AIDS

Penyakit yang disebabkan HIV dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
Revisi sejak 28 November 2007 10.37 oleh Danu Widjajanto (bicara | kontrib) (←Membatalkan revisi 1082307 oleh Sentausa (Bicara) dari EN yang AP)

AIDS adalah sindrom kumpulan berbagai gejala dan infeksi sebagai akibat dari kerusakan spesifik sistem kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV pada manusia,[1] dan virus yang mirip pada spesies lain (SIV, FIV, dan lain-lain).

Pita Merah terlipat sebagai simbol solidaritas untuk orang yang positif terinfeksi virus HIV dan AIDS.

AIDS merupakan akronim dalam bahasa Inggris dari Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome ('sindrom defisiensi imun dapatan'). Nama virusnya sendiri, yaitu HIV, merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus ('virus defisiensi imun manusia' atau 'virus penurun kekebalan manusia').

Kondisi akhir pada orang yang terkena penyakit ini membuat seseorang rentan terhadap infeksi oportunistik dan tumor. Walaupun sudah ada penanganan untuk AIDS dan HIV dengan memperlambat laju perkembangan virus, penyakit ini belum bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya ditransmisikan melalui kontak langsung antara membran mukosa atau aliran darah dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.[2][3] Transmisi ini dapat terjadi melalui hubungan seksual (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, pertukaran HIV antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin atau menyusui, serta kontak lain dengan salah satu cairan tubuh tersebut.

Kebanyakan ilmuwan meyakini bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara selama abad ke-20;[4] kini penyakit pandemik AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.[5]

Pada Januari 2006, UNAIDS sebagai badan PBB yang menangani penanggulangan penyakit AIDS dan HIV (Joint United Nations Programme on HIV/AIDS) bekerjasama dengan WHO (World Health Organization), badan PBB untuk kesehatan dunia, memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah.

Pada tahun 2005 saja, AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.[5] Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan persediaan sumber daya manusia di sana.

Perawatan antiretroviral mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas infeksi HIV, tetapi akses terhadap pengobatan antiretroviral tidak tersedia di semua negara.[6]

Stigma sosial yang disebabkan oleh HIV/AIDS lebih berat dibandingkan stigma sosial akibat kondisi yang disebabkan penyakit lainnya yang sama-sama dapat mengakibatkan kematian. Stigma sosial ini bahkan memiliki akibat yang luas, di luar akibat langsung yang disebabkan oleh penyakit tersebut. Bahkan, stigma ini juga ikut menimpa petugas kesehatan dan sukarelawan yang terlibat merawat orang yang hidup dengan HIV.

Penularan oleh HIV

 
HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.

AIDS merupakan bentuk terparah akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ vital sistem kekebalan manusia seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik. HIV secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi baik. Jika HIV membunuh sel T CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ per mikroliter (µL) darah, kekebalan selular hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV dilanjutkan dengan infeksi HIV laten klinis sampai terjadinya gejala infeksi HIV awal dan kemudian AIDS, yang diidentifikasi berdasarkan jumlah sel T CD4+ di dalam darah dan adanya infeksi tertentu.

Tanpa terapi antiretroviral, median lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan median waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan.[7] Namun demikian, laju perkembangan klinis penyakit ini sangat bervariasi antarorang, dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhi laju perkembangan ini. Faktor yang ada termasuk kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV seperti fungsi kekebalan tubuh umum orang yang terinfeksi.[8][9] Orang yang lebih tua memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah, sehingga berisiko lebih tinggi mengalami perkembangan penyakit yang pesat daripada orang yang lebih muda. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.[7][10][11] Genetika orang yang terinfeksi memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal terhadap beberapa galur HIV. Contohnya adalah orang dengan mutasi CCR5-Δ32 (delesi 32 nukleotida pada gen penyandi reseptor chemokine CCR5 yang mempengaruhi fungsi sel T) yang kebal terhadap beberapa galur HIV.[12] HIV bervariasi secara genetik dan memiliki berbagai galur atau bentuk yang berbeda dan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda.[13][14][15] Penggunaan terapi antiretroviral yang sangat aktif dapat memperpanjang baik median waktu perkembangan AIDS maupun median waktu bertahan.

Diagnosis

Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, penentuan tahap klinis pasien bukan merupakan sasaran sistem-sistem tersebut karena keduanya tidak sensitif maupun spesifik. Di negara berkembang, digunakan sistem World Health Organization untuk infeksi HIV menggunakan data klinis dan laboratorium, sementara di negara maju, yang digunakan ialah sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.

Sistem tahapan WHO untuk infeksi dan penyakit HIV

Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.[16] Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

Sistem klasifikasi CDC untuk infeksi HIV

Pada awalnya, CDC tidak memiliki nama resmi untuk penyakit ini dan merujuk penyakit ini dengan yang berhubungan dengannya, contohnya limfadenopati (virus HIV pada mulanya dinamai berdasarkan nama penyakit ini).[17][18] Mereka juga menggunakan Sarkoma Kaposi dan Infeksi Oportunistik, nama yang dibuat pada tahun 1981.[19] Pada media massa, digunakan istilah GRID, yang merupakan singkatan dari Gay-Related Immune Deficiency.[20] Setelah menentukan bahwa AIDS tidak terisolasi terhadap komunitas homoseksual,[19] kata GRID menjadi menyesatkan dan AIDS diperkenalkan pada sebuah pertemuan pada bulan Juli tahun 1982.[21] Pada bulan September tahun 1982, CDC mulai menggunakan kata AIDS dan mendefinisikan penyakit ini.[22] Pada tahun 1993, CDC memperluas definisi AIDS mereka dengan memasukkan semua orang yang positif HIV dengan sel T CD4+ berjumlah di bawah 200 per µL darah atau 14% dari seluruh limfositnya.[23] Mayoritas kasus AIDS di negara maju menggunakan baik definisi ini atau definisi CDC sebelum tahun 1993. Diagnosis AIDS tetap berlaku walaupun jika setelah perawatan, jumlah sel T CD4+ meningkat di atas 200 per µL darah atau penyakit tanda-tanda AIDS lainnya sembuh.

Tes HIV

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi virus HIV.[24] Kurang dari 1% populasi perkotaan yang aktif secara seksual di Afrika telah diuji HIV, dan angka ini lebih sedikit lagi pada populasi pedesaan. Selain itu, hanya 0,5% wanita hamil yang mendatangi fasilitas kesehatan umum di perkotaan diberi bimbingan, diuji atau menerima hasil tes mereka. Dan sekali lagi, angka ini bahkan lebih kecil lagi pada fasilitas kesehatan umum di pedesaan.[24] Oleh karena itu, darah donor dan produk darah yang digunakan pada penelitian medis diperiksa kandungan HIV-nya. Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien. Namun demikian, window period (periode antara infeksi dan perkembangan antibodi yang dapat dideteksi melawan infeksi) dapat bervariasi. Hal ini menjelaskan mengapa dapat membutuhkan waktu 3-6 bulan untuk serokonversi dan tes positif. Ada pula tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA agar dapat mendeteksi infeksi HIV sebelum perkembangan antibodi yang dapat dideteksi. Metode-metode penetapan tersebut tidak secara spesifik disetujui untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan secara rutin di negara-negara maju.

Gejala dan komplikasi

 
Grafik hubungan antara jumlah HIV dan jumlah CD4 pada rata-rata infeksi HIV yang tidak ditangani. Keadaan penyakit dapat bervariasi tiap orang.
  jumlah limfosit T CD4+ (sel/mm³)
  jumlah RNA HIV per mL plasma

Gejala AIDS merupakan hasil dari kondisi yang umumnya tidak akan terjadi pada individu dengan sistem kekebalan yang sehat. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, fungi dan parasit yang dalam keadaan normal bisa dikendalikan oleh elemen sistem kekebalan yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.[25] HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik seperti demam, keringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, kelemahan, dan penurunan berat badan.[26][27] Setelah diagnosis AIDS dibuat, rata-rata lama waktu bertahan dengen terapi antiretroviral (2005) diperkirakan lebih dari 5 tahun,[28] tetapi karena perawatan baru terus berkembang dan karena HIV terus berevolusi melawan perawatan, perkiraan waktu bertahan kemungkinan akan terus berubah. Tanpa terapi antiretroviral, kematian umumnya terjadi dalam waktu setahun.[7] Kebanyakan pasien meninggal karena infeksi oportunistik atau kanker yang berhubungan dengan hancurnya sistem kekebalan tubuh.[29]

Laju perkembangan penyakit klinis sangat bervariasi antarorang dan telah terbukti dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kerentanan seseorang terhadap penyakit dan fungsi imun[8][9][12] perawatan kesehatan dan infeksi lain,[7][29] dan juga faktor yang berhubungan dengan galur virus.[14][30][31] Infeksi oportunistik spesifik yang diderita pasien AIDS juga bergantung pada prevalensi terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.

Penyakit paru-paru utama

 
Foto sinar-X paru-paru pada pneumonia yang disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii.

Pneumonia pneumocystis

Pneumonia pneumocystis (awalnya diketahui dengan nama pneumonia Pneumocystis carinii, dan masih disingkat sebagai PCP yang sekarang merupakan singkatan dari Pneumocystis pneumonia) jarang dijumpai pada orang yang sehat dan imunokompeten, tetapi umum dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV. Penyakit ini disebabkan oleh fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan profilaksis rutin efektif di negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang yang belum dites, walaupun umumnya tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.[32]

Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi terkait HIV lainnya karena dapat ditularkan ke orang yang imunokompeten melalui rute respirasi, dapat dengan mudah ditangani setelah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, dan dapat dicegah dengan terapi obat. Namun demikian, kekebalan terhadap berbagai obat adalah masalah serius pada penyakit ini. Walaupun insiden penyakit ini telah berkurang akibat penggunaan terapi yang secara langsung diamati dan metode lainnya di negara-negara Barat, tidak demikian yang terjadi di negara berkembang, tempat HIV paling banyak dijumpai. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TB muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada infeksi HIV belakangan, TB sering muncul dengan penyakit ekstrapulmoner (sistemik). Gejala biasanya bersifat konstitusional dan tidak dibatasi pada satu tempat, sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, nodus limfa regional, dan sistem saraf pusat.[33] Selain itu, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat keterlibatan penyakit ekstrapulmoner.

