Kimigayo

salah satu lagu kebangsaan

Kimigayo[1] (君が代, pengucapan bahasa Jepang: [kimiɡajo]; "Kekuasaan Yang Mulia") adalah lagu kebangsaan Jepang. Liriknya termasuk yang tertua di dunia. Dengan panjang lirik hanya 30 aksara, menjadikannya sebagai lagu kebangsaan terpendek di dunia. Liriknya berasal dari sebuah antologi waka zaman Heian berjudul Kokin Wakashū.[2] Melodinya digubah pada tahun 1880 untuk menggantikan melodi usang yang dibuat oleh John William Fenton 11 tahun sebelumnya.

Kimigayo
B. Indonesia: Kekuasaan Yang Mulia
(きみ) ()
Lembar musik "Kimigayo"

Lagu kebangsaan  Jepang
Penulis lirikpuisi waka,
Zaman Heian (794–1185)
KomponisYoshiisa Oku dan Akimori Hayashi (digubah oleh Franz Eckert, 1880)
Penggunaan1869 (musik)
1870 (lirik)
3 November 1880 (musik)
Penggunaan ulang13 Agustus 1999
Sampel audio
"Kimigayo" (instrumental)
Sampel audio
Kimigayo

Pandangan masa kini

Berdasarkan survei yang diadakan oleh TV Asahi di tahun 1999, kebanyakan orang Jepang menganggap Kimigayo sangat penting, meskipun mereka juga tahu bahwa lagu tersebut sangat kontroversial jauh sebelum disahkannya UU Bendera dan Lagu Kebangsaan.[3] Namun, jajak pendapat yang diadakan oleh Mainichi Shimbun di tahun yang sama menunjukkan sebaliknya. Kebanyakan responden menentang UU tersebut atau meminta parlemen untuk berpikir dua kali sebelum mengesahkan UU tersebut.[4] Banyak murid sekolah yang mengeluh karena mereka selalu dipaksa untuk menyanyikan Kimigayo tiap hari, padahal mereka tidak paham arti liriknya dan tidak diajari tentang sejarah penggunaannya.[5] Kontroversi seputar penggunaan lagu kebangsaan di acara sekolah masih tetap ada hingga kini.

Lirik

Lirik resmi
Kana (Hiragana)
Romaji
IPA
Terjemahan langsung
Tafsiran

君が代は
千代に八千代に
さざれ石の
いわおとなりて
こけのむすまで

きみがよは
ちよにやちよに
さざれいしの
いわおとなりて
こけのむすまで

Kimigayo wa
Chiyo ni yachiyo ni
Sazare-ishi no
Iwao to narite
Koke no musu made

(Semoga) kekuasaan Yang Mulia
(Terus berlanjut hingga) seribu, delapan ribu generasi
Hingga batu kecil
(Berubah) menjadi batu besar
(Yang) diselimuti lumut

Semoga Jepang
kekal abadi
selama-lamanya.

Perdebatan

Lagu kebangsaan Jepang dianggap sebagai lagu kebangsaan paling kontroversial di dunia karena sejarah pascaperangnya.[6] Dunia pendidikan sejak lama terjebak dalam pusaran kontroversi lagu kebangsaan dan bendera nasional.[7] Dinas Pendidikan Tokyo mewajibkan sekolah-sekolah di bawah naungannya untuk mengumandangkan Kimigayo dan mengibarkan bendera Hinomaru setiap acara sekolah. Perintah tersebut mengharuskan guru sekolah untuk menghormati kedua simbol tersebut atau berisiko kehilangan pekerjaan bila tidak dilaksanakan.[8] Pada tahun 1999, beberapa guru di Hiroshima menolak untuk menyanyikan lagu kebangsaan ketika Dinas Pendidikan Hiroshima mewajibkannya. Saat ketegangan muncul di antara mereka, seorang wakil kepala sekolah memilih bunuh diri. Kejadian serupa terjadi di Osaka pada tahun 2010, di mana 32 orang guru menolak untuk menyanyikan lagu tersebut dalam sebuah upacara. Pada tahun 2011, sembilan orang guru bergabung dengan aksi penolakan, bersama delapan guru lainnya pada tahun 2012.[9] Wali kota Osaka saat itu, Hashimoto Toru, menyebut "syukurlah para oknum guru yang menistakan lagu kebangsaan satu persatu mulai muncul ke permukaan."[10] Beberapa memprotes bahwa aturan tersebut melanggar Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa dan klausul "kebebasan berpikir, berkeyakinan dan hati nurani" dalam Konstitusi Jepang,[11] namun dinas pendidikan berdalih sekolah adalah lembaga negeri sehingga mereka memiliki kewajiban untuk mengajari siswanya bagaimana menjadi warga negara Jepang yang baik. Para guru gagal mengajukan tuntutan pidana terhadap Gubernur Tokyo Shintarō Ishihara dan para pejabat senior karena mewajibkan guru untuk menghormati Hinomaru dan Kimigayo.[12] Setelah melalui banyak perdebatan, Persatuan Guru Jepang akhirnya memilih menerima aturan tersebut. Sedangkan Persatuan Guru dan Staf Seluruh Jepang bersikukuh menolak aturan tersebut diimplementasikan dalam dunia pendidikan.[13]

