Ejaan

Revisi sejak 29 Januari 2017 08.39 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu

  1. aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad
  2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
  3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Alphabet enfants sages 5-2

Abjad Indonesia Menurut EYD

Ejaan yang disempurnakan atau EYD terdiri dari 26 grafem tunggal dan fonem sebagai berikut:[1]

  • Aa (a) /a/
  • Bb (be) /b/
  • Cc (ce) /c/
  • Dd (de) /d/
  • Ee (e) /e/ , /ə/ ,/ε/
  • Ff (ef) /f/
  • Gg (ge) /g/
  • Hh (ha) /ha/
  • Ii (i) /i/
  • Jj (je) /j/
  • Kk (ka)/k/,/?/
  • Ll (el) /l/
  • Mm (em) /m/
  • Nn (en) /n/
  • Oo (o) /o/, /ɔ/
  • Pp (pe) /p/
  • Qq (ki) /k/
  • Rr (er) /r/
  • Ss (es) /s/
  • Tt (te) /t/
  • Uu (u) /u/
  • Vv (fe) /te/
  • Ww (we) /w/, /W/
  • Xx (eks) /k/+/s/
  • Yy (ye) /y/
  • Zz (zet) /z/

Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan u.[2] Contoh pemakaian dalam kata vokal di awal di tengah di akhir pada huruf a seperti api, padi, lusa.[2] Dalam vokal e seperti enak, petak, sore, sedangkan dalam vokal i contohnya itu, simpan, murni.[2] Serta dalam vokal o seperti oleh, kota, radio, dan terakhir pada vokal u contohnya ulang, bumi, ibu.[2] Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.[2]

Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.[2][3] Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah khusus untuk nama dan keperluan ilmu.[2]

Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.[2] Contoh penggunaan diftong ai pada awal, tengah dan akhir adalah sebagai berikut ain, malaikat, pandai.[3] Sedangkan pada diftong au seperti aula, saudara, harimau.[3] Serta pada diftong oi di awal kata tidak ditemui, sedangkan untuk di tengah dan akhir seperti boikot dan amboi.[3]

Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.[2] Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.[2] Sama seperti kata yang lain, gabungan huruf konsonan bisa terdapat pada awal, tengah, dan akhir kata.[3]

Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia

Prinsip morfologis merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah fonem yang memiliki posisi tertentu dalam morfem atau kata jadian.[1]Dua kaidah tersebut adalah:

  • Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.[1]
  • Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian diftong ditulis u dan i.[1]

'Prinsip historis/tradisional berlaku bagi beberapa kata serapan, antara lain:[1]

  • Grafem yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan tak bersuara pada akhir suku kata. Penggunaan ini digunakan untuk fonem /p/, dan d untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j untuk /c/.[1]
  • Grafem i di muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.[1]
  • Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.[1]
  • Bunyi Hamzah atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik tunggal walaupun tanda petik juga dapat digunakn untuk kata yang lain, misalnya penulisan Jum'at. [1]
  • Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan lama, misalnya pengucapan Inggeris dan Sastera.[1]
  • Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan Ejaan Soewandi bahkan Ejaan Van Ophuijsen, misalnya Soekarno dan Soeharto.[1]
  • Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya, misalnya Michael dan New York.[1]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 27.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "”rujukan1”" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ a b c d e f g h i j Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 8.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "”rujukan2”" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ a b c d e Menteri Pendidikan Nasional (2009). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 3.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "”rujukan3”" didefinisikan berulang dengan isi berbeda