Sigmund Freud

Revisi sejak 10 Maret 2022 07.12 oleh Saiful Arvandy (bicara | kontrib) (menambahkan isi artikel)

Sigmund Freud (6 Mei 1856 – 23 September 1939) adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi.[1] Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).[2] Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.

Sigismund Schlomo Freud
Sigmund Freud pada tahun 1920.
LahirSigismund Schlomo Freud
(1856-05-06)6 Mei 1856
Freiberg, Moravia, Austria–Hongaria, sekarang Republik Ceko
Meninggal23 September 1939(1939-09-23) (umur 83)
London, Inggris, Britania Raya
Tempat tinggalAustria, Britania Raya
KebangsaanAustria
AlmamaterUniversitas Vienna
Dikenal atasPsikoanalisis
PenghargaanGoethe Prize
Karier ilmiah
BidangNeurologi
Filosofi
Psikiatri
Psikologi
Psikoterapi
Psikoanalisis
Literatur
InstitusiUniversitas Vienna
TerinspirasiAristoteles, Börne, Brentano, Breuer, Charcot, Darwin, Dostoyevsky, Empedocles, Fliess, Goethe, Haeckel, Hartmann, Jackson, Jacobsen, Kant, Mayer, Nietzsche, Plato, Schopenhauer, Shakespeare, Sophocles
MenginspirasiAdorno, Althusser, Bass, Bloom, Breton, Brown, Chodorow, Dalí, Deleuze, Derrida, Firestone, Anna Freud, Fromm, Gallop, Gilligan, Grosz, Guattari, Habermas, Horney, Irigaray, Janov, Jones, Jung, Kandel, Khanna, Klein, Kovel, Kristeva, Lacan, Lyotard, Marcuse, Merleau-Ponty, Mitchell, Molyneux, Paglia, Perls, Rank, Reich, Ricœur, Rieff, Sartre, Solms, Stekel, Sullivan, Trilling
Tanda tangan

Pengalaman seksual dari ibu seperti menyusui. Selanjutnya mengalami perkembangannya atau tersublimasi, hingga memunculkan berbagai perilaku lain yang disesuaikan dengan aturan norma masyarakat atau norma ayah. Setelah kolega kerjanya yang bernama Alferd Adler mengungkapkan adanya insting mati di dalam diri manusia, walaupun Freud pada awalnya menolak pernyataan Adler tersebut dengan menyangkalnya habis-habisan. Pada akhirnya, Freud menyejajarkan atau tidak menunggalkan insting seksual saja yang ada di dalam diri manusia, tetapi disandingkan dengan insting mati (Thanatos). Walaupun begitu, dia tidak pernah menyinggung bahwa sebetulnya asal teori tersebut mulanya dikemukakan oleh Adler.

Freud tertarik dan mempelajari hipnosis di Prancis, lalu menggunakannya untuk membantu penderita penyakit mental. Freud kemudian meninggalkan hipnosis setelah ia berhasil menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan psikologis, yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut berasal dari konsep alam bawah sadar. Asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang tetapi terus mendorong keluar tanpa disadari sehingga menimbulkan permasalahan, sedangkan analisis mimpi digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar. Pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan, dan berbagai macam aktivitas emosi lain hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Oleh karena itu, metode analisis mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, dan kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil diungkap, penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.

Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai "obat dengan berbicara". Hal-hal ini menjadi unsur inti psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom konversi.

Teori-teori Freud serta caranya mengobati pasien menimbulkan kontroversi di Wina abad ke sembilan belas dan masih diperdebatkan sengit hingga sekarang. Gagasan Freud biasanya dibahas dan dianalisis sebagai karya sastra, filsafat, dan budaya umum, selain sebagai debat yang berkelanjutan sebagai risalah ilmiah dan kedokteran ini.

Freud merupakan tokoh menonjol terkait dengan pendapat-pendapatnya di bidang psikologi. Banyak istilah-istilahnya yang digunakan oleh umum, misalnya: ego, super ego, dan kompleks Oedipus.