Pada tahun 2006, Katsuhisa Fujita, seorang pensiunan guru di Tokyo, diancam dengan hukuman penjara dan denda 200.000 yen (sekitar 17 juta rupiah) setelah ia dituduh mengganggu upacara kelulusan di Sekolah Menengah Itabashi dengan mendesak para peserta untuk tetap duduk selama lagu kebangsaan dikumandangkan.[14] Pada saat Fujita dijatuhi hukuman, 345 guru telah dihukum karena menolak ambil bagian dalam acara yang berhubungan dengan lagu kebangsaan, meskipun Fujita adalah satu-satunya orang yang dihukum sehubungan dengan hal itu.[15] Pada tanggal 21 September 2006, Pengadilan Distrik Tokyo memerintahkan Pemerintah Metropolitan Tokyo untuk membayar kompensasi kepada para guru yang telah dijatuhi hukuman di bawah arahan Dewan Pendidikan Tokyo. Perdana Menteri Junichiro Koizumi berkomentar, "Merupakan hal yang sangat wajar untuk memperlakukan lagu kebangsaan secara khidmat". Pemerintah Metropolitan kemudian mengajukan banding atas keputusan tersebut.[16] Sejak 23 Oktober 2003 hingga 2008, 410 guru dan pekerja sekolah dihukum karena menolak berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan sesuai perintah kepala sekolah.[17] Guru juga bisa dihukum jika siswanya tidak berdiri saat Kimigayo dikumandangkan saat upacara sekolah.[11]

Pada tanggal 30 Mei 2011 dan 6 Juni 2011, dua panelis Mahkamah Agung Jepang memutuskan bahwa kewajiban guru untuk berdiri di depan Hinomaru dan menyanyikan Kimigayo selama upacara sekolah sudah sesuai dengan amanat konstitusi. Dalam membuat keputusan, panel meratifikasi keputusan Pengadilan Tinggi Tokyo dalam memutuskan 13 guru yang mengajukan banding setelah didisiplinkan antara tahun 2003 dan 2005 karena menolak untuk berdiri dan menyanyikan lagu kebangsaan.[18]

Di luar dunia pendidikan, ada kontroversi mengenai Kimigayo segera setelah berlakunya undang-undang tahun 1999. Sebulan setelah undang-undang itu diberlakukan, rekaman yang berisi penampilan Kimigayo oleh musisi rock Jepang Kiyoshiro Imawano dihapus oleh Polydor Records dari albumnya Fuyu no Jujika. Polydor tidak ingin dituntut pasal penistaan terhadap negara oleh kelompok sayap kanan. Menanggapi hal tersebut, Imawano kembali merilis album tersebut melalui label independen dengan lagu yang sama.[19]