Penyakit saluran pencernaan utama

Esofagitis

Esofagitis adalah peradangan pada esofagus (tabung berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung). Pada individual yang terinfeksi HIV, hal ini terjadi karena infeksi jamur (kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau sitomegalovirus). Pada kasus yang langka, hal ini dapat disebabkan oleh mikobakteria.[34]

Diare kronik yang tidak dapat dijelaskan

Diare kronik yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV terjadi akibat berbagai penyebab, termasuk infeksi bakteri (Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, atau Escherichia coli) serta parasit yang umum dan infeksi oportunistik tidak umum seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, kolitis kompleks Mycobacterium avium dan sitomegalovirus (CMV). Pada beberapa kasus, diare adalah efek samping beberapa obat yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping infeksi HIV, terutama selama infeksi HIV utama. Diare juga dapat menjadi efek samping antibiotik yang digunakan untuk menangani diare akibat bakteri (umum untuk Clostridium difficile). Pada stadium akhir, diare diduga menunjukkan perubahan cara saluran usus menyerap nutrisi dan mungkin merupakan komponen penting pembuangan yang berhubungan dengan HIV.[35]

Penyakit saraf utama

Toksoplasmosis

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan toksoplasma ensefalitis, tetapi juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.[36]

Leukoensefalopati multifokal progresif

Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yang merupakan penghancuran sedikit demi sedikit selubung mielin yang menutupi akson sel saraf sehingga merusak penghantaran impuls saraf. Hal ini disebabkan oleh virus yang disebut virus JC yang 70% populasinya terdapat dalam bentuk laten, menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat, biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis.[37]

Kompleks demensia AIDS

Kompleks demensia AIDS adalah ensefalopati metabolik yang disebabkan oleh infeksi HIV dan didorong oleh aktivasi imun makrofag dan mikroglia otak yang terinfeksi HIV yang mengeluarkan neurotoksin.[38] Kerusakan neurologis spesifik tampak sebagai ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV dan berhubungan dengan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma. Angka prevalensinya sekitar 10-20% di negara-negara Barat,[39] tetapi hanya 1-2% dari infeksi HIV di India.[40][41] Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV di India.

Meningitis kriptokokal

Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.

Kanker yang berhubungan dengan HIV

 
Sarkoma Kaposi

Pasien dengan infeksi HIV pada pokoknya meningkatkan insiden beberapa kanker. Hal ini terjadi karena infeksi dengan virus DNA onkogenik, terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes penyebab sarkoma Kaposi (KSHV) dan papilomavirus manusia (HPV).[42][43]

Sarkoma Kaposi

Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.

Limfoma

Limfoma sel B tingkat tinggi seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma), Burkitt's-like lymphoma, diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem saraf pusat primer muncul lebih sering pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali mengakibatkan prognosis yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma ini merupakan tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV) atau KSHV.

Kanker leher rahim

Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh papilomavirus manusia (HPV).

Tumor lainnya

Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, karsinoma anal, dan karsinoma usus besar. Namun demikian, insiden dari banyak tumor yang umum, seperti kanker payudara atau kanker usus besar tidak meningkat pada pasien terinfeksi HIV. Di daerah tempat HAART banyak digunakan untuk menangani AIDS, insiden berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, tetapi seiring dengan itu kanker secara keseluruhan menjadi penyebab kematian paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.[44]

Infeksi oportunistik lainnya

Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan sitomegalovirus. Sitomegalovirus dapat menyebabkan kolitis, seperti yang dijelaskan di atas, dan retinitis sitomegalovirus dapat menyebabkan kebutaan. Penisiliosis yang disebabkan oleh Penicillium marneffei kini adalah infeksi oportunistik ketiga paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.[45]

Gejala kemunculan

Media melaporkan gejala spesifik muncul diantara pasien AIDS yang sedang dalam perawatan.

Sarkoma Kaposi pada pasien AIDS

Dokter San Francisco melaporkan Sarkoma Kaposi antara laki-laki homoseksual. Semua 15 pasien dibawah perawatan adalah orang yang selamat dari HIV jangka panjang yang infeksi HIV dikontrol oleh obat antiviral. Tidak ada yang muncul dalam bahaya. Kasus baru tidak agresif, invasif atau mematikan dengan HIV yang tidak dapat dikontrol pada tahun 1980an. Luka tidak terlihat, sulit untuk ditangani dan menaikan pertanyaan tentang respon kekebalan pasien HIV yang menua.[46]

Transmisi dan pencegahan

Perkiraan per aksi
jalur masuknya HIV[47]
Rute masuknya virus Perkiraan infeksi
per 10.000
terhadap benda yang terinfeksi
Transfusi darah 9,000[48]
Kelahiran 2.500[49]
Penggunaan jarum suntik bersama-sama 67[50]
Hubungan seks anal reseptif* 50[51][52]
Jarum pada kulit 30[53]
Hubungan seksual reseptif* 10[51][52][54]
Hubungan seks anal insertif* 6.5[51][52]
Hubungan seksual insertif* 5[51][52]
Seks oral reseptif* 1[52]§
Seks oral insertif* 0.5[52]§
* tanpa penggunaan kondom
§ sumber merujuk kepada seks oral
yang dilakukan oleh laki-laki

Tiga rute utama masuknya HIV adalah hubungan seksual, pembukaan terhadap kelenjar tubuh, dan dari ibu atau fetus atau anak selama periode perinatal. Pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, dapat ditemukan HIV, tetapi tidak ada kasus infeksi oleh hal ini, dan risiko infeksi tidak berarti.

Hubungan seksual

Mayoritas infeksi HIV berasal dari hubungan seksual yang tidak terlindungi diantara orang, salah satunya terkena HIV. Hubungan heteroseksual adalah mode utama infeksi HIV di dunia.[55] Transmisi seksual muncul dengan kontak antara mitra dengan rektum, alat kelamin atau membran mukosa oral lainnya. Hubungan seksual yang tidak dilindungi secara reseptif lebih berisiko daripada hubungan seksual tidak dilindungi yang insertif dengan risiko masuknya HIV dari partner yang terinfeksi menuju partner yang tidak terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih besar daripada risiko hubungan seksual dan seks oral yang tidak dilindungi. Seks oral bukan berarti tidak memiliki risiko dan HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif dan insertif.[56] Risiko transmisi HIV dari air liur jauh lebih kecil daripada risiko dari air mani. Bertentangan dengan kepercayaan umum, seseorang harus menelan segalon air liur dari individu HIV positif untuk membuat risiko signifikan terinfeksi.[57]

Sekitar 30% wanita di sepuluh negara dari "berbagai kebudayaan, geografi, dan pengaturan pemukiman" melaporkan bahwa pengalaman seksual pertama mereka akibat dipaksa, sehingga kekerasan seksual ialah kunci pandemik HIV/AIDS.[58] Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.[59]

Penyakit menular seksual meningkatkan risiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal. Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Risiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydial, dan trichomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofag.[60]

Transmisi HIV bergantung kepada penularan kasus indeks dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi dalam berbagai tahap penyakit dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.[60][61] Wanita lebih rentan terhadan infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi dan fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.[62][63] Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi dengan penyakit seksual lainnya, yang lebih mematikan.

Selama hubungan seksual, hanya kondom pria dan wanita yang dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV dan penyakit seksual lainnya dan kemungkinan hamil. Bukti terbaik menunjukan bahwa kondom digunakan mengurangi risiko transmisi HIV dengan kira-kira menutupi 80% atas hal ini, walaupun manfaatnya lebih besar jika kondom digunakan dengan benar dalam berbagai kesempatan.[64] Penggunaan efektif kondom dan pengamatan transfusi darah di Amerika Utara, Eropa Barat dan Eropa Tengah berbuah hasil dengan mengkontribusikan jumlah AIDS yang kecil di daerah ini. Mempromosikan penggunaan kondom dibuktikan kontroversial dan sulit. Banyak kelompok beragama, terutama Gereja Katolik Roma melawan penggunaan kondom dan terkadang melihat promosi kondom sebagai perlawanan terhadap pernikahan, monogami dan moralitas seksual. Pelindung gereja Katolik berperan dalam AIDS dan pencegahan penyakit seksual menyatakan bahwa ketika mereka mungkin melawan penggunaan kontrasepsi, mereka juga adalah pendukung kuat hubungan di luar nikah.[65] Sikap ini juga ditemukan diantara beberapa penyedia fasilitas kesehatan dan pembuat kebijakan di negara-negara Afrika Sub-Sahara, tempat tingkat HIV dan AIDS yang sangat tinggi.[66] Mereka juga mempercayai bahwa distribusi dan promosi kondom serupa dengan mempromosikan seks diantara anak muda dan mengirim pesan yang salah untuk individual yang tidak terinfeksi, namun, tidak ada bukti yang ada bahwa promosi kondom meningkatkan tingkat seksualitas,[67] dan program hanya-penahan nafsu tidak berhasil di Amerika Serikat dalam merubah sifat seksual dan mengurangi transmisi HIV.[68] Evaluasi beberapa program hanya-penahan nafsu di Amerika Serikat menunjukan dampak negatif terhadap keinginan orang muda untuk menggunakan konstraspesi, karena perhatian terhadap tekanan kegagalan kontrasepsi.[69] Kondom laki-laki latex, jika digunakan dengan benar tanpa pelumas berdasarkan-minyak, adalah teknologi yang paling efektif untuk mengurangi transmisi HIV dan penyakit seksual lainnya melalui hubungan seksual. Pengusaha pabrik merekomendasikan bahwa pelumas berdasarkan-minyak seperti vaseline, mentega, dan lemak babi tidak digunakan dengan kondom latex, tetapi mereka menemukan latex, membuat kondom menyerap. Jika perlu, pengusaha pabrik merekomendasikan menggunakan pelumas berdasarkan air. Pelumas berdasarkan minyak digunakan dengan kondom poliuretan.[70] Kondom Latex menurun melalui waktu, membuat mereka menyerap, sehingga kondom memiliki tanggal kadaluarsa. Di Eropa dan Amerika Serikat, kondom harus memenuhi standar kepada standar Eropa (EC 600) atau Amerika (D3492) agar diakui dapat melindungi dari transmisi HIV.

Kondom wanita adalah alternatif untuk kondom laki-laki dan terbuat dari poliuretan, yang memperbolehkannya untuk digunakan pada kehadiran pelumas berdasarkan-minyak. Kondom wanita lebih besar daripada kondom laki-laki dan memiliki sebuah pembukaan pengerasan berbentuk-cincin, dan didesain untuk dimasukan ke dalam vagina. Kondom wanita memiliki cincin dalam yang membiarkan kondom di tempat didalam vagina ----- memasukan kondom wanita dibutuhkan untuk pemerasan cincin ini, namun, kini kehadiran kondom wanita sedikit dan harga tetap menjadi penghalang untuk banyak wanita. Penelitian awal menghasilkan bahwa ketika kondom wanita ada, hubungan seksual yang terlindungi meningkat sebagai relatif terhadap hubungan seksual tidak dilindungi, membuat mereka sebagai strategi pencegahan HIV yang penting.[71]

Dengan penggunaan kondom yang konsisten dan benar, terdapat risiko infeksi HIV yang sangat kecil. Penelitian terhadap pasangan ketika satu partner terinfeksi menunjukan bahwa dengan penggunaan kondom yang konsistem, rata infeksi HIV terhadap partner yang tidak terinfeksi dibawah 1% per tahun.[72]

Pemerintah Amerika Serikat dan organisasi kesehatan keduanya mengesahkan Pendekatan ABC untuk menurunkan risiko terkena HIV selama hubungan seksual:

Abstinence or delay of sexual activity, especially for youth (menahan nafsu hubungan seksual, terutama untuk anak muda),
Being faithful, especially for those in committed relationships (setia pada pasangan, terutama untuk orang yang berada pada suatu hubungan),
Condom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, untuk orang yang memasuki kedalam sifat yang berisiko).