Keluarga

Sigmund Freud lahir di Freiberg pada tanggal 6 Mei 1856. Keluarganya merupakan keturunan Yahudi.[3] Ayahnya bernama Yakub Freud sedangkan ibunya bernama Amalia Natashon. Ibunya menikah dengan ayahnya ketika ibunya berusia 19 tahun.[4] Ayahnya memiliki dua istri. Ia merupakan anak pertama dari ayahnya dengan ibu dari istri kedua.[5] Ayah Freud bekerja sebagai seorang pedagang. Ibunya dinikahi ketika anak dari istri pertamanya telah berusia dewasa. Freud memiliki dua kakak tiri laki-laki dari istri pertama ayahnya.[6] Usia kakak tiri Freud hampir sama dengan usia ibunya. Ketika masih kecil, Freud bermain dengan keponakannya yang merupakan anak dari kakak tirinya yang tertua.[4] Karena kondisi ekonomi yang memburuk, keluarganya pindah ke Wina ketika Freud masih berusia 4 tahun.[7]

Pendidikan

Sigmund Freud menempuh pendidikan di sebuah tempat yang setingkat dengan sekolah menengah atas. Tempat ini disebut gymnase. Di tempat ini, ia memperoleh pelajaran klasik mengenai kebudayaan Yunani dan kebudayaan Romawi Kuno. Ia juga menerima pelajaran mengenai humanisme. Selama menempuh pendidikan, Freud mempelajari beberapa bahasa, yaitu bahasa Latin, bahasa Prancis dan bahasa Inggris. Bahasa Prancis dan bahasa Inggris dikuasainya dengan baik. Sementara di rumah, ia menerima pendidikan agama dengan mempelajari bahasa Ibrani, bahasa Italia dan bahasa Spanyol.[8]

Pemikiran-pemikiran

Alam bawah sadar

Freud menyatakan bahwa alam bawah sadar merupakan bagian terbesar dari pikiran. Alam bawah sadar merupakan tempat menyimpan pemikiran-pemikiran yang rumit seperti nafsu, insting, kenangan, atau emosi yang timbul akibat trauma. Alam bawah sadar bagi Freud merupakan sumber motivasi terhadap hasrat individu yang bersifat sederhana hingga yang bersifat kreatif.[9] Menurut Freud, sumber alam bawah sadar ini berasal dari pewarisan filogenetika. Pewarisan ini memberikan pengalaman-pengalaman yang mengalami pengulangan secara genetika.[10]

Teori kepribadian

Pemikiran Sigmund Freud tentang kepribadian berkaitan dengan teorinya yang lain tentang mimpi. Kesimpulan yang diperolehnya dalam penelitiannya tentang mimpi, bahwa seluruh aktivitas manusia sangat dipengaruhi oleh alam bawah sadar. Kesimpulan ini berlaku pada aktivitas manusia yang bersifat normal maupun yang tidak normal. Pada taraf tertentu, adanya mimpi menandakan bahwa seluruh manusia mengidap neurosis. Aktivitas manusia yang mengalami tekanan memiliki keterkaitan yang sangat erat terhadap mimpi yang berasal dari alam bawah sadar. Tekanan tersebut berubah menjadi perilaku aneh dan kebiasan neurosis lainnya di dalam mimpi.[11]

Teori kepribadian manusia yang dikembangkan oleh Freud juga berasal dari pengalaman-pengalamannya dalam menangani pasien yang mengalami pernah mengalami mimpi. Ia juga mengalami langsung mimpi-mimpi yang kemudian dianalisisnya. Teori kepribadian manusia yang dikembangkan olehnya juga merupakan hasil dari banyak bacaan Freud di bidang ilmu dan humaniora. Freud merevisi teori kepribadian yang dibuatnya selama 50 tahun terakhir dari masa hidupnya.[12]

Psikoanalisa

Sigmund Freud menjadi pencetus pertama mengenai teori psikoanalisis. Ia mengemukakan bahwa ketidaksadaran merupakan faktor terpenting dalam pikiran manusia. Ia memiliki minat terhadap eksplorasi psikoanalitik. Penelitiannya mengenai psikoanalisis bertujuan menemukan cara pikiran manusia dapat bekerja secara normal. Pemikiran awal mengenai psikoanalisis dikemukakan olehnya pada tahun 1893 Freud bersama dengan Josef Breuer. Keduanya menerbitkan sebuah buku berjudul Studi tentang Histeria. Pendapat awal dari Freud bahwa kehidupan psikis terbagi menjadi dua bagian yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Proporsi kedua bagian ini diumpamakan seperti gunung es yang tampak di permukaan laut. Bagian kesadaran adalah bagian gunung es yang tampak, sedangkan bagian ketidaksadaran adalah bagian gunung es yang tidak tampak. Ukuran bagian yang tidak tampak ini lebih besar dibandingkan dengan bagian gunung es yang tampak. Perumpamaan ini diartikan bahwa ketidaksadaran merupakan bagian yang memiliki banyak insting yang menyebabkan munculnya semua perilaku manusia. Konsep kesadaran dan ketidaksadaran oleh Freud direvisi lagi untuk kemudian diperkenalkan sebagai id, ego, dan super-ego.[13]

