Bahasa Sunda Banten

dialek bahasa Sunda yang dituturkan di provinsi Banten dan wilayah di sekitarnya

Bahasa Sunda Banten atau bahasa Sunda dialek Barat adalah sebuah dialek bahasa Sunda yang digunakan di hampir seluruh wilayah Provinsi Banten,[4] bagian barat Kabupaten Sukabumi dan bagian barat Kabupaten Bogor (wilayah Jasinga Raya,[5] meliputi: Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Tenjo, Nanggung, Parungpanjang, dan Sukajaya[6]), serta beberapa wilayah di provinsi Lampung. Bahasa ini dilestarikan salah satunya melalui program berita Beja ti Lembur yang disiarkan oleh siaran televisi lokal di wilayah Banten. Selain itu, dialek Banten juga dipakai sebagai standar pengajaran bahasa Sunda di wilayah provinsi Banten.[7]

Bahasa Sunda Banten
Basa Sunda Banten
ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮔ᮪ᮒᮨᮔ᮪
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Banten (sebagian besar)

 Lampung[1]

 Jawa Barat

EtnisSunda Banten
Tionghoa Benteng
Badui Luar
Orang Ciptagelar
Penutur
3.35 juta (2015)[2]
Status resmi
Diatur olehKantor Bahasa Banten
Kode bahasa
ISO 639-3
LINGUIST List
sun-ban
Glottologbant1285[3]
Linguasfer31-MFN-ad
Lokasi penuturan
  Wilayah berbahasa Sunda Banten mayoritas
  Wilayah berbahasa Sunda Banten minoritas
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat
Seorang yang berbicara menggunakan bahasa Sunda Banten, direkam di Taiwan.

Distribusi

Bahasa Sunda Banten merupakan salah satu turunan langsung dari bahasa Sunda Kuno, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya kosakata dari bahasa Sunda Kuno yang masih tetap dipertahankan, hal ini juga yang menyebabkan adanya beberapa perbedaan leksikon dengan bahasa Sunda dialek Priangan yang lebih banyak berevolusi.[butuh rujukan]

Secara praktiknya, bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Banten bagian tengah dan selatan serta sebagian wilayah di sebelah utara, yaitu Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. Di Banten bagian utara (Kabupaten Serang), Bahasa ini digunakan di kecamatan Ciomas, Pabuaran, Padarincang, Cinangka, Baros, Petir, Cikeusal, Kopo, Cikande, Pamarayan, dan sebagian Anyar.[8] Sementara pemakaian bahasa Sunda di Kabupaten Serang terkonsentrasi di kecamatan Anyar, Mancak, Waringinkurung, Taktakan, Cipocok Jaya, Walantaka, dan Kragilan.[8] Bahasa Sunda Banten juga dituturkan hingga ke wilayah Kabupaten Tangerang[9] (terutama di wilayah Tangerang sebelah selatan, barat daya, barat tengah, dan sebagian utara),[10] Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan (khususnya Serpong, Serpong Utara, dan sebagian Setu).[11]

 
Peta linguistik di Provinsi Banten

Sementara daerah tradisional masyarakat Kanekes di Kecamatan Leuwidamar, Lebak, adalah penutur aktif bahasa yang digolongkan sebagai bahasa Badui.[12]

Hadi AKS yang berasal dari Pandeglang adalah salah satu sastrawan Sunda yang acapkali menggunakan kosakata khas dialek Banten dalam karya-karya sastranya yang dapat dilihat di Google Books seperti contohnya novel yang berjudul Saéni dan Kalapati.

Karakteristik

Kosakata

Di bawah ini merupakan contoh perbandingan antara bahasa Sunda Banten dengan bahasa Sunda Priangan sebagai bentuk standar bahasa Sunda dan padanannya dalam bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia Bahasa Sunda Banten Bahasa Sunda Priangan
sangat jasa pisan
dia nyana manéhna
susah gati hésé
seperti doang siga, kawas, bangun
tidak pernah tilok tara
saya aing urang, kuring
kamu dia manéh
kalian daria maranéh
mereka dararia maranéhna
melihat nyeuleu nénjo
makan hakan dahar
kenapa pan kunaon/naha
singkong dangdeur sampeu
ayam kotok hayam
tidak mau endung/enduh embung
belakang buri tukang
repot haliwu ridu/riweuh
terpeleset ngalosod tisoledat
baju jamang baju
teman orok batur
darah mokla getih
sekarang kuari kiwari/ayeuna
malas hulap/kulab/sangheuk horéam

Kalimat

Contoh perbedaan dalam kalimatnya seperti:

  • Ketika sedang berpendapat:
Bahasa Sunda Banten Jeuh aing mah enduh jasa jadi doang jelema nu kedul!
Bahasa Sunda Priangan Ah urang mah embung pisan jadi jalma nu ngedul!
Bahasa Indonesia Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!
  • Ketika mengajak kerabat untuk makan:
Bahasa Sunda Banten Téh, dék hakan teu?
Bahasa Sunda Priangan Téh, rék dahar moal?
Bahasa Indonesia Kak, mau makan tidak?
  • Ketika sedang berbelanja:
Bahasa Sunda Banten Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Ulah mahal jasa.
Bahasa Sunda Priangan Ari ieu sampeu sabarahaan mang? Tong mahal teuing nya.
Bahasa Indonesia Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan.
  • Ketika sedang menunjuk:
Bahasa Sunda Banten Éta di ditu dararia orok aing
Bahasa Sunda Priangan Éta di ditu maranéhna babaturan urang
Bahasa Indonesia Mereka semua (di sana) adalah teman saya.