Pendekatan ini sukses di Uganda, tempat meratanya HIV berkurang dari 15% sampai 5%, tetapi, banyak yang telah dilakukan daripada ini. Seperti Edward Green, seorang ahli antropologi Harvard, mengatakan, "Uganda telah melopori pendekatan menuju stigma yang menurun, membawa diskusi kelakuan seksual keluar menuju pembukaan, mengikutsertakan orang yang terinfeksi HIV pada edukasi publik, membujuk individu dan pasangan untuk dites dan dinasehati, membuktikan status wanita, mengikutsertakan organisasi religius, memperoleh penyembuhan tradisional, dan lebih banyak lagi." Terdapat kritik terhadap pendekatan ABC menyebar karena pasangan setia dari pasangan tidak setia berada pada risiko terkena HIV dan diskriminasi atas wanita sangat besar dan mereka tanpa suara dalam hampir setiap sektor kehidupan mereka.[73] Terdapat program lainnya dan promosi penggunaan kondom yang lebih besar. Kondom digunakan sebagai bagian pelengkap Pendekatan CNN:

Condom use, for those who engage in risky behavior (penggunaan kondom, untuk yang menjalani sikap yang berisiko),
Needles, use clean ones (Jarum, gunakan jarum yang bersih),
Negotiating skills; negotiating safer sex with a partner and empowering women to make smart choices (kemampuan negosiasi, menegosiasikan seks yang lebih aman dengan mitra dan memberi kuasa pada wanita untuk mencapai pilihan yang baik).

Pada bulan Desember tahun 2006, randomized trials mengkonfirmasi bahwa khitanan laki-laki menurunkan risiko infeksi HIV diantara laki-laki heteroseksual Afrika sekitar 50%. Diharapkan bahwa intervensi ini akan dengan aktif dipromosikan di banyak negara yang terinfeksi HIV paling buruk, walaupun melakukan hal ini akan ikut serta mengkonfrontasi beberapa kebudayaan dan isu sopan santun. Beberapa ahli menakuti bahwa kerentanan HIV yang lebih kecil diantara laki-laki dapat menyebabkan meningkatkan banyaknya hubungan seksual yang merupakan dampak negatif dari usaha pencegahan ini.[74] Lebih jauh lagi, ahli kesehatan Afrika Selatan khawatir bahwa penggunaan kembali pisau tidak steril pada ritual khinatan laki-laki dapat menyebarkan HIV.[75]

Masuk kedalam cairan tubuh yang terinfeksi

 
Epidemik di Sub-Sahara Afrika tahun 1985-2003.

Rute transmisi ini terutama berhubungan dengan pengguna narkotika, hemofilia dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali syringe yang mengandung darah yang terkontaminasi dengan HIV merupakan risiko utama, tetapi, bukan hanya risiko untuk HIV, tetapi juga risiko adanya penyakit hepatitis B dan hepatitis C. Berbagi penggunaan jarum suntik adalah akibat dari semua infeksi HIV baru dan 50% infeksi hepatitis C terjadi di Amerika Utara, Republik Rakyat Tiongkok, dan Eropa Timur. Risiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diketahui sekitar 1 dalam 150. Post-exposure prophylaxis dengan obat anti HIV dapat lebih jauh mengurangi risiko kecil itu.[76] Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga khawatir walaupun lebih langka. Rute ini dapat mempengaruhi orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh. Kewaspadaan universal tidak mengikuti baik di Afrika Sub Sahara atau Asia karena sedikitnya persediaan dan pelatihan yang tidak mencukupi. WHO memperkirakan 2.5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan fasilitas kesehatan yang tidak aman.[77] Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mendukung secara global opini medikal dalam masalah ini, memperingati negara di dunia untuk mengimplementasikan kewaspadaan universal untuk mencegah transmisi HIV melalui fasilitas kesehatan.[78]

Risiko transmisi HIV pada resipien transfusi darah sangat kecil di negara berkembang. Di negara berkembang, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan, tetapi, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia dimasukan melalui transfusi darah yang terinfeksi".[79]

Pekerja kedokteran yang mengikuti kewaspadaan universal, seperti mengenakan sarung tangan latex ketika menyuntik dan selalu mencuci tangan dapat membantu mencegah infeksi HIV.

Semua organisasi pencegahan AIDS menyarankan pengguna narkoba tidak untuk berbagi jarum dan material lainnya yang diperlukan untuk mempersiapkan dan mengambil narkoba (termasuk syringe, bola kapas, sendok, air untuk mencairkan obat, sedotan, dan lain-lain). Hal ini penting bahwa orang menggunakan jarum yang baru dan disterilisasi untuk tiap suntikan. Informasi tentang jarum bersih menggunakan pemutih ada dari fasilitas kesehatan dan program penukaran jarum. Di beberapa negara berkembang, jarum bersih terdapat gratis di beberapa kota, di penukaran jarum atau tempat penyuntikan yang aman. Banyak negara telah mendekriminaliasikan kepemilikan jarum dan membuat mungkin untuk membeli perlengkapan penyuntikan dari farmasi tanpa resep dokter.

Transmisi ibu ke anak

Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat memunculkan in utero selama minggu akhir kehamilan dan persalinan. Dengan kekurangan perawatan, rata transmisi antara ibu dan anak selama kehamilan, kerja dan pengiriman sebesar 25%, namun, ketika ibu memiliki akses terhadap terapi antiretroviral dan lahir dengan cara bedah caesar, rata-rata transmisi hanya sebesar 1%.[49] Jumlah faktor pengaruh risiko infeksi, terutama sekali beban virus ibu saat kelahiran (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi risikonya). Menyusui meningkatkan risiko transmisi sebesar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor klinis dan dapat bervariasi menurut latar belakang dan lama menyusui.

Penelitian menunjukan bahwa obat antiretroviral, bedah caesar dan pemberian makan cepat mengurangi kesempatan transmisi HIV dari ibu ke anak.[80] Rekomendasi menyatakan bahwa ketika penggantian pemberian makan diterima, dapat dikerjakan dengan mudah, mampu, tetap berlanjut dan aman, ibu yang terinfeksi HIV harus menghindari menyusui anak mereka, namun, menyusui direkomendasi selama bulan pertama dan segera dihentikan.[5] Pada tahun 2005, sekitar 700.000 anak-anak dibawah umur 15 tahun terkena HIV, terutama melalui transmisi ibu ke anak dengan 630.000 infeksi berasal dari Afrika.[81] Dari perkiraan 2.3 juta, 1.7 - 3.5 juta anak-anak kini hidup dengan HIV, 2 juta (hampir 90%) hidup di Afrika Sub Sahara.[5]

Strategi pencegahan diketahui dengan baik di negara berkembang, namun, penelitian sifat dan epidemiologikal di Eropa dan Amerika Utara menghasilkan bahwa minoritas banyak anak muda terus masuk kedalam praktek risiko tinggi dan meskipun ada pengetahuan HIV/AIDS, anak muda mengabaikan risiko terinfeksi HIV.[82] Transmisi HIV antar pengguna narkoba telah menurun, dan transmisi HIV oleh transfusi darah menjadi cukup langka di negara-negara berkembang.

Penanganan

Tidak terdapat vaksin HIV atau obat untuk HIV atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk pencegahan berdasarkan penghindaran masuknya virus atau, jika gagal, perawatan antiretroviral secara langsung setelah masuknya secara signifikan, disebut post-exposure prophylaxis (PEP).[76] PEP memiliki jadwal empat minggu takaran. PEP juga memiliki efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak enak badan, mual, dan lelah.[83]

Penanganan untuk infeksi HIV terdiri dari terapi Antiretroviral yang sangat aktif, atau HAART.[84] Ini telah bermanfaat untuk individual yang terinfeksi HIV sejak diperkenalkannya tahun 1996 ketika protease berdasarkan-pencegah HAART menjadi ada.[6] Pilihan optiman HAART terdiri dari kombinasi yang terdiri dari paling sedikit tiga obat masuk ke paling sedikit dua jenis, atau "kelas" agen anti-retroviral. Aturan terdiri dari dua nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor (atau NRTI) ditambah baik protease inhibitor dan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Karena penyakit HIV pada anak-anak lebih deras daripada pada orang dewasa, parameter laboratorium sedikit prediktif tentang jalannya penyakit, terutama untuk anak muda, rekomendasi perawatan lebih agresif untuk anak-anak daripada untuk orang dewasa.[85] Di negara-negara berkembang tempat HAART ada, dokter mengakses beban virus, kecepatan pada berkurangnya CD4 dan kesiapan pasien sementara memilih ketika untuk merekomendasikan perawatan segera.[86]

HAART membuat adanya stabilisasi gejala dan viremia pasien, tetapi tidak menyembuhkan pasien dari HIV atau meredakan gejala, dan HIV-1 kelas tinggi dapat melawan HAART, kembali setelah perawatan berhenti.[87][88] Lebih lagi, akan mengambil lebih banyak waktu kehidupan individual untuk membersihkan infeksi HIV menggunakan HAART.[89] Banyak individu terinfeksi HIV yang mendapatkan pengalaman perbaikan hebatt pada kesehatan dan kualitas hidup mereka, yang menyebabkan adanya morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan HIV.[90][91][92] Tanpa adanya HAART, infeksi HIV ke AIDS muncul dengan rata-rata sekitar sembilan sampai sepuluh tahun dan waktu bertahan setelah memiliki AIDS hanya 9.2 bulan.[7] HAART meningkatkan waktu bertahan antara 4 dan 12 tahun.[93][94] Hal ini berasal dari fakta beberapa pasien dan di banyak kelompok klonikal, mungkin lebih dari lima puluh persen pasien. HAART menerika jauh sedikit daripada hasil yang optimal. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan seperti efek samping/pengobatan tidak ditolerir, teori antiretroviral lebih dahulu tidak efektif dan infeksi dengan HIV yang melawan obat, namun, tidak-taat dan tidak-sakit terus menerus dengan terapi antiretroviral adalah alasan utama kebanyakan individual gagal untuk mendapat keuntungan dari perkembangan perlawanan terhadap HAART.[95] Alasan tidak-taat dan tidak-sakit terus menerus dengan HAART bervariasi dan saling melengkapi. Isu utama psikososial, seperti akses yang kurang terhadap fasilitas kesehatan, dukungan sosial yang tidak mencukupi, penyakit jiwa dan penyalahgunaan obat mengkontribusi pada tidak-taat. Kerumitan aturan HAART, apakah karena jumlah pil, frekuensi dosis, pembatasan makan atau isu lainnya bersama dengan efek sampil yang membuat tidak-taat sengaja juga memiliki dampak berat.[96][97][98] Efek samping termasuk lipodistrofi, dislipidaemia, penolakan insulin, meningkatkan risiko sistem kardiovaskular dan kelainan bawaan.[99][100]

