Malnutrisi

Revisi sejak 25 Januari 2022 02.03 oleh Luna Septalisa Pratiwi (bicara | kontrib) (Menambah pranala)

Malnutrisi atau malagizi adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun sering kali disamakan dengan kurang gizi (undernutrition) yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh. Dan juga mencakup kekurangan akan beberapa jenis vitamin dan mineral (micronutrient).[1] Seorang akan mengalami malagizi jika tidak mengonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malagizi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi.

Persentasi populasi kurang gizi menurut negara berdasarkan statistik PBB.

Adapun beberapa gejala dan tanda dari malnutrisi berupa, kulit pucat dan kering, mudah memar, ruam kulit, perubahan pigmen kulit, sakit pada sendi, gusi mudah berdarah, kesulitan berkonsetrasi, pusing, depresi dan gelisah.[2][3] Malnutrisi merupakan kondisi medis yang umum dan setidaknya setiap negara terjangkit setidaknya satu jenis daripada malnutrisi.[4]Wanita, balita, anak-anak dan remaja cenderung lebih rentan terkena malnutrisi.[5]

Malnutrisi pada pada anak-anak, terkhususnya pada 1000 hari awal kehidupan anak, dapat menyebabkan pengerdilan dan ini mempengaruhi kualitas hidup hingga dewasa [6]. Selain itu, malnutrisi berkontribusi kepada 45% kematian anak dibawah 5 tahun.[5]

Paramater malnutrisi

Salah satu tanda gizi buruk atau malnutrisi pada balita adalah berat badan balita berada di bawah garis merah dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Cara mengetahuinya adalah dengan melakukan pengukuran fisik anak atau antropometri, seperti pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan dan lain-lain, kemudian dibandingkan dengan angka standar (anak normal). Ada tiga parameter malnutrisi yang digunakan pada anak, yaitu berat badan dibandingkan umur anak, tinggi badan dibandingkan umur anak dan berat badan dibandingkan tinggi badan, kemudian parameter dibandingkan dengan nilai standar. Pasien anak dapat dikatakan mengalami malnutrisi apabila mengalami penurunan berat badan hingga lebih dari 2% selama kurang dari 7 hari perawatan, 5% dalam 8-30 hari perawatan atau lebih dari 10% selama lebih dari 30 hari perawatan.[7]

Penyebab umum

Malnutrisi dapat disebabkan oleh kekurangan asupan makanan, terisolasi secara sosial, ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan, kemiskinan, gangguan makan, kondisi kesehatan mental dan efek samping obat-obatan.[8][9] Sedangkan pada anak-anak umumnya disebabkan oleh kurangnya nafsu makan, gangguan pencernaan, dan bertambahnya kebutuhan energi yang dibutuhkan tubuh, terkena infeksi parasit, campak, diare, malaria, meminum air kotor, AIDS, penyakit hati, penyakit ginjal dan kekurangan asupan gizi tambahan.[6][9]

Pada orang usia lanjut (lansia), status gizi berhubungan erat pula dengan kapasitas fungsional. Risiko malnutrisi pada usia lanjut ditemukan sebesar 8,6% pada perempuan dan 5,6% pada laki-laki. Ada pun faktor yang mempengaruhi malnutrisi pada orang usia lanjut, seperti kesulitan mengunyah, menelan dan merasakan makanan (bisa akibat perawatan mulut yang tidak memadai pada lansia, penurunan kemampuan indera perasa, hilangnya gigi, faktor penyakit dan jenis makanan yang disediakan) serta gangguan kognitif yang menyebabkan lansia mengalami kemunduran fisik, psikis dan sosial sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.[10]

Diagnosa

Kondisi malnutrisi dapat diperiksa melalui pengecekan fisik pada dokter, tes darah dan tes air seni.[3] Pengecekan fisik mencakup pengukuran berat dan tinggi badan, penentuan indeks massa tubuh, memperkirakan jumlah otot dan massa pada lengan atas, pengecekan terhadap gejala malnutrisi.[11]

Jenis malnutrisi

Ada dua jenis malnutrisi, yaitu kekurangan gizi (undernutrition) dan kelebihan gizi (overnutrition).

Kekurangan gizi (undernutrition)

Jenis malnutrisi ini terjadi karena tubuh tidak mendapatkan asupan protein, kalori atau zat gizi mikro yang cukup. Kekurangan gizi berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti berat badan yang kurang dan stunting (perawakan pendek).[12]

Secara klinis, keadaan malnutrisi dapat bermanifestasi sebagai berikut.

  1. Malnutrisi energi protein (PEM): PEM merupakan kondisi ketika asupan makanan tidak memiliki makronutrien (karbohidrat, protein dan lemak). Anak dengan kondisi PEM akan mengalami kegagalan pertumbuhan. Pada kasus akut, anak bisa mengalami penurunan berat badan sehingga tampak kurus dan kehilangan lemak tubuhnya. Pada kasus kronis, anak yang tidak mendapat asupan gizi yang memadai dalam waktu lama akan mengalami stunting sehingga tubuhnya menjadi pendek dibandingkan dengan rentang tinggi badan normal. PEM adalah kelompok penyakit yang terdiri atas marasmus, kwashiorkor dan marasmius-kwashiorkor.[13] Marasmus adalah kondisi kekurangan kalori dan energi. Pada umumnya, marasmus diderita oleh bayi (pada dua belas bulan pertama) karena terlambat diberi makanan tambahan. Marasmus merupakan malnutrisi pada pasien yang menyebabkan penderitanya kehilangan lebih dari 10% berat tubuhnya, dengan tanda-tanda klinis berupa berkurangnya simpanan lemak dan protein yang disertai dengan gangguan fisiologis, tanpa adanya cedera atau kerusakan jaringan (sepsis).[13][14] Kwashiorkor adalah kondisi kekurangan protein. Pada umumnya kwashiorkor dialami oleh pasien yang mengalami hipermetabolik sesaat mengalami cedera hebat atau sepsis berat jika terjadi edema di seluruh tubuh dan hipoalbuminemia. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak berusia dua hingga tiga tahun akibat terlambat disapih sehingga komposisi makanan tidak seimbang, terutama unsur protein.[13][14] Marasmus-kwashiorkor adalah gabungan antara kondisi marasmus dan kwashiorkor. Kondisi malnutrisi ini terjadi karena makanan sehari-harinya tidak mengandung protein dan energi yang cukup untuk pertumbuhan normal. Mereka yang mengalami marasmus-kwashiorkor bisa mengalami penurunan berat badan hingga di bawah 60% dari berat badan normal.[13][14]
  2. Penyakit defisiensi makronutrien (MDD): Defisinsi makronutrien didefinisikan sebagai kekurangan vitamin dan mineral esensial yang dibutuhkan oleh meski dalam jumlah sedikit untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mikronutrien esensial dalam hal ini antara lain (tetapi tidak terbatas pada) zat besi, seng, kalsium, yodium, vitamin A, B dan C. Defisiensi mikronutrien merupakan masalah kesehatan global yang penting. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada lebih dari dua miliar penduduk dunia mengalami defisiensi mikronutrien. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan fisik dan mental yang buruk pada anak-anak, kerentanan terhadap penyakit, keterbelakangan mental, kebutaan dan gangguan umum pada produktivitas dan potensi.[15]

Defisiensi vitamin A

Setidaknya diperkirakan sebanyak 250 juta anak-anak prasekolah yang terjangkit kondisi ini. Begitu pula dengan wanita hamil, terkhususnya pada triwulan akhir kehamilan.[6] Kekurangan vitamin A umumnya menyebabkan kebutaan pada anak-anak. Diperkirakan terdapat 250,000 sampai 500,000 anak yang kekurangan vitamin A menjadi buta setiap tahunya, dan setengahnya meninggal dalam 12 bulan sejak kehilangan penglihatanya[16].

Defisiensi seng

Defisien zat seng merupakan kondisi umum secara global, dan lebih sering dijumpai pada negara berkembang.[17] Kondisi ini dapat diwariskan atau terkena infeksi, radang, gastroenteritis, dan penyakit kulit.[17] Defisiensi zat seng yang akut dapat menyebabkan gagalnya pertumbuhan, infeksi, diare, hipogonadisme dan dermatitis, serta meningkatnya resiko terkena diabetes mellitus dan obesitas.[18]

Defisiensi yodium

Defisien yodium merupakan penyebab umum terjadinya gangguan jiwa, setidaknya 54 negara terjangkit kondisi ini.[19] Penyakit gondok merupakan tanda jelas terkena kondisi ini, dan sering terjangkit oleh perempuan.[6] Defisiensi yodium akut pada ibu dapat menyebabkan kretinisme pada bayi yang lahir. Anak ini umumnya akan tuli, bodoh, lambat, dan tendesi terkena sembelit.[6]

Defisiensi zat besi

Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi paling sering yang terjadi pada anak-anak di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. Secara epidemiologi, prevalensi tertinggi ditemukan pada akhir usia akhir bayi hingga masa awal anak-anak, diantaranya terdapat pada masa kehamilan dan percepatan pertumbuhan anak-anak yang disertai dengan rendahnya asupan besi dari makanan atau konsumsi susu formula dengan kadar besi yang kurang. Selain ittu, ADB juga sering ditemukan pada remaja akibat percepatan tumbuh, asupan besi yang tidak besi dan diperberat dengan kehilangan darah karena menstruasi yang terjadi pada remaja putri. Kekurangan zat besi sangat berdampak pada fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan bayi. Pada ibu hamil, kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko prenatal dan mortalitas bayi.[20]

Defisiensi kalsium

Kalsium berfungsi penting bagi tubuh untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat, membantu pembekuan darah yang normal dan regulasi kontraksi otot, termasuk otot jantung. Kurangnya konsumsi kalsium menyebabkan tubuh menguras simpanan kalsium yang terdapat pada tangan, kaki dan tulang panjang lainnya sehingga lama kelamaan tulang akan kekurangan kalsium dan menjadi keropos bahkan bisa mengalami patah tulang.[21]

Gejala penyakit kekurangan kalsium atau hipokalsemia dapat dialami oleh siapa saja, baik yang masih muda maupun yang sudah tua. Tanda-tanda yang mudah dikenali ketika tubuh mengalami hipokalsemia antara lain sering kram otot, kelelahan parah, kuku mudah patah, rentan cedera tulang, gejala pramenstruasi parah pada wanita, masalah pada gigi dan depresi.[22]

Kelebihan gizi (overnutrition)

Kebalikan dari kekurangan gizi, kelebihan gizi dapat terjadi ketika tubuh mendapat asupan protein, kalori dan lemak secara berlebih sehingga mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas.[12]

Malnutrisi akut berat

Malnutrisi akut berat (Severe acute malnutrition) merupakan bentuk malnutrisi yang diasosiasikan dengan kerawanan pangan, panceklik, gagal panen, dan malapetaka alam atau buatan manusia. [6] Kondisi dapat pula disebabkan oleh HIV dan disabilitas.[23] Malnutrisi akut dapat mengancam jiwa. Tanpa pengobatan yang efektif, tingkat kematian pada anak-anak mencapai 30% sampai 50%.[24] Penderita malnutrisi akut berat ada yang harus dirawat di rumah sakit bila terdapat gejala bilateral pitting edema dan satu gejala ISPA, seperti demam tinggi, anemia berat dan kehilangan kesadaran.[25]

Malnutrisi moderat

Malnutrisi moderat lebih umum dan lebih mudah dikenali daripada malnutrisi akut berat. Ditandai dengan rendahnya berat badan daripada tinggi badan, rendahnya tinggi badan dan kombinasi keduanya.[6]

Konsekuensi Umum

Malnutrisi mempengaruhi fungsi sistem organ tubuh. Adapun beberapa yang terkena adalah sebagai berikut:

Fungsi otot

Menurunnya berat badan akibat penipisan massa lemak dan otot, termasuk massa organ tubuh merupakan tanda paling umum dalam malnutrisi dan hal ini menyebabkan penurunan fungsi otot.[26]

Fungsi pernapasan

Penurunan massa otot kardio, yang menimbulkan penurunan pengeluaran pompa jantung. Pada kekurangan vitamin elektrolit dapat juga mengakibatkan penurunan fungsi pernapasan dan kurangnya tekanan dalam batuk.[26]

Fungsi pencernaan

Nutrisi yang cukup penting untuk menjaga fungsi pencernaan. Malnutrisi akut berat mengakibatkan perubahan fungsi pankreas eksokrin, aliran darah pada usus, permeabilitas usus dan sulutnya menyerap air pada usus besar.[26]

Penyembuhan luka dan imun tubuh

Penyembuhan luka pada tumbuh memakan waktu lebih lama dan terjadinya penurunan imun yang dapat meningkatkan resiko terkena infeksi dan terjangkit penyakit lainnya.[27]

Akibat malnutrisi pada wanita

Malnutrisi menimbulkan berbagai ancaman pada wanita, seperti melemahkan kemampuan wanita untuk melahirkan, lebih mudah terkena infeksi dan menurunkan kemampuan pemulihan dari penyakit. Malnutrisi juga dapat mengurangi produktivitas mereka sehingga berpengaruh terhadap pekerjaan dan mengurangi pendapatan serta kemampuan untuk merawat keluarga. Dampak gizi buruk yang dialami oleh wanita sebelum dan selama kehamilan dapat menghambat pertumbuhan janin (PJT), berat badan bayi lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan berbagai organ vital bayi serta meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi.[28]

Pengobatan

Pengobatan Malnutrisi di Rumah

  • Membuat daftar asupan makanan dengan bantuan penasihat gizi atau dokter untuk meningkatkan asupan nutrisi.
  • Meminum suplemen vitamin dan mineral sesuai yang dianjurkan.
  • Memakan asupan protein berupa protein batangan atau suplemen protein bagi malnutrisi energi protein.
  • Memonitor indeks massa tubuh secara teratur untuk mengecek perkembangan atau respons terhadap program asupan yang baru.
  • Berikan makanan yang memiliki tekstur lembut dan bubur. Bagi yang kesulitan menelan dan mengunyah.[29]

Pengobatan Malnutrisi di Rumah Sakit

Pada pengobatan di rumah sakit, umumnya ditangani oleh pihak profesional seperti ahli gizi, ahli gastroenterologi, perawat spesialis nutrisi, dan pekerja sosial. Kemampuan untuk minum dan makan akan diperiksa secara rutin jika berada di rumah sakit. Bagi yang tidak mampu menelan makanan, maka digunakan tabung makanan. Terdapat dua jenis tabung makanan, yakni tabung nasograstik dan tabung PEG (percutaneous endoscopic gastronomy). Tabung nasogastik dimasukan melalui hidung ke perut dan tabung PEG diletakkann dengan bantuan operasi langsung di perut melalui abdomen.[30]


Referensi

  1. ^ Streit, Lizzie (27 September 2018). "Micronutrients: Types, Functions, Benefits and More". Healthline (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 Desember 2021. 
  2. ^ Bloxham, Lucy (27 Juli 2020). "What's the difference between malnutrition and undernutrition, and why is it important?". Concern Worldwide (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 Desember 2021. 
  3. ^ a b "Malnutrition". www.hopkinsmedicine.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 Desember 2021. 
  4. ^ Saunders, John; Smith, Trevor (2010). "Malnutrition: causes and consequences". Clinical Medicine. 10 (6): 624–627. doi:10.7861/clinmedicine.10-6-624. ISSN 1470-2118. PMC 4951875 . PMID 21413492. 
  5. ^ a b "Fact sheets - Malnutrition". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 31 Desember 2021. 
  6. ^ a b c d e f g Lankester, Ted. "Preventing and Treating Childhood Malnutrition" (dalam bahasa Inggris). doi:10.1093/med/9780198806653.001.0001/med-9780198806653-chapter-14#med-9780198806653-chapter-14-div2-188. 
  7. ^ NURRIZQI;, EKA FAJAR (2018). GAMBARAN MALNUTRISI RUMAH SAKIT PASIEN ANAK DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI (dalam bahasa Indonesia). Prodi DIII Gizi Semarang POLTEKKES KEMENKES SEMARANG. ISSN 2252-5068. 
  8. ^ "Malnutrition: Symptoms, causes, diagnosis, and treatment". www.medicalnewstoday.com (dalam bahasa Inggris). 2020-01-03. Diakses tanggal 2021-12-31. 
  9. ^ a b "Malnutrition – Causes". nhs.uk (dalam bahasa Inggris). 2017-10-23. Diakses tanggal 2021-12-31. 
  10. ^ Sari, Wulan; Septiani, Winda (2019). "Malnutrisi pada Lansia di Kota Pekanbaru". Jurnal Kesehatan Komunitas (dalam bahasa Inggris). 5 (1): 44–48. ISSN 2548-8538. 
  11. ^ "Undernutrition - Disorders of Nutrition". Merck Manuals Consumer Version (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-31. 
  12. ^ a b Olivia, Xena (23 September 2021). Sartika, Resa Eka Ayu, ed. "Penyakit Malnutrisi - Gejala, Penyebab, Pengobatan". KOMPAS.com. Diakses tanggal 24 Januari 2022. 
  13. ^ a b c d Roseno, ditulis olehdr Citra. "Penting! Jenis-Jenis Malnutrisi pada Si Kecil". klikdokter.com. Diakses tanggal 2022-01-24. 
  14. ^ a b c kesmas (2015-04-25). "Gejala Klinis Marasmus-Kwasiorkor-Marasmus Kwasiorkor". The Indonesian Public Health (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-24. 
  15. ^ Ritchie, Hannah; Roser, Max (2017-08-11). "Micronutrient Deficiency". Our World in Data. 
  16. ^ "Micronutrients". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-03. 
  17. ^ a b Maxfield, Luke; Shukla, Samarth; Crane, Jonathan S. (2021). Zinc Deficiency. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. PMID 29630283. 
  18. ^ Fukunaka, Ayako; Fujitani, Yoshio (2018-02-06). "Role of Zinc Homeostasis in the Pathogenesis of Diabetes and Obesity". International Journal of Molecular Sciences (dalam bahasa Inggris). 19 (2): 476. doi:10.3390/ijms19020476. ISSN 1422-0067. PMC 5855698 . PMID 29415457. 
  19. ^ "WHO | Micronutrient deficiencies". WHO. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  20. ^ Fitriany, Julia; Saputri, Amelia Intan (2018). "Anemia Defisiensi Besi". Jurnal Averrous. 4 (2). 
  21. ^ Nasrulhaq, Akfa. "Ini Akibatnya Jika Tubuh Kekurangan Kalsium". detikHealth. Diakses tanggal 2022-01-25. 
  22. ^ "Apa yang Terjadi Jika Tubuh Kekurangan Kalsium? Kenali 7 Gejala Hypocalcemia". VOI - Waktunya Merevolusi Pemberitaan. Diakses tanggal 2022-01-25. 
  23. ^ Groce, N.; Challenger, E.; Berman-Bieler, R.; Farkas, A.; Yilmaz, N.; Schultink, W.; Clark, D.; Kaplan, C.; Kerac, M. (2014-11-01). "Malnutrition and disability: unexplored opportunities for collaboration". Paediatrics and International Child Health. 34 (4): 308–314. doi:10.1179/2046905514Y.0000000156. ISSN 2046-9047. PMC 4232244 . PMID 25309998. 
  24. ^ "Malnutrition". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-03. 
  25. ^ Huriah, Titih; Trisnantoro, Laksono; Haryanti, Fitri; Julia, Madarina (2014). "Malnutrisi Akut Berat dan Determinannya pada Balita di Wilayah Rural dan Urban". Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal) (dalam bahasa Inggris). 9 (1): 50–57. doi:10.21109/kesmas.v9i1.456. ISSN 2460-0601. 
  26. ^ a b c Saunders, John; Smith, Trevor (2010-12). "Malnutrition: causes and consequences". Clinical Medicine. 10 (6): 624–627. doi:10.7861/clinmedicine.10-6-624. ISSN 1470-2118. PMC 4951875 . PMID 21413492. 
  27. ^ GREEN, C. J (1999). "Existence, causes and consequences of disease-related malnutrition in the hospital and the community, and clinical and financial benefits of nutritional intervention". Existence, causes and consequences of disease-related malnutrition in the hospital and the community, and clinical and financial benefits of nutritional intervention. 18: 3–28. ISSN 0261-5614. 
  28. ^ Azizah, Anisatun; Adriani, Merryana (2017). "TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PROTEIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER PERTAMA DAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS". Media Gizi Indonesia. 12 (1): 21–26. doi:10.20473/mgi.v12i1.21-26. ISSN 2540-8410. 
  29. ^ "Treatment of malnutrition". News-Medical.net (dalam bahasa Inggris). 2012-09-09. Diakses tanggal 2022-01-03. 
  30. ^ "Treating malnutrition | nidirect". www.nidirect.gov.uk (dalam bahasa Inggris). 2016-05-18. Diakses tanggal 2022-01-03.