Lihat juga

Rujukan

Catatan
  1. ^ Kamus Kanji Modern Jepang-Indonesia (Nelson) menulisnya Kimigayo, begitu pula dengan MOFA dan situs pemerintah Jepang. Alternatif penulisan menurut Kamus Jepang-Indonesia (Matsuura) adalah Kimi-ga-yo, di mana tanda - berarti boleh ada spasi. Alih aksara bahasa Jepang tidak mengatur kapitalisasi dan spasi.
  2. ^ "「君が代」の歴史的変遷". 同志社女子大学. Diakses tanggal 2021-03-29. 
  3. ^ Asahi Research. TV Asahi. 国旗・国歌法制化について [About the Law of the Flag and Anthem]; 1999-07-18 [archived 2008-05-23; cited 2008-03-11]. (dalam bahasa Jepang).
  4. ^ Japan Times. Japan Times. Flag-anthem law no end to controversy; 1999-07-09 [cited 2015-12-21]. (dalam bahasa Inggris).
  5. ^ Japan Times. Japan Times. ‘Kimigayo’ controversy leaves students indifferent, confused; 1999-07-09 [cited 2015-12-21]. (dalam bahasa Inggris).
  6. ^ Marshall, Alex (2016). Republic or Death! Travels in Search of National Anthems. London: Windmill Books. hlm. 99–100. ISBN 9780099592235. Semua lagu kebangsaan menimbulkan kontroversi di beberapa poin... Tapi tidak peduli seberapa panas kontroversi seperti itu, tidak ada yang menyamai Kimigayo. Ini adalah konflik yang telah terjadi di sekolah-sekolah Jepang selama lebih dari 70 tahun. Guru kehilangan pekerjaan karenanya. Mereka telah menerima ancaman pembunuhan karenanya. Para orang tua dibiarkan linglung olehnya, mengkhawatirkan masa depan anak-anak mereka. Dan ya, Toshihiro Ishikawa bunuh diri karenanya. 
  7. ^ Weisman, Steven R. For Japanese, Flag and Anthem Sometimes Divide. The New York Times. 1990-04-29 [cited 2010-01-02].
  8. ^ McCurry, Justin. A touchy subject. Guardian Unlimited. 2006-06-05 [cited 2008-01-14]. The Guardian.
  9. ^ "8 Osaka teachers to be punished for refusal to sing national anthem". Japan Today. Japan Today. Diakses tanggal February 25, 2012. 
  10. ^ "Teachers Who Refused To Sing National Anthem Face Punishment". japanCRUSH. Beth. Diakses tanggal March 6, 2013. 
  11. ^ a b Grossman; Lee, Wing On; Kennedy§first3=Kerry (2008). Citizenship Curriculum in Asia and the Pacific. Springer. hlm. 85. ISBN 978-1-4020-8744-8. Diakses tanggal 2010-10-12. 
  12. ^ The Japan Times. Ishihara's Hinomaru order called legit; 2006-01-05 [cited 2007-12-04].
  13. ^ Heenan 1998, hlm. 206
  14. ^ Kyodo News (2006-05-24). "Feature: Upcoming verdict on retired teacher draws attention". Kyodo News On The Web. Published by Kyodo News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-06-18. Diakses tanggal 2006-07-29.  Hapus pranala luar di parameter |work= (bantuan)
  15. ^ "Japanese teacher fined for anthem protest". The Taipei Times. AFP. 2006-05-31. Diakses tanggal 2010-10-14. 
  16. ^ "City Hall to appeal 'Kimigayo' ruling". The Japan Times Online. The Japan Times. 2006-09-23. Diakses tanggal 2007-10-25. 
  17. ^ "2 teachers punished for refusing to stand up, recite 'Kimigayo'". Kyodo News. Japan Today. 2008-05-24. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-10-15. Diakses tanggal 2010-10-14. 
  18. ^ Kyodo News. "Top court again backs 'Kimigayo' orders". The Japan Times Online. The Japan Times. Diakses tanggal 15 October 2011. 
  19. ^ McClure, Steve (1999-09-25). "Polydor Censors Japanese Rocker". Billboard Magazine. Billboard. hlm. 73. Diakses tanggal 2009-08-25. 
Daftar Pustaka
Perundang-undangan
Didahului oleh:
Kimigayo
Lagu kebangsaan Jepang
(1868–sekarang)
Diteruskan oleh:
-
Didahului oleh:
Kimigayo
Lagu kebangsaan Taiwan
(1895-1945)
Diteruskan oleh:
Tiga Prinsip Rakyat
(1945–sekarang)
Didahului oleh:
Lagu kebangsaan Kekaisaran Korea
(1902–1910)
Kimigayo
Lagu kebangsaan Korea
(1910–1945)
Diteruskan oleh:
Aegukga
(1948–sekarang, di Korea Selatan)
Aegukka
(1948–sekarang, di Korea Utara)