Multivitamin harian dan suplemen mineral ditemukan dapat mengurangi alur penyakit HIV pada laki-laki dan wanita. Hal ini dapat menjadi intervensi "berharga-rendah" yang tersedia selama awal penyakit HIV untuk memperpanjang waktu sebelum terapi antiretroviral didapat.[101] Beberapa bahab gizi individual juga telah dicoba.[102][103] Obat anti-retroviral mahal, dan mayoritas individual yang terinfeksi tidak memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan untuk HIV dan AIDS.[104] Hanya vaksin yang dapat menahan pandemik karena vaksin akan berharga lebih sedikit, demikian negara-negara berkembang mampu dan tidak membutuhkan perawatan harian,[104] namun, setelah lebih dari 20 tahun penelitian, HIV-1 tetap menjadi target vaksin yang sulit.[104]

Penelitian untuk membuktikan perawatan termasuk pengurangan efek samping obat, jauh menyerderhanakan aturan obat untuk membuktikan kesetiaan, dan membuktikan rentetan terbaik aturan untuk mengatur perlawanan obat. Beberapa penelitian menunjukan bahwa ukuran untuk mencegah infeksi oportunistik dapat menjadi bermanfaat ketika menangani pasien dengan infeksi HIV. Vaksinasi atas hepatitis A dan B disarankan untuk pasien yang belum terinfeksi dengan virus ini dan dalam risiko terinfeksi.[105] Pasien dengan penindasan daya tahan tubuh yang besar juga disarankan menerima terapi propilaktik untuk Pneumonia pneumosistis, dan banyak pasien mendapat manfaat dari terapi propilaktik untuk toksoplasmosis dan kriptokokus meningitis.[83]

Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah aliran penyakit.[106] Pada dekade awal epidemik ketika tidak ada penanganan berguna yang ada, jumlah besar orang dengan AIDS dicoba dengan terapi alternatif. Definisi "terapi alternatif" pada AIDS telah berubah sejak waktu itu, lalu, frase itu sering merujuk pada penanganan komunitas, belum dicoba oleh pemerintah atau penelitian perusahaan farmasi, dan beberapa berharap akan secara langsung menekan virus atau menstimulir sistem imun melawannya. Contoh obat alternatif yang diharapkan dapat mengurangi gejala atau menambah kualitas hidup termasuk urut, manajemen stres, obat jamu dan bunga seperti boxwood,[107][108] dan akupunktur.[106] Ketika menggunakan penanganan biasa, banyak yang merujuk kepadanya sebagai penanganan "saling melengkapi". Meskipun penyebaran penggunaan obat saling melengkapi dan alternatif oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS, belum ada hasil efektif dari terapi-terapi ini.[109]

Epidemiologi

 
Meratanya HIV diantara orang dewasa per negara pada akhir tahun 2005.

UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretroviral bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup di tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak.[5]

Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.[5] Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.[5]

Afrika Sub-Sahara tetap merupakan wilayah terburuk yang terinfeksi, dengan perkiraan 21,6 sampai 27,4 juta jiwa kini hidup dengan HIV. Dua juta [1,5&-3,0 juta] dari mereka adalah anak-anak yang usianya lebih rendah dari 15 tahun. Lebih dari 64% dari semua orang yang hidup dengan HIV ada di Afrika Sub Sahara, lebih dari tiga per empat (76%) dari semua wanita hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, terdapat 12.0 juta [10.6-13.6 juta] anak yatim/piatu AIDS hidup di Afrika Sub Sahara.[5] Asia Selatan dan Asia Tenggara adalah terburuk kedua yang terinfeksi dengan besar 15%. 500.000 anak-anak mati di region ini karena AIDS. Dua-tiga infeksi HIV/AIDS di Asia muncul di India, dengawn perkiraan 5.7 juta infeksi (perkiraan 3.4 - 9.4 juta) (0.9% dari populasi), melewati perkiraan di Afrika Selatan yang sebesar 5.5 juta (4.9-6.1 juta) (11.9% dari populasi) infeksi, membuat negara ini dengan jumlah terbesar infeksi HIV di dunia.[110] Di 35 negara di Afrika dengan perataan terbesar, harapan hidup normal sebesar 48.3 tahun - 6.5 tahun sedikit daripada akan menjadi tanpa penyakit.[111]

Evaluasi terbaru dari Departemen Evaluasi Operasi Bank Dunia menetapkan keefektifan bantuan bank Dunia pada tingkat-negara HIV/AIDS, didefinisikan sebagai dialog kebijakan, hasil analitik, dan peminjaman, dengan obyektif eksplisit mengurangi dampak epidemik AIDS.[112] Ini adalah evaluasi luas pertama dukungan Bank Dunia kepada negara-negara untuk melawan HIV/AIDS, dari awal epidemik melalui pertengahan-2004. Dengan bantuan Bank Dunia untuk implementasi program pemerintah oleh pemerintah, bantuan Bank Dunia menyediakan pengertian penting pada bagaimana program nasional AIDS dapat dibuat lebih efektif.

Perkembangan HAART sebagai terapi efektif untuk infeksi HIV dan AIDS pada pokoknya mengurangi kematian dari penyakit ini di daerah yang secara luas ada. HAART telah membuat kesalahan tanggapan bahwa penyakit AIDS telah pergi jauh, faktanya, harapan hidup orang dengan AIDS meningkat di negara-negara tempat HAART secara luas digunakan, jumlah orang yang hidup dengan AIDS telah meningkat. Di Amerika Serikat, jumlah orang dengan AIDS meningkat dari sekitar 35.000 tahun 1988 menjadi lebih dari 220.000 pada tahun 1996.

Di Afrika, jumlah transmisi ibu ke anak dan meratanya AIDS adalah awal untuk membalikan dekade pergerakan kuat dalam keselamatan anak. Negara seperti Uganda berusaha untuk menurunkan epidemik transmisi ibu ke anak dengan menawarkan VCT (tes dan anjuran sukarela), PMTCT (pencegahan transmisi ibu ke anak) dan fasilitas ANC (fasilitas ante-natal), yang termasuk distribusi terapi antiretroviral.

Dampak ekonomi

 
Perubahan angka harapan hidup di beberapa negara di Afrika.
  Botswana
  Zimbabwe
  Kenya
  Afrika Selatan
  Uganda

HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi. UNAIDS memprediksi akibat untuk Afrika Sub Sahara tahun 2025. Jarak tersebut dari masa stabil dan pada akhirnya berkurang dalam kematian dimulai sekitar tahun 2012 merupakan bencana besar perkembangan pada jumlah kematian dengan potensi 90 juta kasus infeksi.[5]

Tanpa nutrisi yang baik, fasilitas kesehatan dan obat yang ada di negara-negara berkembang, orang di negara-negara tersebut menjadi korban AIDS. Mereka tidak hanya tidak dapat bekerja, tetapi juga akan membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Ramalan bahwa hal ini akan menyebabkan runtuhnya ekonomi dan hubungan di daerah. Di daerah yang terinfeksi berat, epidemik telah meninggalkan banyak anak yatim piatu yang dirawat oleh kakek dan neneknya yang tua.

Mortalitas yang meningkat di daerah ini akan menyebabkan populasi kecil yang tidak memiliki keterampilan dan pekerja.[113] Pekerja yang lebih sedikit akan didominasi anak muda, yang mengurangi pengetahuan dan pengalaman kerja yang menyebabkan berkurangnya produktivitas . Meningkatnya cuti pekerja untuk melihat anggota keluarga yang sakit atau cuti karena sakit juga akan mengurangi produktivitas. Mortalitas yang meningkat juga akan melemahkan mekanisme yang menggenerasikan kapital manusia dan investasi, dengan kehilangan pendapatan dan meninggalnya orang tua.[113] Dengan membunuh banyak dewasa muda, AIDS melemahkan populasi yang dapat membayar pajak, mengurangi dana untuk publik seperti pendidikan dan fasilitas kesehatan untuk yang tidak berhubungan dengan AIDS menyebabkan tekanan untuk keuangan negara dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Hasil dari pertumbuhan yang lambat menyebabkan menguatkan pengeluaran yang berkembang untuk menangani orang yang sakit, pelatihan (untuk menggantikan pekerja yang sakit), pembayaran sakit dan merawat anak yatim piatu AIDS. Hal ini terutama benar jika peningkatan tajam mortalitas orang dewasa, tanggung jawab dan penyalahan dari keluarga terhadap pemerintah untuk menangani anak yatim piatu.

Pada rumah tangga, AIDS menyebabkan hilangnya pendapatan dan meningkatkan pengeluaran kesehatan oleh suatu rumah tangga. Pengaruh pendapatan menyebabkan pengurangan pengeluaran dan juga efek penggantian dari pendidikan dan menuju kesehatan dan pengeluaran penguburan. Penelitian di Pantai Gading menunjukan bahwa rumah tanggal dengan pasien HIV/AIDS mengeluarkan dua kali lebih banyak pada perawatan medis daripada rumah tangga lainnya.

UNAIDS, WHO dan United Nations Development Programme mendokumentasikan sebuah hubungan antara menurunnya harapan hidup dan menurunnya produk domestik bruto di banyak negara-negara Afrika dengan rata-rata 10% atau lebih. Sunguh-sunguh, sejak tahun 1992, prediksi bahwa AIDS akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di negara-negara ini telah dipublikasikan. Dampak tergantung dari asumsi tentang luasnya untuk didanai oleh tabungan dan orang yang akan terinfeksi.[114] Kesimpulan dicapai dari model pertumbuhan 30 ekonomi Sub Sahara selama periode 1990-2025, rata pertumbuhan ekonomi negara tersebut akan menurun antara 0.56 dan 1.47%. Dampak pada produk domestik bruto per kapita sedikit meyakinkan, namun, pada tahun 2000, rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto per kapiat Afrika menurun 0.7% tiap tahun dari tahun 1990-1997 dengan 0.3% lebih jauh menurun per tahun di negara yang juga terkena malaria.[115] Ramalan kini adalah pertumbuhan produk domestik bruto untuk negara tersebut akan mengalami penurunan lebih jauh diantara 0.5 dan 2.6% per tahun,[113] namun, perkiraan ini dapat diremehkan karena tidak terlihat pada pengaruh hasil produksi per kapita.[116]

Banyak pemerintah di Afrika Sub Sahara menolak bahwa terdapat masalah untuk setahun, dan mulai bekerja menuju solusi. Pendanaan adalah masalah di daerah pencegahan HIV ketika dibandingkan pada perkiraan konservatif masalah .

