasan 3 kapal itu, terdapat 2 kapal di sebelah kanan dan sebelah kiri. Tanda itu tidak bergerak, dimana berarti kapal itu sedang berhenti. 3 KRI melanjutkan laju mereka, tiba-tiba suara pesawat jenis Neptune yang sedang mendekat terdengar dan menghujani KRI itu dengan bom dan peluru yang tergantung pada parasut. Selain itu, 3 kapal belanda yang lain telah menunggu kedatangan KRI.

Kapal Belanda menembakan tembakan peringatan yang jatuh di dekat KRI Harimau. Kolonel Sudomo memerintahkan untuk memberikan tembakan balasan, namun tidak mengenai sasaran. Akhirnya, Yos Sudarso memerintahkan untuk mundur. Namun, kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus membelok ke kanan, sehingga kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar untuk menyerang, sehingga kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, "Kobarkan semangat pertempuran".

Operasi Infiltrasi Udara dan Penerjunan Penerbang Indonesia

Pasukan Indonesia dibawah pimpinan Mayjen Soeharto melakukan operasi infiltrasi udara dengan menerjunkan penerbang menembus radar Belanda. Mereka diterjunkan di daerah pedalaman Irian Barat. Penerjunan tersebut menggunakan pesawat angkut Indonesia, namun, operasi ini hanya mengandalkan faktor pendadakan, sehingga operasi ini dilakukan pada malam hari.

Penerjunan itu pada awalnya dilaksanakan dengan menggunakan pesawat angkut ringan C-47 Dakota yang kapasitas 18 penerjun, namun karena keterbatasan kemampuannya, penerjunan itu dapat dicegat oleh pesawat pemburu Neptune Belanda.

Pada tanggal 19 Mei 1962, sekitar 81 penerjun payung terbang dari Bandara Pattimura, Ambon, dengan menaiki pesawat Hercules menuju daerah sekitar Kota Teminabuan, Irian Barat, untuk melakukan penerjunan. Saat persiapan keberangkatan, komandan pasukan menyampaikan bahwa mereka akan diterjunkan di sebuah perkebunan teh, selain itu juga disampaikan sandi-sandi panggilan, kode pengenal teman, dan lokasi titik kumpul, lalu mengadakan pemeriksaan kelengkapan perlengkapan anggotanya sebelum masuk ke pesawat Hercules. Pada pukul 03.30 subuh Waktu Indonesia Timur, pesawat Hercules yang dikemudikan Mayor Udara T.Z. Abidin terbang menuju daerah Teminabuan.

Dalam waktu tidak lebih dari 1 menit, proses pendaratan 81 penerjun payung selesai dan pesawat Hercules segera meninggalkan daerah Teminabuan. Keempat mesin Allison T56A-15 C-130B Hercules terbang menanjak untuk mencapai ketinggian yang tidak dapat dicapai oleh pesawat Neptune milik Belanda.[11]

Reaksi Amerika Serikat atas Konflik Indonesia-Belanda

Amerika Serikat khawatir atas konflik antara Indonesia dan Belanda karena mungkin komunis akan mengambil keuntungan dalam konflik ini[12], sehingga Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan Indonesia. Atas usaha Amerika Serikat tercapailah persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962.

Akhir dari Konflik

Amerika Serikat takut jika pada konflik yang terjadi antara Indonesia dan Belanda, kaum komunis akan mengambil keuntungan. Selain itu, TNI Angkatan Laut sedang mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia[13][14]. Tidak kurang dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi tersebut. Gelar kekuatan tersebut memaksa Belanda kembali ke meja perundingan dan dicapai kesepakatan untuk menyerahkan Irian Barat ke pangkuan RI. Pada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York.

Persetujuan New York

Pada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Pada perundingan itu, Indonesia diwakili oleh Dr. Subandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan H. van Royen dan Schurmann. Isi dari Persetujuan New York adalah:

1. Penghentian Permusuhan


2. Setelah persetujuan disyahkan, paling lambat 1 Oktober 1962, UNTEA tiba di Irian Barat untuk melakukan serah terima pemerintah Belanda. Sejak saat itu, bendera Belanda diturunkan dan diganti dengan bendera PBB.
3. UNTEA akan memakai tenaga-tenaga Indonesia baik sipil maupun militer. Tenaga militer digunakan sebagai penjaga keamanan bersama putra Irian Barat sendiri. UNTEA juga akan memakai sisa-sisa pegawai Belanda yang diperlukan.
4. Pasukan Indonesia tetap tinggal di Irian Barat yang berstatus di bawah UNTEA.
5. Angkatan Perang Belanda dan pegawai sipilnya berangsur-angsur dipulangkan dan harus selesai paling lambat 11 Mei 1963.
6. Bendera Indonesia mulai berkibar 31 Desember 1962 di samping bendera PBB. Pemerintah Republik Indonesia menerima pemerintahan di Irian Barat dari UNTEA pada tanggal 1 Mei 1963.
7. Pada tahun 1969, diadakan Penentuan Pendapat Rakyat/PEPERA.
8. Antara Irian Barat dan daerah Indonesia lainnya berlaku lalu lintas bebas.[15]

Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Pada tahun 1969, diselenggarakan PEPERA yang disaksikan utusan sekjen PBB. PEPERA melalui 3 tahap yaitu konsultasi, dimana dimulai pada tanggal 24 Maret 1969, berupa konsultasi dengan dewan kabupaten tentang tata cara PEPERA, lalu tahap kedua yaitu Pemilihan Anggota Dewan Musyawarah, dimana berakhir pada bukan Juni 1969, dan tahap ketiga merupakan pelaksanaan PEPERA, dimana dilakukan di setiap kabupaten sejak 14 Juli 1969 sampai 4 Agustus 1969, dimana hasilnya merupakan masyarakat Irian setuju untuk bergabung dengan Indonesia. Irian Barat menjadi provinsi ke-26 Indonesia, dengan nama Provinsi Irian Jaya.

Catatan Kaki

  1. ^ Suhadi, Machdi, Sutarjo Adisusilo, dan A. Kardiyat Wiharyanto. 2006. Ilmu Pengetahuan Susial SEJARAH untuk SMP dan MTs Kelas IX. Penerbit: Esis.
  2. ^ Suhadi, Machdi, Sutarjo Adisusilo, dan A. Kardiyat Wiharyanto. 2006. Ilmu Pengetahuan Susial SEJARAH untuk SMP dan MTs Kelas IX. Penerbit: Esis.
  3. ^ Suhadi, Machdi, Sutarjo Adisusilo, dan A. Kardiyat Wiharyanto. 2006. Ilmu Pengetahuan Susial SEJARAH untuk SMP dan MTs Kelas IX. Penerbit: Esis.
  4. ^ http://www.tni.mil.id/news.php?q=dtl&id=113012006111078
  5. ^ http://www.tni.mil.id/news.php?q=dtl&id=113012006111078
  6. ^ Suhadi, Machdi, Sutarjo Adisusilo, dan A. Kardiyat Wiharyanto. 2006. Ilmu Pengetahuan Susial SEJARAH untuk SMP dan MTs Kelas IX. Penerbit: Esis.
  7. ^ Suhadi, Machdi, Sutarjo Adisusilo, dan A. Kardiyat Wiharyanto. 2006. Ilmu Pengetahuan Susial SEJARAH untuk SMP dan MTs Kelas IX. Penerbit: Esis.
  8. ^ PEMBEBASAN IRIAN BARAT DAN PASUKAN BELANDA DI IRIAN BARAT
  9. ^ PEMBEBASAN IRIAN BARAT DAN PASUKAN BELANDA DI IRIAN BARAT
  10. ^ PEMBEBASAN IRIAN BARAT DAN PASUKAN BELANDA DI IRIAN BARAT
  11. ^ Kisah Heroik Merebut Irian Barat
  12. ^ Suhadi, Machdi, Sutarjo Adisusilo, dan A. Kardiyat Wiharyanto. 2006. Ilmu Pengetahuan Susial SEJARAH untuk SMP dan MTs Kelas IX. Penerbit: Esis.
  13. ^ Pemberontakan OPM Sudah Tamat
  14. ^ http://www.tni.mil.id/patriotweb/?action=NewsDetail&id=43&catid=80&ed=6
  15. ^ Suhadi, Machdi, Sutarjo Adisusilo, dan A. Kardiyat Wiharyanto. 2006. Ilmu Pengetahuan Susial SEJARAH untuk SMP dan MTs Kelas IX. Penerbit: Esis.

Daftar Pustaka

  • Suhadi, Machdi, Sutarjo Adisusilo, dan A. Kardiyat Wiharyanto. 2006. Ilmu Pengetahuan Susial SEJARAH untuk SMP dan MTs Kelas IX. Penerbit: Esis.

Pranala Luar