Bahasa Sunda Tangerang

Bahasa Sunda Tangerang
Dituturkan diIndonesia
WilayahKabupaten Tangerang
Penutur
Kode bahasa
ISO 639-3
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
  Portal Bahasa
L • B • PW   
       

Di wilayah Kabupaten Tangerang, ragam bahasa Sunda yang secara lokal dikenal sebagai bahasa Sunda Tangerang memiliki beberapa karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan bahasa Sunda lulugu (baku). Meskipun begitu, secara umum, perbedaan bahasa Sunda Tangerang dengan bahasa Sunda baku hanya sebatas perbedaan kosakata.[13] Pada umumnya, bahasa Sunda Tangerang tidak mengenal tingkatan berbahasa.[14]

Klasifikasi dan persebaran

Bahasa Sunda Tangerang secara geografis dapat dikelompokkan sebagai bahasa Sunda Pesisir Utara.[15] Daerah pakai bahasa Sunda di Kabupaten Tangerang meliputi Desa Bugel, Babakanasem, Rawa Boni, Karet, Keroncong, Binong, Panunggangan Barat, Pakulonan, Lengkong Gudang, Suradita, Malang Nengah, Pagedangan, Bojongnangka, Ranca Kalapa, Peusar, Pasir Gadung, Sindangsih, Kotabumi, Sindangpanon, Sukatani, Rajeg, Rawa Kidang, Kemiri, Jengkol, Buniayu, Dangdeur, Carenang, Cisereh, Taban, Bantarpanjang, dan Cikasungka.[16]

Fonologi

Dalam bidang fonologi atau tata bunyi. Bahasa Sunda Tangerang tidak jauh berbeda dengan bahasa Sunda baku. Unsur yang berbeda menyangkut fonem suprasegmental berupa intonasi panjang pada akhir kata. Fonem segmental berupa vokal, konsonan, dan gugus konsonan sama dengan bahasa Sunda baku. Hal yang berbeda dengan bahasa Sunda baku menyangkut perubahan vokal /eu/ pada beberapa kosakata bahasa Sunda baku menjadi /a/ pada bahasa Sunda Tangerang seperti pada kata berikut.[17]

  1. ceukcak 'berkata'

Vokal /u/ berubah menjadi /o/ seperti pada kata:

  1. daundaon 'daun'

Perubahan juga terjadi pada konsonan /d/, /k/, /n/ menjadi /j/, /h/, /ny/ pada kata:

  1. daja 'ternyata, karena'
  2. kajeunhajeun 'masa bodoh'
  3. neuleunyeuleu 'melihat'

Perbedaan lain juga menyangkut penambahan konsonan /h/ pada akhir kata pada kata:

  1. (o)géh 'juga'
  2. seuneuseuneuh 'api'

Penambahan konsonan /d/ pada kata:

  1. coétcodét 'wadah dari batu untuk menggiling cabai, sambal, dan lain-lain.'

Penambahan (e)n di awal kata:

  1. deukendeuk 'akan'

Penghilangan konsonan /h/ pada kata:

  1. henteuenteu 'tidak'

Selain perubahan, perbedaan, penambahan dan penghilangan, ditemukan pula penyingkatan kata (kontraksi) seperti pada kata:

  1. kawaskos
  2. lebahbah

Morfologi

Dalam bidang morfologi atau tata bentuk, bahasa Sunda Tangerang sama dengan bahasa Sunda baku. Dari segi afiks (imbuhan) dalam bahasa Sunda Tangerang ditemukan pula prefiks (awalan) sebagai berikut.[18]

Prefiks

N- contoh: N- + deuleu nyeuleu 'melihat'
nga- contoh: nga- + dahar ngadahar 'memakan'
nyang- contoh: nyang- + hareup nyanghareup 'menghadap'
ba- contoh: ba- + labuh balabuh 'berlabuh'
pa- contoh: pa- + tani patani 'petani'
sa- contoh: sa- + modél samodél 'seperti'
di- contoh: di- + ala diala 'dipetik'
ka- contoh: ka- + rasa karasa 'terasa'

Infiks

-ar-/-al- contoh: -ar- + wani warani 'berani' ('jamak')
-al- + lumpat lalumpat 'berlari' (jamak)

Sufiks

-an contoh: dagang + -an dagangan 'dagangan'
-eun contoh: sieun + -eun sieuneun 'merasa takut'
-keun contoh: carita + -keun caritakeun 'ceritakan'
-(a)na contoh: tahap + -(a)na tahapana 'tahapannya'

Konfiks

nga- + -an contoh: nga- + boga + -an ngabogaan 'mempunyai'
nga- + -na contoh: nga- + bagi + -na ngabagina 'membaginya'
nga- + -eun contoh: nga- + jarah + -eun ngajaraheun 'menziarahi'
nga- + -keun contoh: nga- + kawin + -keun ngawinkeun 'menikahkan'
nga- + -keun(a)na contoh: nga- + ragag -keun(a)na ngaragagkeunana 'menjatuhkannya'
di- + -an contoh: di- + beuleum + -an dibeuleuman 'dibakar (jamak)'
di- + -keun contoh: di- + jadi + -keun dijadikeun ‘dijadikan'
ka- + -an contoh: ka- + sieun + -an kasieunan 'ketakutan'
pa- + -an contoh: pa- + sawah + -an pasawahan 'pesawahan'
pang- + -na contoh: pang- + kolot + -na pangkolotna 'pangkolotna'

Reduplikasi

Demikian pula dalam hal reduplikasi (pengulangan), dalam bahasa Sunda Tangerang ditemukan reduplikasi berupa:

dwimurni contoh: korsi 'kursi' korsi-korsi 'kursi'
dwireka contoh: balik ‘pulang’ bulak-balik 'pulang-pergi'
dwipurwa contoh: kolot ‘tua’ kokolot 'yang dituakan'
dwipurma bertafiks contoh: milu 'ikut’ pipilueun 'ikut-ikutan'

Sintaksis

Dalam bidang sintaksis, bahasa Sunda Tangerang juga menunjukkan kesamaan dengan bahasa Sunda baku. Sebuah penelitian memperoleh data struktur frasa dengan inti di depan dan pewatas mengikutinya, seperti:[19]

di dinya 'di situ'
nu asli 'yang asli'
tilu urang 'tiga orang'

Kata depan (preposisi) di 'di', relator nu 'yang', dan kata bilangan (numeralia) tilu 'tiga' masing-masing sebagai inti. Struktur ini dapat memberikan gambaran umum struktur yang lebih luas, yaitu klausa dan kalimat.[19]

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ "Bahasa Sunda Provinsi Lampung". kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 26 Desember 2021. 
  2. ^ Mikael Parkvall. Världens 100 största språk 2007. Nationalencyklopedin. 
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bantenese". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ Kayin (2014-12-09). "Bahasa Sunda Banten » Perpustakaan Digital Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diakses tanggal 2017-06-18. 
  5. ^ HeiBogor (2015-09-04). "Jasinga, Bagian Bogor yang Banten Secara Kultural". Berita Bogor. Diakses tanggal 2017-06-18. 
  6. ^ Administrator (2016-04-25). "Asal Usul Nama Jasinga". kecamatanjasinga.bogorkab.go.id. Diakses tanggal 2017-06-18. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ Lengket, Budi (6 Juli 2017). "Menanti Perda Bahasa Daerah Provinsi Banten Disahkan, Pegiat Bahasa Gelar Bedah Buku "Purwa Basa"". pelitabanten.com. Diakses tanggal 23 Januari 2022. 
  8. ^ a b Suriamiharja, Agus; dkk. (1981). Geografi Dialek Sunda di Kabupaten Serang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  9. ^ "Mulok Bahasa Sunda Terancam Punah". Tangsel Pos. 2015-10-28. Diakses tanggal 2017-06-18. [pranala nonaktif permanen]
  10. ^ Ampera, Taufik; dkk. (2004). Bahasa dan Sastra Daerah di Kabupaten Tangerang: Pengkajian Budaya dan Nilai-nilai Tradisional. Tangerang: Pemerintah Kabupaten Tangerang. [pranala nonaktif permanen]
  11. ^ Lauder, Multamia R. M. T. (1993). Pemetaan dan Distribusi Bahasa-Bahasa di Tangerang. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penelitian dan Pembinaan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jakarta. ISBN 9794593680. 
  12. ^ Project, Joshua. "Language - Badui :: Joshua Project". joshuaproject.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-06-18. 
  13. ^ Sobarna, Wartini & Ampera (2022), hlm. 48-49.
  14. ^ Sobarna, Wartini & Ampera (2022), hlm. 51-52.
  15. ^ Sobarna, Wartini & Ampera (2022), hlm. 51.
  16. ^ Sobarna, Wartini & Ampera (2022), hlm. 49-50.
  17. ^ Sobarna, Wartini & Ampera (2022), hlm. 52-53.
  18. ^ Sobarna, Wartini & Ampera (2022), hlm. 53-54.
  19. ^ a b Sobarna, Wartini & Ampera (2022), hlm. 54.

Daftar Pustaka

Naskah digital

Pustaka lanjutan

Pranala luar