Perlengkapan HIV/AIDS resmi pertama di dunia diluncurkan di Zimbabwe pada tanggal 3 Oktober 2006 adalah produk hasil kolaboratif antara Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, World Health Organization dan Layanan Penebaran Informasi HIV/AIDS Afrika Selatan. Hal ini untuk memperkuat orang hidup dengan HIV/AIDS dan dukungan luar minimal suster. Paket yang berisi bentuk delapan modul memfokuskan fakta tentang HIV dan AIDS, sebelumnya dites di Zimbabwe pada bulan Maret tahun 2006 untuk menentukan penyesuaian. Peralatan ini mengatur beberapa hal lain, panduan yang dikategorikan pada manajemen klinik, pendidikan dan anjuran untuk korban AIDS.[117]

Konsensus Kopenhagen adalah proyek yang mencoba untuk mendirikan prioritas untuk perkembangan kesejahteraan global menggunakan metodologi berdasarkan teori ekonomi kesejahteraan. Seluruh pesertanya adalah ahli ekonomi, dengan fokus pada proyek menjadi prioritisasi rasional berdasarkan analisis ekonomi. Proyek ini berdasarkan anggapan bahwa dalam dendam milyaran dolar yang dihabiskan untuk tantangan global oleh Perserikatan Bangsa Bangsa, pemerintah negara kaya, lembaga, amal, dan organisasi-organisasi bukan milik pemerintah, uang dihabiskan pada masalah seperti kekurangan gizi dan perubahan iklim tidak cukup untuk mencapai banyak target yang disetujui secara internasional. Prioritas tertinggi menentukan untuk mengimplementasikan ukuran baru untuk mencegah penyebaran HIV dan AIDS. The Economist memperkirakan bahwa investasi $27 milyar dapat mencegah hampir 30 juta infeksi baru pada tahun 2010.

Stigma

Berkas:SaigonAidsSign.jpg
Tanda peringatan AIDS di Kota Ho Chi Minh, Vietnam (Agustus 2005).

Stigma AIDS ada di dunia dalam berbagai cara, termasuk pengasingan, penolakan, diskriminasi dan penghindaran orang yang terinfeksi HIV. Diwajibkan uji coba HIV tanpa lebih dahulu persetujuan atau perlindungan kekerasan atas individual atau orang yang terinfeksi HIV yang diketahui terinfeksi dengan HIV, dan mengkarantinakan orang yang terinfeksi HIV.[118] Kekerasan atau ketakutan atas kekerasan mencegah banyak orang melakukan tes HIV, kembali untuk hasil mereka, atau menjaga perawatan, kemungkinan berbalik apa dapat mengendalikan sakit kronik menjadi kalimat kematian dan mengabadikan penyebaran HIV.[119]

Stigma AIDS lebih jauh terbagi menjadi tiga kategori:

  1. Stigma instrumental AIDS - refleksi ketakutan dan keprihatinan yang berhubungan dengan penyakit mematikan dan dapat ditransmisikan.[120]
  2. Stigma simbolis AIDS - penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap melalui grup sosial atau gaya hidup diketahui berhubungan dengan penyakit.[120]
  3. Stigma kesopanan AIDS - stigmatisasi orang yang berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.[121]

Sering, stigma AIDS diekspresikan dengan satu atau lebih stigma, terutama yang berhubungan dengan homoseksual, those associated with homoseksualitas, biseksualitas, persetubuhan dengan siapa saja dan penggunaan narkoba.

Di banyak negara berkembang, terdapat hubungan antara AIDS dan homoseksualitas atau biseksualitas, dan hubungan ini berhubungan dengan tingkat prasangka seksual yang lebih tinggi seperti sifat anti homoseksual.[122] Terdapat hubungan yang diketahui antara AIDS dengan semua sifat seksual laki-laki, termasuk seks antara laki-laki yang belum terinfeksi.[120]

Mereka kebanyakan memiliki pengertian yang salah tentang transmisi HIV dan untuk mempunyai stigma HIV/AIDS adalah orang yang sedikit pendidikannya dan orang dengan tingkat religius atau ideologi politik yang tinggi.[120][122][123]

Lihat Stigma dan HIV-AIDS, penilaian literatur untuk penjelasan lebih lengkap tentang topik ini[124]

Asal mula HIV

AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.[125]

Tiga dari infeksi HIV awal yang diketahui adalah:

  1. Sampel plasma diambil tahun 1959 dari laki-laki dewasa yang tinggal di Kinshasa, kini merupakan bagian dari Republik Demokratik Kongo.[126]
  2. HIV ditemukan pada sampel jaringan dari "Robert R.", remaja Afrika-Amerika berusia 15 tahun yang meninggal di St. Louis tahun 1969.[127]
  3. HIV ditemukan pada sampel jaringan dari Arvid Noe, pelaut Norwegia yang meninggal sekitar tahun 1976.[128]

Dua spesies HIV menginfeksi manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.[129] Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan.[130] HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.

Banyak ahli percaya bahwa HIV masuk kedalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging.[131] Teori yang lebih kontroversial yang diketahui dengan nama hipotesis OPV AIDS mengusulkan bahwa epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia oleh penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio.[132][133] Menurut komunitas ilmu pengetahuan, skenario ini tidak didukung oleh bukti yang ada.[134][135][136]

Hipotesis alternatif

Beberapa ilmuwan dan aktivis mempertanyakan hubungan antara HIV dan AIDS,[137] adanya HIV,[138] atau kebenaran percobaan dan metode perawatan. Klaim ini diperiksa dan secara luas ditolak oleh komunitas ilmu pengetahuan,[139] walaupun memiliki pengaruh politik, terutama di Afrika Selatan, dan penerimaan pemerintah tentang AIDS disalahkan untuk respon yang tidak efektif bahwa negara itu epidemik terhadap AIDS.[140][141][142]

Kesalahpahaman HIV dan AIDS

Beberapa kesalahpahaman telah terjadi tentang HIV/AIDS. Terdapat tiga kesalahpahaman yang paling umum terjadi, yaitu AIDS dapat menyebar melalui kontak sehari-hari, hubungan seksual dengan perawan akan menyembuhkan AIDS, dan HIV hanya dapat menginfeksi laki-laki homoseksual dan pemakai narkoba. Kesalahpahaman lainnya adalah bahwa seks anal antara laki-laki homoseksual dapat menyebabkan infeksi AIDS, dan membuka diskusi homoseksualitas dan HIV di sekolah menyebabkan meningkatnya homoseksual dan AIDS.[143]