Freud menggunakan psikoanalisis yang dikembangkannya sebagai metode perawatan medis dan terapi bagi penderita penyakit saraf dan penderita gangguan jiwa.[14]

Id, ego dan super-ego

Id, ego dan super-ego merupakan struktur kepribadian manusia yang ditetapkan oleh Freud. Id berhubungan dengan prinsip kenikmatan dan kesenangan. Ego berhubungan dengan kesadaran dan tanggapan terhadap kenyataan sehingga menghasilkan pengambilan keputusan. Sedangkan super-ego berhubungan dengan penilaian nilai-nilai atau norma-norma yang berkaitan dengan kebaikan atau keburukan. Id berbentuk kebutuhan alami dan kebutuhan biologis manusia, seperti makan, minum dan persetubuhan. Ego merupakan penentu terhadap kenyataan yang sifatnya psikologis. Pemenuhan kebutuhan id secara sosial diterima. Sedangkan keberterimaan super-ego ditentukan oleh moral. Super-ego dapat membatasi id dan memaksa ego.[15]

Teori perkembangan psikoseksual

Teori perkembangan psikoseksual menyatakan bahwa ada perkembangan kepribadian yang dihasilkan melalui serangkaian tahapan masa kanak-kanak. Kepribadian in terbentuk karena adanya tujuan mencari kesenangan-energi dari id yang memusat pada area sensitif seksual tertentu. Pembentukan kepribadian ini menurut Freud sebagian besar terjadi pada usia lima tahun. Perkembangan awal ini kemudian mempengaruhi perilaku individu di masa depan. Teori perkembangan psikoseksual didukung oleh banyak ahli psikologi perkembangan. Namun, teori ini juga merupakan salah satu teori yang paling kontroversial.[16]

Agama

Freud menghubungkan antara agama dengan kondisi alam bawah sadar manusia. Ia mengaitkan agama dengan sistem kejiwaan yang dibuatnya yaitu id, ego, dan super-ego. Dalam hal ini, Freud menghubungkan agama dengan psikoanalisis. Ia berupaya menemukan kesamaan antara kondisi kejiwaan pasien neurosis dengan mitos-mitos antropologi budaya di masyarakat primitif.[17]

Pengaruh pemikiran

Psikonalisis yang dirintis oleh Freud merupakan salah satu aliran psikologi yang berpengaruh di dunia Barat maupun dunia Muslim. Penerimaan atas gagasannya ini berbentuk penerapan psikoanalisis sebagai basis utama dalam kajia mengenai perilaku dan kejiwaan manusia. Penerimaan ini berlaku secara lintas budaya, lintas bangsa dan lintas benua. Psikoanalisis Freud tidak hanya mempengaruhi bidang psikologi dan kedokteran, tetapi juga mempengaruhi bidang filsafat, agama, seni, sastra, antropologi dan politik.[18]

Kritik

Karen Horney

Karen Horney mengkritik pemikiran dari Freud saat ia baru memulai kariernya di bidang psikologi perempuan. Pada tahun 1922, ia mengembangkan pemikirannya sendiri mengenai psikologi perempuan. Pada tahun yang sama, ia menghadiri Kongres Psikologi Internasional di Berlin. Horney menjadi wanita pertama yang melakukan sebuah presentasi makalah pada kongres ini. Pada pertemuan ini, Freud menjadi pimpinan sidang. Kritik Horney terhadap Freud berkaitan dengan iri penis. Ia menyatakan bahwa pendapat Freud ini tidak memiliki data yang adekuat. Alasannya adalah wanita yang diwawancarai oleh Freud untuk menjelaskan iri penis merupakan wanita yang menderita neurosis.[19]

Wafat

Tentara Jerman Nazi telah menduduki Austria pada tahun 1937. Sigmund Freud menjadi salah satu sasaran dari kekerasan tentara ini, karena ia merupakan keturunan Yahudi. Karenanya, Freud meminta perlindungan kepada Inggris. Ia kemudian pindah ke Inggris dan hidup di negara ini hingga akhir hayatnya pada tahun 1939.[20] Sekitar 80 tahun dari usianya dilalui di kota Wina.[21] Freud wafat di London pada tanggal 23 September 1939.[22]

Bibliografi

Karya-karya Freud

Korespondensi

Biografi

Referensi

  1. ^ (Inggris)Feist J. dan G. J. Feist.2006.Theories of Personality 6th ed.Singapore:McGraw-Hill International Edition
  2. ^ (Inggris) Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah.
  3. ^ Hamali, Syaiful (2018). "Kepribadian Dalam Teori Sigmound Freud Dan Nafsiologi Dalam Islam". Al-Adyan. 13 (1): 287. ISSN 1907-1736. 
  4. ^ a b Riyadi, Fahmi (2015). "Sigmund Freud: Dari Psikoanalisis ke Agama" (PDF). Studi Multidisipliner. 2 (1): 3. 
  5. ^ Sumadi, Eko (2018). "Anomali Pendidikan Karakter". Jurnal Tarbawi. 15 (2): 26. ISSN 2088-3102. 
  6. ^ Hariyanto, Ishak (2016). "Etika Psikoanalisis Sigmund Freud sebagai Landasan Kesalehan Sosial". Al-Tazkiah. 5 (2): 100. 
  7. ^ Hutapea, Bonar (2011). "Menggeser Kesadaran Sebagai Pusat Manusia Yang Mutlak dan Otonom: Subjek Freudian Dalam Kritik Terhadap Filsafat Subjektivitas" (PDF). Psikobuana. 3 (2): 142. ISSN 2085-4242. 
  8. ^ Milner, Max (1992). Freu dan Interpretasi Sastra. Jakarta: Intermasa. hlm. 1. ISBN 979-8114-84-1. 
  9. ^ Wjiaya, A., dan Darmawan, I. P. A. (2019). "Optimalisasi Superego dalam Teori Psikoanalisis Sigmund Freud untuk Pendidikan Karakter" (PDF). Proceedings Seminar Nasional: Merajut Keragaman Untuk Mencapai Kesejahteraan Psikologis Dalam Konteks Masyarakat 5.0: 22. 
  10. ^ Warsah, Idi (2017). "Kontekstualita, Vol. 33, No. 1, 2017 54Interkoneksi Pemikiran Al-Ghazāli dan Sigmund Freud Tentang Potensi Manusia". Kontekstualita: Jurnal Penelitian Sosial dan Keagamaan. 33 (1): 63. ISSN 2548-1770. 
  11. ^ Helmy, Muhammad Irfan (2018). "Kepribadian Dalam Perspektif Sigmund Freud dan Al-Qur'an: Studi Komparatif". Nun. 4 (3): 109. 
  12. ^ Waslam (2015). "Kepribadian dalam Teks Sastra: Suatu Tinjauan Teori Sigmund Freud". Jurnal Pujangga. 1 (2): 138–139. 
  13. ^ Megantara, P., dkk. (2019). "Kajian Psikoanalisis dalam Novel Kala Karya Syahid Muhammad dan Stefani Bella". Caraka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta Bahasa Daerah. 9 (2): 119. 
  14. ^ Wijaya, Reffyando (2017). "Makna Hubungan Antartokoh dalam Proses Pembentukan Kepribadian Ganda Tokoh Suguro pada Novel Sukyandaru Karya Endo Shusaku" (PDF). Japanology. 5 (2): 204. 
  15. ^ Falah, Fajrul (2021). "Godaan Versus Integritas Seorang Hakim dalam Cerpen "Yang Mulia" Karya Insan Budi Maulana (Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud)". Nusa. 16 (1): 90–91. 
  16. ^ Habibie, Alfadl (2017). "Pengenalan Aurat bagi Anak Usia Dini dalam Pandangan Islam". Jurnal Pendidikan: Early Childhood. 1 (2): 4. 
  17. ^ Ahmad, Maghfur (2011). "Agama dan Psikoanalisa Sigmund Freud". Religia. 14 (2): 278. 
  18. ^ Afrizal, Lalu Heri (2014). "Psikoanalisa Islam, Menggali Struktur Psikis Manusia dalam Perspektif Islam". Jurnal Kalimah. 12 (2): 238–239. 
  19. ^ Hidayat, Dede Rahmat (2015). Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling (PDF). Bogor: Penebit Ghalia Indonesia. hlm. 111. 
  20. ^ Najtama, Fikria (2016). "Sigmund Freud; Perilaku Agama: Kritik Metodologis dan Agamis". Tasamuh: Jurnal Studi Islam. 8 (2): 343. ISSN 2086-6291. 
  21. ^ Juraman, Stefanus Rodrick (2017). "Naluri Kekuasaan Sigmund Freud: Book Review" (PDF). Jurnal Studi Komunikasi (edisi ke-3). 1: 281. ISSN 2549-7294. 
  22. ^ Husin (2017). "Id, Ego dan Superego Dalam Pendidikan Islam". Jurnal Ilmiah Al Qalam. 11 (3): 48. 

Pranala luar