Referensi

  1. ^ Marx, J. L. (1982). "New disease baffles medical community". Science. 217 (4560): 618–621. PMID 7089584. 
  2. ^ Divisions of HIV/AIDS Prevention (2003). "HIV and Its Transmission". Centers for Disease Control & Prevention. Diakses tanggal 2006-05-23. 
  3. ^ San Francisco AIDS Foundation (2006-04-14). "How HIV is spread". Diakses tanggal 2006-05-23. 
  4. ^ Gao, F., Bailes, E., Robertson, D. L., Chen, Y., Rodenburg, C. M., Michael, S. F., Cummins, L. B., Arthur, L. O., Peeters, M., Shaw, G. M., Sharp, P. M. and Hahn, B. H. (1999). "Origin of HIV-1 in the Chimpanzee Pan troglodytes troglodytes". Nature. 397 (6718): 436–441. PMID 9989410 DOI:10.1038/17130. 
  5. ^ a b c d e f g h i UNAIDS (2006). "Overview of the global AIDS epidemic" (PDF). 2006 Report on the global AIDS epidemic (PDF). Diakses tanggal 2006-06-08.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "UNAIDS2006" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  6. ^ a b Palella, F. J. Jr, Delaney, K. M., Moorman, A. C., Loveless, M. O., Fuhrer, J., Satten, G. A., Aschman and D. J., Holmberg, S. D. (1998). "Declining morbidity and mortality among patients with advanced human immunodeficiency virus infection. HIV Outpatient Study Investigators". N. Engl. J. Med. 338 (13): 853–860. PMID 9516219. 
  7. ^ a b c d e Morgan, D., Mahe, C., Mayanja, B., Okongo, J. M., Lubega, R. and Whitworth, J. A. (2002). "HIV-1 infection in rural Africa: is there a difference in median time to AIDS and survival compared with that in industrialized countries?". AIDS. 16 (4): 597–632. PMID 11873003. 
  8. ^ a b Clerici, M., Balotta, C., Meroni, L., Ferrario, E., Riva, C., Trabattoni, D., Ridolfo, A., Villa, M., Shearer, G.M., Moroni, M. and Galli, M. (1996). "Type 1 cytokine production and low prevalence of viral isolation correlate with long-term non progression in HIV infection". AIDS Res. Hum. Retroviruses. 12 (11): 1053–1061. PMID 8827221. 
  9. ^ a b Morgan, D., Mahe, C., Mayanja, B. and Whitworth, J. A. (2002). "Progression to symptomatic disease in people infected with HIV-1 in rural Uganda: prospective cohort study". BMJ. 324 (7331): 193–196. PMID 11809639. 
  10. ^ Gendelman, H. E., Phelps, W., Feigenbaum, L., Ostrove, J. M., Adachi, A., Howley, P. M., Khoury, G., Ginsberg, H. S. and Martin, M. A. (1986). "Transactivation of the human immunodeficiency virus long terminal repeat sequences by DNA viruses". Proc. Natl. Acad. Sci. U. S. A. 83 (24): 9759–9763. PMID 2432602. 
  11. ^ Bentwich, Z., Kalinkovich., A. and Weisman, Z. (1995). "Immune activation is a dominant factor in the pathogenesis of African AIDS". Immunol. Today. 16 (4): 187–191. PMID 7734046. 
  12. ^ a b Tang, J. and Kaslow, R. A. (2003). "The impact of host genetics on HIV infection and disease progression in the era of highly active antiretroviral therapy". AIDS. 17 (Suppl 4): S51–S60. PMID 15080180. 
  13. ^ Quiñones-Mateu, M. E., Mas, A., Lain de Lera, T., Soriano, V., Alcami, J., Lederman, M. M. and Domingo, E. (1998). "LTR and tat variability of HIV-1 isolates from patients with divergent rates of disease progression". Virus Research. 57 (1): 11–20. PMID 9833881. 
  14. ^ a b Campbell, G. R., Pasquier, E., Watkins, J., Bourgarel-Rey, V., Peyrot, V., Esquieu, D., Barbier, P., de Mareuil, J., Braguer, D., Kaleebu, P., Yirrell, D. L. and Loret E. P. (2004). "The glutamine-rich region of the HIV-1 Tat protein is involved in T-cell apoptosis". J. Biol. Chem. 279 (46): 48197–48204. PMID 15331610. 
  15. ^ Kaleebu P, French N, Mahe C, Yirrell D, Watera C, Lyagoba F, Nakiyingi J, Rutebemberwa A, Morgan D, Weber J, Gilks C, Whitworth J. (2002). "Effect of human immunodeficiency virus (HIV) type 1 envelope subtypes A and D on disease progression in a large cohort of HIV-1-positive persons in Uganda". J. Infect. Dis. 185 (9): 1244–1250. PMID 12001041. 
  16. ^ World Health Organization (1990). "Interim proposal for a WHO staging system for HIV infection and disease". WHO Wkly Epidem. Rec. 65 (29): 221–228. PMID 1974812. 
  17. ^ Centers for Disease Control (CDC) (1982). "Persistent, generalized lymphadenopathy among homosexual males". MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 31 (19): 249–251. PMID 6808340. 
  18. ^ Barré-Sinoussi, F., Chermann, J. C., Rey, F., Nugeyre, M. T., Chamaret, S., Gruest, J., Dauguet, C., Axler-Blin, C., Vezinet-Brun, F., Rouzioux, C., Rozenbaum, W. and Montagnier, L. (1983). "Isolation of a T-lymphotropic retrovirus from a patient at risk for acquired immune deficiency syndrome (AIDS)". Science. 220 (4599): 868–871. PMID 6189183. 
  19. ^ a b Centers for Disease Control (CDC) (1982). "Opportunistic infections and Kaposi's sarcoma among Haitians in the United States". MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 31 (26): 353–354; 360–361. PMID 6811853. 
  20. ^ Altman, L.K. (1982-05-11). "'New homosexual disorder worries officials'". New York Times. 
  21. ^ Kher, U. (1982-07-27). "A Name for the Plague". Time. 
  22. ^ Centers for Disease Control (CDC) (1982). "Update on acquired immune deficiency syndrome (AIDS)—United States". MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 31 (37): 507–508; 513–514. PMID 6815471. 
  23. ^ CDC (1992). "1993 Revised Classification System for HIV Infection and Expanded Surveillance Case Definition for AIDS Among Adolescents and Adults". CDC. Diakses tanggal 2006-02-09. 
  24. ^ a b Kumaranayake, L. and Watts, C. (2001). "Resource allocation and priority setting of HIV/AIDS interventions: addressing the generalized epidemic in sub-Saharan Africa". J. Int. Dev. 13 (4): 451–466. doi:10.1002/jid.798. 
  25. ^ Holmes, C. B., Losina, E., Walensky, R. P., Yazdanpanah, Y., Freedberg, K. A. (2003). "Review of human immunodeficiency virus type 1-related opportunistic infections in sub-Saharan Africa". Clin. Infect. Dis. 36 (5): 656–662. PMID 12594648. 
  26. ^ Guss, D. A. (1994). "The acquired immune deficiency syndrome: an overview for the emergency physician, Part 1". J. Emerg. Med. 12 (3): 375–384. PMID 8040596. 
  27. ^ Guss, D. A. (1994). "The acquired immune deficiency syndrome: an overview for the emergency physician, Part 2". J. Emerg. Med. 12 (4): 491–497. PMID 7963396. 
  28. ^ Schneider, M. F., Gange, S. J., Williams, C. M., Anastos, K., Greenblatt, R. M., Kingsley, L., Detels, R., and Munoz, A. (2005). "Patterns of the hazard of death after AIDS through the evolution of antiretroviral therapy: 1984–2004". AIDS. 19 (17): 2009–2018. PMID 16260908. 
  29. ^ a b Lawn, S. D. (2004). "AIDS in Africa: the impact of coinfections on the pathogenesis of HIV-1 infection". J. Infect. Dis. 48 (1): 1–12. PMID 14667787. 
  30. ^ Campbell, G. R., Watkins, J. D., Esquieu, D., Pasquier, E., Loret, E. P. and Spector, S. A. (2005). "The C terminus of HIV-1 Tat modulates the extent of CD178-mediated apoptosis of T cells". J. Biol. Chem. 280 (46): 38376–39382. PMID 16155003. 
  31. ^ Senkaali, D., Muwonge, R., Morgan, D., Yirrell, D., Whitworth, J. and Kaleebu, P. (2005). "The relationship between HIV type 1 disease progression and V3 serotype in a rural Ugandan cohort". AIDS Res. Hum. Retroviruses. 20 (9): 932–937. PMID 15585080. 
  32. ^ Feldman, C. (2005). "Pneumonia associated with HIV infection". Curr. Opin. Infect. Dis. 18 (2): 165–170. PMID 15735422. 
  33. ^ Decker, C. F. and Lazarus, A. (2000). "Tuberculosis and HIV infection. How to safely treat both disorders concurrently". Postgrad Med. 108 (2): 57–60, 65–68. PMID 10951746. 
  34. ^ Zaidi, S. A. & Cervia, J. S. (2002). "Diagnosis and management of infectious esophagitis associated with human immunodeficiency virus infection". J. Int. Assoc. Physicians AIDS Care (Chic Ill). 1 (2): 53–62. PMID 12942677. 
  35. ^ Guerrant, R. L., Hughes, J. M., Lima, N. L., Crane, J. (1990). "Diarrhea in developed and developing countries: magnitude, special settings, and etiologies". Rev. Infect. Dis. 12 (Suppl 1): S41–S50. PMID 2406855. 
  36. ^ Luft, B. J. and Chua, A. (2000). "Central Nervous System Toxoplasmosis in HIV Pathogenesis, Diagnosis, and Therapy". Curr. Infect. Dis. Rep. 2 (4): 358–362. PMID 11095878. 
  37. ^ Sadler, M. and Nelson, M. R. (1997). "Progressive multifocal leukoencephalopathy in HIV". Int. J. STD AIDS. 8 (6): 351–357. PMID 9179644. 
  38. ^ Gray, F., Adle-Biassette, H., Chrétien, F., Lorin de la Grandmaison, G., Force, G., Keohane, C. (2001). "Neuropathology and neurodegeneration in human immunodeficiency virus infection. Pathogenesis of HIV-induced lesions of the brain, correlations with HIV-associated disorders and modifications according to treatments". Clin. Neuropathol. 20 (4): 146–155. PMID 11495003. 
  39. ^ Grant, I., Sacktor, H., and McArthur, J. (2005). "HIV neurocognitive disorders" (PDF). Dalam H. E. Gendelman, I. Grant, I. Everall, S. A. Lipton, and S. Swindells. (ed.). The Neurology of AIDS (PDF) (edisi ke-2nd). London, UK: Oxford University Press. hlm. 357–373. ISBN 0-19-852610-5. 
  40. ^ Satishchandra, P., Nalini, A., Gourie-Devi, M., Khanna, N., Santosh, V., Ravi, V., Desai, A., Chandramuki, A., Jayakumar, P. N., and Shankar, S. K. (2000). "Profile of neurologic disorders associated with HIV/AIDS from Bangalore, South India (1989–1996)". Indian J. Med. Res. 11: 14–23. PMID 10793489. 
  41. ^ Wadia, R. S., Pujari, S. N., Kothari, S., Udhar, M., Kulkarni, S., Bhagat, S., and Nanivadekar, A. (2001). "Neurological manifestations of HIV disease". J. Assoc. Physicians India. 49: 343–348. PMID 11291974. 
  42. ^ Boshoff, C. and Weiss, R. (2002). "AIDS-related malignancies". Nat. Rev. Cancer. 2 (5): 373–382. PMID 12044013. 
  43. ^ Yarchoan, R., Tosatom G. and Littlem R. F. (2005). "Therapy insight: AIDS-related malignancies — the influence of antiviral therapy on pathogenesis and management". Nat. Clin. Pract. Oncol. 2 (8): 406–415. PMID 16130937. 
  44. ^ Bonnet, F., Lewden, C., May, T., Heripret, L., Jougla, E., Bevilacqua, S., Costagliola, D., Salmon, D., Chene, G. and Morlat, P. (2004). "Malignancy-related causes of death in human immunodeficiency virus-infected patients in the era of highly active antiretroviral therapy". Cancer. 101 (2): 317–324. PMID 15241829. 
  45. ^ Skoulidis, F., Morgan, M. S., and MacLeod, K. M. (2004). "Penicillium marneffei: a pathogen on our doorstep?". J. R. Soc. Med. 97 (2): 394–396. PMID 15286196. 
  46. ^ Russell, Sabin (2007-10-11). "Unsettling re-emergence of 'gay cancer'". San Francisco Chronicle. Diakses tanggal 2007-10-11. 
  47. ^ Smith, D. K., Grohskopf, L. A., Black, R. J., Auerbach, J. D., Veronese, F., Struble, K. A., Cheever, L., Johnson, M., Paxton, L. A., Onorato, I. A. and Greenberg, A. E. (2005). "Antiretroviral Postexposure Prophylaxis After Sexual, Injection-Drug Use, or Other Nonoccupational Exposure to HIV in the United States". MMWR. 54 (RR02): 1–20. 
  48. ^ Donegan, E., Stuart, M., Niland, J. C., Sacks, H. S., Azen, S. P., Dietrich, S. L., Faucett, C., Fletcher, M. A., Kleinman, S. H., Operskalski, E. A.; et al. (1990). "Infection with human immunodeficiency virus type 1 (HIV-1) among recipients of antibody-positive blood donations". Ann. Intern. Med. 113 (10): 733–739. PMID 2240875. 
  49. ^ a b Coovadia, H. (2004). "Antiretroviral agents—how best to protect infants from HIV and save their mothers from AIDS". N. Engl. J. Med. 351 (3): 289–292. PMID 15247337. 
  50. ^ Kaplan, E. H. and Heimer, R. (1995). "HIV incidence among New Haven needle exchange participants: updated estimates from syringe tracking and testing data". J. Acquir. Immune Defic. Syndr. Hum. Retrovirol. 10 (2): 175–176. PMID 7552482. 
  51. ^ a b c d European Study Group on Heterosexual Transmission of HIV (1992). "Comparison of female to male and male to female transmission of HIV in 563 stable couples". BMJ. 304 (6830): 809–813. PMID 1392708. 
  52. ^ a b c d e f Varghese, B., Maher, J. E., Peterman, T. A., Branson, B. M. and Steketee, R. W. (2002). "Reducing the risk of sexual HIV transmission: quantifying the per-act risk for HIV on the basis of choice of partner, sex act, and condom use". Sex. Transm. Dis. 29 (1): 38–43. PMID 11773877. 
  53. ^ Bell, D. M. (1997). "Occupational risk of human immunodeficiency virus infection in healthcare workers: an overview". Am. J. Med. 102 (5B): 9–15. PMID 9845490. 
  54. ^ Leynaert, B., Downs, A. M. and de Vincenzi, I. (1998). "Heterosexual transmission of human immunodeficiency virus: variability of infectivity throughout the course of infection. European Study Group on Heterosexual Transmission of HIV". Am. J. Epidemiol. 148 (1): 88–96. PMID 9663408. 
  55. ^ Johnson AM and Laga M, Heterosexual transmission of HIV, AIDS, 1988, 2(suppl. 1):S49-S56; N'Galy B and Ryder RW, Epidemiology of HIV infection in Africa, Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes, 1988, 1(6):551-558; and Deschamps M et al., Heterosexual transmission of HIV in Haiti, Annals of Internal Medicine, 1996, 125(4):324-330.
  56. ^ Rothenberg, R. B., Scarlett, M., del Rio, C., Reznik, D. and O'Daniels, C. (1998). "Oral transmission of HIV". AIDS. 12 (16): 2095–2105. PMID 9833850. 
  57. ^ Mastro TD, de Vincenzi I (1996). "Probabilities of sexual HIV-1 transmission". AIDS. 10 (Suppl A): S75–S82. PMID 8883613. 
  58. ^ World Health Organization (2006). "WHO Multi-country Study on Women's Health and Domestic Violence against Women". Diakses tanggal 2006-12-14. 
  59. ^ Koenig, Michael; et al. (2004). "Coerced first intercourse and reproductive health among adolescent women in Rakai, Uganda". International Family Planning Perspectives. 30 (4:156): 156. 
  60. ^ a b Laga, M., Nzila, N., Goeman, J. (1991). "The interrelationship of sexually transmitted diseases and HIV infection: implications for the control of both epidemics in Africa". AIDS. 5 (Suppl 1): S55–S63. PMID 1669925. 
  61. ^ Tovanabutra, S., Robison, V., Wongtrakul, J., Sennum, S., Suriyanon, V., Kingkeow, D., Kawichai, S., Tanan, P., Duerr, A. and Nelson, K. E. (2002). "Male viral load and heterosexual transmission of HIV-1 subtype E in northern Thailand". J. Acquir. Immune. Defic. Syndr. 29 (3): 275–283. PMID 11873077. 
  62. ^ Sagar, M., Lavreys, L., Baeten, J. M., Richardson, B. A., Mandaliya, K., Ndinya-Achola, J. O., Kreiss, J. K., and Overbaugh, J. (2004). "Identification of modifiable factors that affect the genetic diversity of the transmitted HIV-1 population". AIDS. 18 (4): 615–619. PMID 15090766. 
  63. ^ Lavreys, L., Baeten, J. M., Martin, H. L. Jr., Overbaugh, J., Mandaliya, K., Ndinya-Achola, J., and Kreiss, J. K. (2004). "Hormonal contraception and risk of HIV-1 acquisition: results of a 10-year prospective study". AIDS. 18 (4): 695–697. PMID 15090778. 
  64. ^ Cayley, W. E. Jr. (2004). "Effectiveness of condoms in reducing heterosexual transmission of HIV". Am. Fam. Physician. 70 (7): 1268–1269. PMID 15508535. 
  65. ^ Catholic Church (1997). "Offenses against chastity". Catechism of the Catholic Church : Second Edition. Vatican: Amministrazione Del Patrimonio Della Sede Apostolica. hlm. 2353. Diakses tanggal 2006-06-14. 
  66. ^ Human Rights Watch (2005). "Restrictions on Condoms". The Less They Know, the Better. New York NY: Human Rights Watch. 
  67. ^ No authors listed (1997). "Study shows condom use does not promote promiscuity". AIDS Policy Law. 12 (12): 6–7. PMID 11364411. 
  68. ^ Human Rights Watch (2002-09-02). "Ignorance only: HIV/AIDS, Human rights and federally funded abstinence-only programs in the United States. Texas: A case study". Human Rights Watch. Diakses tanggal 2006-03-28. 
  69. ^ Debra Hauser (2004). "Five Years of Abstinence-Only-Until-Marriage Education: Assessing the Impact" (PDF). Advocates for Youth. Diakses tanggal 2006-06-07. 
  70. ^ Durex. "Module 5/Guidelines for Educators" (Microsoft Word). Diakses tanggal 2006-04-17. 
  71. ^ PATH (2006). "The female condom: significant potential for STI and pregnancy prevention". Outlook. 22 (2). 
  72. ^ WHO (August, 2003). "Condom Facts and Figures". Diakses tanggal 2006-01-17. 
  73. ^ The Economist (2005). "Too much morality, too little sense". Diakses tanggal 2006-03-28. 
  74. ^ NIAID (2006-12-13). "Adult Male Circumcision Significantly Reduces Risk of Acquiring HIV: Trials Kenya and Uganda Stopped Early". Diakses tanggal 2006-12-15. 
  75. ^ Various (2005). "Repeated Use of Unsterilized Blades in Ritual Circumcision Might Contribute to HIV Spread in S. Africa, Doctors Say". Kaisernetwork.org. Diakses tanggal 2006-03-28. 
  76. ^ a b Fan, H. (2005). Fan, H., Conner, R. F. and Villarreal, L. P. eds, ed. AIDS: science and society (edisi ke-4th). Boston, MA: Jones and Bartlett Publishers. ISBN 0-7637-0086-X. 
  77. ^ WHO (2003-03-17). "WHO, UNAIDS Reaffirm HIV as a Sexually Transmitted Disease". Diakses tanggal 2006-01-17. 
  78. ^ Physicians for Human Rights (2003-03-13). "HIV Transmission in the Medical Setting: A White Paper by Physicians for Human Rights". Partners in Health. Diakses tanggal 2006-03-01. 
  79. ^ WHO (2001). "Blood safety....for too few". Diakses tanggal 2006-01-17. 
  80. ^ Sperling, R. S., Shapirom D. E., Coombsm R. W., Todd, J. A., Herman, S. A., McSherry, G. D., O'Sullivan, M. J., Van Dyke, R. B., Jimenez, E., Rouzioux, C., Flynn, P. M. and Sullivan, J. L. (1996). "Maternal viral load, zidovudine treatment, and the risk of transmission of human immunodeficiency virus type 1 from mother to infant". N. Engl. J. Med. 335 (22): 1621–1629. PMID 8965861. 
  81. ^ Berry, S. (2006-06-08). "Children, HIV and AIDS". avert.org. Diakses tanggal 2006-06-15. 
  82. ^ Dias, S. F., Matos, M. G. and Goncalves, A. C. (2005). "Preventing HIV transmission in adolescents: an analysis of the Portuguese data from the Health Behaviour School-aged Children study and focus groups". Eur. J. Public Health. 15 (3): 300–304. PMID 15941747. 
  83. ^ a b Department of Health and Human Services (February, 2006). "A Pocket Guide to Adult HIV/AIDS Treatment February 2006 edition". Diakses tanggal 2006-09-01.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "PEPpocketguide" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  84. ^ Department of Health and Human Services (February, 2006). "A Pocket Guide to Adult HIV/AIDS Treatment February 2006 edition". Diakses tanggal 2006-09-01. 
  85. ^ Department of Health and Human Services Working Group on Antiretroviral Therapy and Medical Management of HIV-Infected Children (November 3, 2005). "Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in Pediatric HIV Infection" (PDF). Diakses tanggal 2006-01-17. 
  86. ^ Department of Health and Human Services Panel on Clinical Practices for Treatment of HIV Infection (October 6, 2005). "Guidelines for the Use of Antiretroviral Agents in HIV-1-Infected Adults and Adolescents" (PDF). Diakses tanggal 2006-01-17. 
  87. ^ Martinez-Picado, J., DePasquale, M. P., Kartsonis, N., Hanna, G. J., Wong, J., Finzi, D., Rosenberg, E., Gunthard, H. F., Sutton, L., Savara, A., Petropoulos, C. J., Hellmann, N., Walker, B. D., Richman, D. D., Siliciano, R. and D'Aquila, R. T. (2000). "Antiretroviral resistance during successful therapy of human immunodeficiency virus type 1 infection". Proc. Natl. Acad. Sci. U. S. A. 97 (20): 10948–10953. PMID 11005867. 
  88. ^ Dybul, M., Fauci, A. S., Bartlett, J. G., Kaplan, J. E., Pau, A. K.; Panel on Clinical Practices for Treatment of HIV. (2002). "Guidelines for using antiretroviral agents among HIV-infected adults and adolescents". Ann. Intern. Med. 137 (5 Pt 2): 381–433. PMID 12617573. 
  89. ^ Blankson, J. N., Persaud, D., Siliciano, R. F. (2002). "The challenge of viral reservoirs in HIV-1 infection". Annu. Rev. Med. 53: 557–593. PMID 11818490. 
  90. ^ Palella, F. J., Delaney, K. M., Moorman, A. C., Loveless, M. O., Fuhrer, J., Satten, G. A., Aschman, D. J. and Holmberg, S. D. (1998). "Declining morbidity and mortality among patients with advanced human immunodeficiency virus infection". N. Engl. J. Med. 338 (13): 853–860. PMID 9516219. 
  91. ^ Wood, E., Hogg, R. S., Yip, B., Harrigan, P. R., O'Shaughnessy, M. V. and Montaner, J. S. (2003). "Is there a baseline CD4 cell count that precludes a survival response to modern antiretroviral therapy?". AIDS. 17 (5): 711–720. PMID 12646794. 
  92. ^ Chene, G., Sterne, J. A., May, M., Costagliola, D., Ledergerber, B., Phillips, A. N., Dabis, F., Lundgren, J., D'Arminio Monforte, A., de Wolf, F., Hogg, R., Reiss, P., Justice, A., Leport, C., Staszewski, S., Gill, J., Fatkenheuer, G., Egger, M. E. and the Antiretroviral Therapy Cohort Collaboration. (2003). "Prognostic importance of initial response in HIV-1 infected patients starting potent antiretroviral therapy: analysis of prospective studies". Lancet. 362 (9385): 679–686. PMID 12957089. 
  93. ^ King, J. T., Justice, A. C., Roberts, M. S., Chang, C. H., Fusco, J. S. and the CHORUS Program Team. (2003). "Long-Term HIV/AIDS Survival Estimation in the Highly Active Antiretroviral Therapy Era". Medical Decision Making. 23 (1): 9–20. PMID 12583451. 
  94. ^ Tassie, J.M., Grabar, S., Lancar, R., Deloumeaux, J., Bentata, M., Costagliola, D. and the Clinical Epidemiology Group from the French Hospital Database on HIV. (2002). "Time to AIDS from 1992 to 1999 in HIV-1-infected subjects with known date of infection". Journal of acquired immune deficiency syndromes. 30 (1): 81–7. PMID 12048367. 
  95. ^ Becker SL, Dezii CM, Burtcel B, Kawabata H, Hodder S. (2002). "Young HIV-infected adults are at greater risk for medication nonadherence". MedGenMed. 4 (3): 21. PMID 12466764. 
  96. ^ Nieuwkerk, P., Sprangers, M., Burger, D., Hoetelmans, R. M., Hugen, P. W., Danner, S. A., van Der Ende, M. E., Schneider, M. M., Schrey, G., Meenhorst, P. L., Sprenger, H. G., Kauffmann, R. H., Jambroes, M., Chesney, M. A., de Wolf, F., Lange, J. M. and the ATHENA Project. (2001). "Limited Patient Adherence to Highly Active Antiretroviral Therapy for HIV-1 Infection in an Observational Cohort Study". Arch. Intern. Med. 161 (16): 1962–1968. PMID 11525698. 
  97. ^ Kleeberger, C., Phair, J., Strathdee, S., Detels, R., Kingsley, L. and Jacobson, L. P. (2001). "Determinants of Heterogeneous Adherence to HIV-Antiretroviral Therapies in the Multicenter AIDS Cohort Study". J. Acquir. Immune Defic. Syndr. 26 (1): 82–92. PMID 11176272. 
  98. ^ Heath, K. V., Singer, J., O'Shaughnessy, M. V., Montaner, J. S. and Hogg, R. S. (2002). "Intentional Nonadherence Due to Adverse Symptoms Associated With Antiretroviral Therapy". J. Acquir. Immune Defic. Syndr. 31 (2): 211–217. PMID 12394800. 
  99. ^ Montessori, V., Press, N., Harris, M., Akagi, L., Montaner, J. S. (2004). "Adverse effects of antiretroviral therapy for HIV infection". CMAJ. 170 (2): 229–238. PMID 14734438. 
  100. ^ Saitoh, A., Hull, A. D., Franklin, P. and Spector, S. A. (2005). "Myelomeningocele in an infant with intrauterine exposure to efavirenz". J. Perinatol. 25 (8): 555–556. PMID 16047034. 
  101. ^ Fawzi W, Msamanga G, Spiegelman D, Hunter DJ (2005). "Studies of vitamins and minerals and HIV transmission and disease progression". J. Nutrition. 135 (4): 938–944. PMID 15795466. 
  102. ^ (Selenium:) Hurwitz BE, Klaus JR, Llabre MM, Gonzalez A, Lawrence PJ, Maher KJ, Greeson JM, Baum MK, Shor-Posner G, Skyler JS, Schneiderman N. (2007). "Suppression of human immunodeficiency virus type 1 viral load with selenium supplementation: a randomized controlled trial". Arch Intern Med. 167 (2): 148–155. PMID 17242315. 
  103. ^ (Vitamin C:) Cathcart, Robert F. (1984). "Vitamin C in the Treatment of Acquired Immune Deficiency Syndrome". Medical Hypotheses. 14 (4): 423–433. 
  104. ^ a b c Ferrantelli F, Cafaro A, Ensoli B. (2004). "Nonstructural HIV proteins as targets for prophylactic or therapeutic vaccines". Curr Opin Biotechnol. 15 (6): 543–556. PMID 15560981. 
  105. ^ Laurence J. (2006). "Hepatitis A and B virus immunization in HIV-infected persons". AIDS Reader. 16 (1): 15–17. PMID 16433468. 
  106. ^ a b Saltmarsh, S. (2005). "Voodoo or valid? Alternative therapies benefit those living with HIV". Positively Aware. 3 (16): 46. PMID 16479668. 
  107. ^ Pharo, A.; et al. (1996). "Evaluation of the safety and efficacy of SPV-30 (boxwood extract) in patients with HIV disease". Int Conf AIDS (Jul 7–12): 11:19. abstract no. Mo. B.180. 
  108. ^ Durant, J.; et al. (1998). "Efficacy and safety of Buxussempervirens L. preparations (SPV-30) in HIV infected asymptomatic patients: a multi-centre, randomized, double-blind, placebo-controlled trial". Phytomedicine (5): 1–10. 
  109. ^ Mills, E., Wu, P. and Ernst, E. (2005). "Complementary therapies for the treatment of HIV: in search of the evidence". Int. J. STD AIDS. 16 (6): 395–403. PMID 15969772. 
  110. ^ UNAIDS (2006). "Annex 2: HIV/AIDS estimates and data, 2005" (PDF). 2006 Report on the global AIDS epidemic (PDF). Diakses tanggal 2006-06-08. 
  111. ^ UNAIDS (2001). "Special Session of the General Assembly on HIV/AIDS Round table 3 Socio-economic impact of the epidemic and the strengthening of national capacities to combat HIV/AIDS" (PDF). Diakses tanggal 2006-06-15. 
  112. ^ World Bank (2005). "Evaluating the World Bank's Assistance for Fighting the HIV/AIDS Epidemic". Diakses tanggal 2006-01-17. 
  113. ^ a b c Greener, R. (2002). "AIDS and macroeconomic impact". Dalam S, Forsyth (ed.). State of The Art: AIDS and Economics (PDF). IAEN. hlm. 49–55. 
  114. ^ Over, M. (1992). "The macroeconomic impact of AIDS in Sub-Saharan Africa, Population and Human Resources Department". The World Bank. 
  115. ^ Bonnel, R. (2000). "HIV/AIDS and Economic Growth: A Global Perspective". S. A. J. Economics. 68 (5): 820–855. 
  116. ^ Bell, C., Gersbach, H. and Devarajan, S. (2003). "The long-run economic costs of AIDS: theory and an application to South Africa". eldis. Diakses tanggal 2006-03-28. 
  117. ^ Mu Xuequan (2006). "Zimbabwe launches world's first AIDS training package". xinhua. Diakses tanggal 2006-10-03. 
  118. ^ UNAIDS (2006). "The impact of AIDS on people and societies" (PDF). 2006 Report on the global AIDS epidemic (PDF). Diakses tanggal 2006-06-14. 
  119. ^ Ogden, J. and Nyblade, L. (2005). "Common at its core: HIV-related stigma across contexts" (PDF). International Center for Research on Women. Diakses tanggal 2007-02-15. 
  120. ^ a b c d Herek, G. M. and Capitanio, J. P. (1999). "AIDS Stigma and sexual prejudice" (PDF). Am. Behav, Scientist. Diakses tanggal 2006-03-27. 
  121. ^ Snyder M, Omoto AM, Crain AL. (1999). "Punished for their good deeds: stigmatization for AIDS volunteers". American Behavioral Scientist. 42 (7): 1175–1192. 
  122. ^ a b Herek GM, Capitanio JP, Widaman KF. (2002). "HIV-related stigma and knowledge in the United States: prevalence and trends, 1991–1999" (PDF). Am. J. Public Health. 92 (3): 371–377.  Teks " PMID 11867313 " akan diabaikan (bantuan)
  123. ^ Herek, GM, Widaman, KF, Capitanio, JP (2005). "When sex equals AIDS: Symbolic stigma and heterosexual adults' inaccurate beliefs about sexual transmission of AIDS" (PDF). Social Problems. 52 (1): 15–37. 
  124. ^ United States Health Resources and Services Administration. "Stigma and HIV-AIDS, A review of the literature". HRSA. Diakses tanggal 2006-03-24. 
  125. ^ CDC (1981). "Pneumocystis Pneumonia — Los Angeles". CDC. Diakses tanggal 2006-01-17. 
  126. ^ Zhu, T., Korber, B. T., Nahmias, A. J., Hooper, E., Sharp, P. M. and Ho, D. D. (1998). "An African HIV-1 Sequence from 1959 and Implications for the Origin of the Epidemic". Nature. 391 (6667): 594–597. PMID 9468138 DOI:10.1038/35400. 
  127. ^ Kolata, G. (1987-10-28). "Boy's 1969 death suggests AIDS invaded U.S. several times". The New York Times. Diakses tanggal 2006-06-19. 
  128. ^ Hooper, E. (1997). "Sailors and star-bursts, and the arrival of HIV". BMJ. 315 (7123): 1689–1691. PMID 9448543. 
  129. ^ Reeves, J. D. and Doms, R. W (2002). "Human Immunodeficiency Virus Type 2". J. Gen. Virol. 83 (Pt 6): 1253–1265. PMID 12029140. 
  130. ^ Keele, B. F., van Heuverswyn, F., Li, Y. Y., Bailes, E., Takehisa, J., Santiago, M. L., Bibollet-Ruche, F., Chen, Y., Wain, L. V., Liegois, F., Loul, S., Mpoudi Ngole, E., Bienvenue, Y., Delaporte, E., Brookfield, J. F. Y., Sharp, P. M., Shaw, G. M., Peeters, M., Hahn, B. H. (2006). "Chimpanzee Reservoirs of Pandemic and Nonpandemic HIV-1". Science. Online 2006-05-25. PMID 16728595doi:10.1126/science.1126531. 
  131. ^ Cohen, J. (2000). "Vaccine Theory of AIDS Origins Disputed at Royal Society". Science. 289 (5486): 1850–1851. PMID 11012346. 
  132. ^ Curtis, T. (1992). "The origin of AIDS". Rolling Stone (626): 54–59, 61, 106, 108. 
  133. ^ Hooper, E. (1999). The River : A Journey to the Source of HIV and AIDS (edisi ke-1st). Boston, MA: Little Brown & Co. hlm. 1–1070. ISBN 0-316-37261-7. 
  134. ^ Worobey M, Santiago ML, Keele BF, Ndjango JB, Joy JB, Labama BL, Dhed'A BD, Rambaut A, Sharp PM, Shaw GM, Hahn BH (2004). "Origin of AIDS: contaminated polio vaccine theory refuted". Nature. 428 (6985): 820. PMID 15103367. 
  135. ^ Berry N, Jenkins A, Martin J, Davis C, Wood D, Schild G, Bottiger M, Holmes H, Minor P, Almond N (2005). "Mitochondrial DNA and retroviral RNA analyses of archival oral polio vaccine (OPV CHAT) materials: evidence of macaque nuclear sequences confirms substrate identity". Vaccine. 23: 1639–1648. PMID 15705467. 
  136. ^ Centers for Disease Control and Prevention (2004-03-23). "Oral Polio Vaccine and HIV / AIDS: Questions and Answers". Diakses tanggal 2006-11-20. 
  137. ^ Duesberg, P. H. (1988). "HIV is not the cause of AIDS". Science. 241 (4865): 514, 517. PMID 3399880. 
  138. ^ Papadopulos-Eleopulos, E., Turner, V. F., Papadimitriou, J., Page, B., Causer, D., Alfonso, H., Mhlongo, S., Miller, T., Maniotis, A. and Fiala, C. (2004). "A critique of the Montagnier evidence for the HIV/AIDS hypothesis". Med Hypotheses. 63 (4): 597–601. PMID 15325002. 
  139. ^ Untuk bukti konsensis ilmu pengetahuan bahwa HIV menyebabkan AIDS, lihat:
  140. ^ Watson J (2006). "Scientists, activists sue South Africa's AIDS 'denialists'". Nat. Med. 12 (1): 6. doi:10.1038/nm0106-6a. PMID 16397537. 
  141. ^ Baleta A (2003). "S Africa's AIDS activists accuse government of murder". Lancet. 361 (9363): 1105. PMID 12672319. 
  142. ^ Cohen J (2000). "South Africa's new enemy". Science. 288 (5474): 2168–70. PMID 10896606. 
  143. ^ Blechner, M. (1997) Hope and Mortality: Psychodynamic Approaches to AIDS and HIV. Hillsdale, NJ: The Analytic Press.

Pranala luar


Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA