A-4 Skyhawk

Pesawat Tempur Douglas A-4 Skyhawk

A-4 Skyhawk atau Douglas A-4 Skyhawk adalah pesawat serang jet udara-ke-darat, bertempat duduk tunggal dan ganda, berkecepatan sub-sonic yang awalnya dirancang untuk keperluan Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korps Marinir Amerika Serikat pada awal tahun 1950-an. Pesawat jet ini memiliki sayap berbentuk delta dan bermesin tunggal pancargas, dirancang dan diproduksi oleh Douglas Aircraft Corporation (yang kemudian menjadi McDonnell Douglas) dan awalnya diberi nama A4D sesuai dengan sistem penamaan proyek dalam Angkatan Laut Amerika Serikat pra-1962.

A-4 Skyhawk
A-4 milik TNI AU
TipePesawat serang/pengebom
PerancangEd Heinemann
Terbang perdana22 Juni 1954
Diperkenalkan1 Oktober 1956
Dipensiunkan
StatusPenggunaan terbatas di kalangan pengguna di luar Amerika Serikat
Pengguna utamaAngkatan Laut Amerika Serikat (sejarahnya)
Marinir AS (sejarahnya)
Pengguna lainIndonesia dan banyak negara lainnya
Jumlah produksi2.960 buah
Harga satuanUS$ 3,8 Juta (Rp59,16 Miliar)
Varian

Pesawat ini memiliki berat minimal untuk lepas landas tidak lebih dari 11.100 kg dan memiliki kecepatan tertinggi lebih dari 1.080 km/jam. A-4 Skyhawk bisa dilengkapi dengan beberapa peralatan misalnya, pelbagai macam peluru kendali, bom dan amunisi lainnya. Pesawat ini juga mampu membawa bom berat seperti yang pernah dibawa oleh pesawat era Perang Dunia II, pesawat pengebom Boeing B-17, dan bahkan bisa membawa peluru kendali berhulu ledak nuklir, B57 dan B61, dengan menggunakan sistem pengeboman "low-alltitude" dan teknik "loft delivery technique". Awalnya pesawat ini ditenagai oleh mesin Wright J65 dan baru mulai tipe A-4E dan seterusnya, ditenagai oleh mesin dari Pratt & Whitney J52.

Dalam sejarahnya, Skyhawk pernah digunakan oleh berbagai negara di luar Amerika Serikat, seperti Kuwait, Indonesia, Israel, Malaysia, Selandia Baru dan Singapura. Pesawat ini juga memainkan banyak peranan penting selama Perang Vietnam, Perang Yom Kippur, dan Perang Falkland. Skyhawk sendiri terus diproduksi hingga 27 Februari 1979 dengan jumlah produksi secara keseluruhan sebanyak 2.960 pesawat. Saat ini Skyhawk masih digunakan oleh Angkatan Udara Argentina dan Penerbang Angkatan Laut Brasil.

Desain dan pengembangan

sunting
 
Desain kedua, A4D-1

Skyhawk dirancang oleh Ed Heinemann dari Douglas Aircraft Company sebagai tanggapan atas kebutuhan AL AS akan pesawat serang bertenaga jet sebagai pengganti dari Douglas AD Skyraider (nantinya diberi nama A-1 Skyraider).[1] Heinemann memilih desain yang meminimalisir ukuran, berat, dan kompleksitas. Hasilnya adalah sebuah pesawat jet yang beratnya hanya setengah dari berat spesifikasi yang dipersyaratkan.[2] Pesawat ini memiliki sayap kompak sehingga tidak perlu dilipat untuk penyimpanan di dalam sebuah kapal induk. A-4 juga cukup bersaing dari segi harga. Sebanyak 500 buah produksi contohnya, hanya berharga US$ 860.000 per pesawat saja, di bawah anggaran yang diberikan sebesar US$ 1.000.000 maksimum.[3] Skyhawk yang berukuran kecil ini kemudian segera menerima julukan "Scooter", "Kiddiecar", "Bantam Bomber", "Tinker Toy Bomber", dan karena kinerja yang cepat, dijuluki "Heinemann’s Hot-Rod".[4] Di kalangan para penerbang TNI AU, pesawat ini terkenal sebagai "Si Bongkok".[5]

Pesawat ini memiliki desain konvensional pasca Perang Dunia II, dengan sayap delta terpasang rendah di badan pesawat, roda pendaratan sistem tiga roda, dan sebuah mesin turbojet di bagian belakang badan pesawat, dengan dua jalur masuk udara di sisi badan pesawat. Ekornya memiliki desain cruciform (berbentuk palang), dengan stabilisator horisontal terpasang di atas badan pesawat. Persenjataannya terdiri dari dua kanon Colt Mk 12, 20 mm (kaliber 0.79), satu di setiap ujung sayap, dengan 100 amunisi per kanon (sedangkan untuk tipe A-4M Skyhawk II dan semua tipe yang didasarkan dari model A-4M, memiliki 200 amunisi per kanon, seperti yang dimiliki oleh TNI AU)[5] dan pelbagai jenis bom besar, roket, dan misil yang dibawa pada bagian tengah badan pesawat dan di bawah setiap sayap (awalnya satu setiap sayap, dan pada pengembangan berikutnya menjadi dua).[6]

Desain A-4 ditujukan untuk mengutamakan kesederhanaan. Pilihan sayap delta, misalnya, dikombinasikan dengan kecepatan dan manuverabilitas dengan kapasitas bahan bakar besar dan ukuran kecil secara keseluruhan, sehingga tidak memerlukan sayap lipat, walau mengorbankan efisiensi jelajah. Ketiadaan sayap lipat, membuat pesawat ini banyak menghemat beratnya, kurang lebih 91 kg dari berat seharusnya. Sayap berbentuk delta ini juga memudahkan dalam perawatan pesawatnya.[7] Slats ujung depan dirancang untuk “jatuh” secara otomatis pada kecepatan yang tepat dengan adanya gravitasi dan tekanan udara, sehingga berat dan ruang dapat dikurangi. Demikian pula untuk roda pendaratan dipasang tidak menembus bagian sayap, tetapi dirancang sedemikian rupa sehingga ketika rodanya dimasukkan, maka hanya rodanya sendiri yang masuk ke dalam sayap, sementara penopangnya berada di bawah sayap. Struktur sayapnya sendiri dapat diperingan tanpa mengurangi kekuatannya, dan dengan tidak adanya mekanisme pelipatan sayap, berat menjadi jauh lebih ringan.[8]

 
Sebuah A4D Skyhawk dengan fuselage belakang dilepas dan mesinnya sedang dimasukkan di Pangkalan Udara Korps Marinir Amerika Serikat di Iwakuni, Jepang, 1959

Mesin turbojet-nya dapat diperbaiki dengan cara mengganti ataupun membuka bagian belakangnya dan menggeser mesinnya. Hal ini tentu saja memerlukan pintu untuk mengaksesnya dan kunci-kunci yang lebih baik untuk mengurangi berat kosongnya dan komplesitasnya.[9] Dan hal ini berlawanan dengan pakem lama dalam pembuatan sebuah pesawat udara pada umumnya. Dalam pakem itu, ketika beban di satu area dikurangi biasanya membuat beban di tempat lain bertambah sehingga untuk mengkompensasi membutuhkan mesin yang lebih berat, sayap lebih lebar dan membuatnya jadi tidak efisien.[10][11]

 
A4D-2 (A-4B) melakukan pengisian bahan bakar di udara dari F8U-1P (RF-8A)

A-4 memelopori konsep pengisian bahan bakar di udara yang dikenal dengan sebutan buddy. Hal ini memungkinkan pesawat dengan tipe yang sama, bisa untuk mengisikan bahan bakar pesawat lain yang setipe, sehingga tidak diperlukan pesawat tanker. Dengan sistem ini, pesawat dapat diluncurkan dengan persenjataan penuh dan dengan bahan bakar secukupnya agar dapat lepas landas tanpa kuatir melebihi berat maksimum lepas landas (MTOW - Maksimum Take Of Weight, Berat Maksimum pada saat hendak tinggal landas). Setelah mengudara, pesawat dapat melakukan pengisian bahan bakar di udara sesuai kebutuhan dan jarak target penyerangan. Namun di Amerika Serikat proses pengisian bahan bakar dari buddy sudah jarang dilakukan karena sudah memiliki pesawat tanker Douglas A-3 Skywarrior yang bisa lepas landas dari kapal induk. Kemampuannya untuk melakukan pengisian bahan bakar di udara juga akhirnya diterapkan pada pesawat F/A-18 Hornet.[10]

 
Kokpoit yang dilapisi dengan pelindung panas untuk membawa senjata nuklir

A-4 juga dirancang untuk dapat melakukan pendaratan darurat, walaupun terjadi kegagalan hidraulis yang bisa mengakibat roda pendaratan tidak bisa dikeluarkan. Pendaratannya masih bisa dilakukan tanpa roda pendaratan, cukup dengan menggunakan dua tangki yang selalu dibawa oleh pesawat ini. Pendaratan darurat semacam ini yang dikenal dengan istilah "belly landing", mendarat dengan aman tanpa roda pendarat.[5] Selain itu pesawat ini juga dirancang dengan kursi lontar yang memiliki sistem "zero zero ejection seat", yang berarti kursi lontarnya dapat dioperasikan pada ketinggian 0 meter serta kecepatan 0 knot, bahkan pesawat ini mampu melontarkan penerbangnya meskipun pesawatnya sudah masuk ke dalam laut.[12]

Angkatan Laut Amerika Serikat mengeluarkan kontrak untuk pesawat ini pada 12 Juni 1952, dan purwarupa pertama, XA4D-1 terbang pertama kalinya dari Edwards Air Force Base, California pada tanggal 22 Juni 1954.[13] Pengiriman perdananya ke Skadron Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korps Marinir AS (ke VA -72 dan VMA-224 secara berturut-turut) dimulai pada akhir tahun 1956.[10]

Skyhawk masih diproduksi hingga 27 Februari 1979, dengan total produksi 2.960 pesawat, termasuk buah 555 pesawat latih dua-kursi. Produksi terakhirnya, adalah A-4M 160264 untuk Korps Marinir Amerika Serikat, divisi VMA-331 yang memiliki bendera dari semua negara yang pernah mengoperasikannya di badannya.[14]

Produksi dan variasi

sunting
 
Prototipe XA4D-1 pada tahun 1954

Pada Januari 1952, Angkatan Laut Amerika Serikat, memesan mockup dengan skala penuh dari pesawat ini. Mockup tersebut kemudian dianalisa oleh pihak terkait dari Angkatan Laut Amerika Serikat, di bulan Februari 1952. Dan akhirnya pada 21 Juni 1952 ditanda tangani kontrak untuk pengadaan dua protipe dengan nama XA4D-1. Kontrak awalnya bernilai US$ 8.680.000 untuk pembuatan satu pesawat yang bisa diterbangkan dan satu pesawat statis untuk keperluan tes dan lainnya.[15]

Protipe ini awalnya ditenagai oleh mesin Wright J65 turbojet, namun mesinnya malah mengalami beberapa permasalahan serius dalam uji coba antara 20-100 jam terbang. VA-44, salah satu divisi dari Angkatan Laut Amerika Serikat yang melakukan pengujian atasnya, mengalami tidak kurang dari sembilan kali kerusakan mesin total dalam kurun waktu hanya tiga bulan, di paruh akhir tahun 1958 hingga awal 1959. Kerusakan baru bisa diketahui ketika pesawat yang masuk ke sungai St. Johns dekat kota Jacksonville dapat diangkat dan diteliti di pabrik. Kerusakannya disebabkan pada bagian "spline" (sambungan mekanis di mesin pesawat) tekanan tinggi yang terhubung pada pompa bahan bakar pesawat. Pada putaran tinggi, hal ini mengakibatkan penghentian pasokan bahan bakar secara otomatis sehingga mengakibatkan mesin terbakar hebat. Prototipe ini sebenarnya hanya memberikan tenaga yang rendah, walaupun begitu, prototipe ini sempat mencatatkan kecepatan tertinggi hingga 1,25 Mach yang terjadi pada 15 Oktober 1955.[3]

XA4D-1

sunting

Prototipe ini dibuat sebanyak dua buah oleh para pekerja pabrik tanpa melibatkan mesin terlalu banyak. Prototipe ini diterbangkan dari Edwards Air Force Base (Pangkalan Angkatan Udara Edwards) di Amerika, pada 22 Juni dan 14 Agustus 1954. Awalnya, pesawat ini memliki antena penjejak di hidungnya dan gas buang di ekor yang pendek, dan tidak ada pengait yang biasa dipergunakan untuk menghentikannya ketika mendarat di kapal induk ataupun tempat untuk meletakkan senjata ataupun bom. Pesawat tipe ini juga tidak memiliki sistem penembakan dengan kanon. Di pabriknya pesawat ini diberi nomor pabrik 137812 dan nomor konstruksi 10709. Protipe ini memiliki berat kosong 2.550 kg dengan harga US$ 4,34 juta per pesawatnya.[16]

A4D-1 (A-4A)

sunting

Sembilan buah tipe A4D-1, yang lebih dikenal sebagai YA4D-1, dpergunakan untuk keperluan pengetesan, walaupun tipe ini tidak secara umum dipakai dan perbedaannya dengan sepuluh pesawat berikutnya tidak terlalu signifikan. Banyak fitur yang akhirnya disematkan di A-4, kebanyakan diuji coba pada tipe ini. Fitur-fitur itu termasuk kemudi belok dan tali pengait yang dipergunakan ketika pesawat mendarat di kapal induk. Sembilan pesawat yang pertama memiliki kaca kanopi yang melengkung utuh (satu bagian saja). Dimana pada model-model selanjutnya, berbentuk tiga-bagian, berbentuk oval di tengah dan melengkung di kanan dan kirinya. Kanon yang terpasang memiliki kaliber 20 mm Colt Mk 12. Mulai dikirimkan ke penggunanya dari pesawat ke-sepuluh. Sedangkan sisanya tetap diletakkan di Palmdale untuk terus dilakukan penyempurnaan. Sebanyak tiga puluh tujuh A4D-1 dikirimkan ke divisi VA-72 pada bulan Oktober 1956.[17]

Tidak kurang dari seratus enam puluh lima A4D-1 pernah dibuat dan sejak Oktober diberi nama A-4A. Dan sejak Juni 1968 untuk pesawat-pesawat yang tidak dipergunakan dalam pertempuran, disebut sebagai TA-4A dan pada umumnya dipakai untuk terbang konversi ataupun pelatihan. Pesawat ini kemudian juga dipersenjatai dengan pelbagai bom konvensional, misil. Namun sesuai dengan tujuan perancangannya, A-4 tipe ini juga bisa untuk menyimpan bom nuklir. Bom nuklir yang bisa dibawa termasuk Mk 7 yang berkekuatan 8 kiloton (kT) dan 61 kT, Mk 8 (25–30 kT) dan tentunya Mk 12 (12–14 kT).[17]

Data A4D-1 (A-4A)[17]
Nomor Pabrik Jumlah Nomor Konstruksi
137813 - 137831 19 buah 10710 - 10728
139919 - 139970 52 buah 11284 - 11335
142142 - 142235 94 buah 11396 - 11489

A4D-2 (A-4B)

sunting

Tipe ini mulai dilengkapi "tadpole rudder". Ini adalah bentuk kemudi (rudder) yang dijadikan satu dan tidak dipasang dengan mempergunakan paku rivet. Bentuk seperti ini akan mengurangi terjadinya kemudi yang bergetar yang dapat mengakibatkan timbulnya retakan sehingga pesawat menjadi tidak laik terbang. Selain itu struktur dari roda pendaratan, hidung pesawat dan ekor pesawat (horizontal stabilizer) diperkuat agar tidak mudah rusak ketika dilontarkan mempergunakan katapul dari kapal induk Amerika Serikat. Perubahan ini menambahkan 20% terhadap struktur pesawatnya. Satu YA4D-1 jatuh dan itu disebabkan adanya kerusakan pada sistim hidrauliknya. Belajar dari peristiwa yang menimpa YA4D-1, maka mulai tipe ini dikenalkan dua sistim hidraulik yang saling menyokong.[18]

Penambahan paling mencolok dan penting mulai tipe ini adalah pemasangan katup untuk pengisian bahan bakar di udara yang terletak pada sisi kiri di depan hidung pesawat. Kemampuan untuk pengisian bahan bakar di udara dengan tipe sejenis mulai dikenalkan di tipe ini, mempergunakan tabung D-704 yang dibawa di bagian pesawat dan mulai dipasang di tipe A-4B (Bravo). Tipe ini ditenagai oleh mesin Wright J65 turbojet dengan tenaga dorong 34,2 kN. Tipe ini juga bisa membawa bom seberat 113 kg hingga 907 kg di TER (triple ejector racks) ataupun di MER (multiple ejector racks) dari tiga kantung bom yang bisa dibawanya.[18]

Tidak kurang telah dibuat 542 A4D-2 dan tipe ini dikenalkan sebagai tipe A-4B sejak tahun 1962. Seperti tipe sebelumnya, banyak tipe A-4B diubah menjadi TA-4B dan pada umumnya dipergunakan untuk pelatihan pilot baru ataupun pilot konversi. Pelatihan pilot konversi adalah pelatihan kepada para pilot yang sebelumnya bukan pemakai jet tempur bermesin pancar gas ataupun pengenalan fungsi utama dari setiap tipe pesawatnya, misalnya dari seorang penerbang tempur udara-ke-darat menjadi penerbang tempur udara-ke-udara. Argentina dan Singapura banyak membeli A-4B yang direkondisikan.[18]

Data A4D-2 (A-4B)[18]
Nomor Pabrik Jumlah Nomor Konstruksi
142082 - 142141 60 buah 11336 - 11335
142416 - 142423 8 buah 11601 - 11608
142674 - 142953 280 buah 11736 - 12015
144868 - 145061 194 buah 12114 - 12307

Sejarah operasi

sunting

Selain dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri Amerika Serikat sendiri, pesawat A-4 Skyhawk yang dibuat baru hanya dijual kepada Australia, Israel, Kuwait, dan Selandia Baru saja. Sementara itu, negara-negara seperti Argentina, Brasil, Indonesia, Malaysia, dan Singapura hanya dapat memperoleh pesawat Skyhawk bekas pakai atau yang sudah direkondisi. Australia, Israel, dan Selandia Baru, kemudian juga membeli tambahan A-4 Skyhawk dengan pesawat bekas pakai negara lain dan juga pesawat yang sudah direkondisikan.[19]

Amerika Serikat

sunting
 
Sebuah TA-4J Skyhawk milik Angkatan Laut Amerika Serikat di atas kapal induk USS Lexington CV-16, 1989
 
A-4F Skyhawk sebagai tim aerobatik Angkatan Laut Amerika Serikat Blue Angels tahun 1975

Skadron Skyhawk Angkatan Laut Amerika Serikat (AL AS) dan Korps Marinir Amerika Serikat (Marinir AS), turut serta dalam beberapa krisis internasional. Pada periode Oktober 1957 hingga Desember 1958, beberapa Carrier Air Group (disingkat CVG dan nantinya dinamakan Carrier Air Wing atau CVW) mengoperasikan A-4 di Selat Formosa (disebut juga sebagai Selat Taiwan). Skadron yang mengoperasikanya termasuk VA-93 "Ravens" di kapan induk USS "Ticonderoga" (CVA-14) dan VA-113 "Stingers" di kapal induk "Shangri-La" (CVA-38). Kedua Skadron tadi mempergunakan A-4 Skyhawk tipe A-4D-1. Sedangkan skadron VA-83 "Rampagers"di kapal induk "Essex" (CVA-9) dengan tipe A-4D-2. Pada saat itu, skadron Skyhawk hanya dipakai untuk berjaga-jaga untuk membawa bom nuklir, jikalau ada serangan besar-besaran oleh China.[20]

Marinir AS pada masa itu, tidak mau memakai pesawat pengganti sebagaimana yang dilakukan oleh AL AS dengan pesawat LTV A-7 Corsair II. Marinir AS malah memesan versi terbaru model A-4M. Korps ini menerima Skyhawk terakhirnya pada tahun 1979, yang dipergunakan hingga pertengahan tahun 1980 sebelum akhirnya digantikan dengan pesawat yang sama-sama kecil dan dianggap lebih tangguh yaitu STOVL AV-8 Harrier II.[21]

Masa Perang Vietnam

sunting
 
Pesawat VA-146 A-4Cs sedang terbang di atas Teluk Tonkin di bulan Agustus 1964

Skyhawk menjadi pesawat tempur ringan utama yang digunakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat di wilayah Vietnam Utara selama era Perang Vietnam. Pada saat itu, A-4 dipilih karena bobotnya yang ringan dan mudah untuk mendarat di kapal induk yang kecil. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh pesawat-pesawat tempur yang lebih modern, karena pada umumnya, pesawat-pesawat itu jauh lebih besar dan berat.[22] Persenjataan utama untuk perang udara-ke-udaranya, mengandalkan senapan kanon bawaan pesawatnya sendiri; 20 mm (.79 in) dan kemampuannya untuk membawa sebuah misil AIM-9 Sidewinder pada masing-masing sayapnya, dan dengan beberapa modifikasi, akhirnya pesawat ini bisa membawa total sebanyak 4 buah AIM-9 Sidewinder.[22][23]

 
Sebuah A-4E milik Angkatan Laut Amerika Serikat sedang menyerang sebuah kereta api di Vietnam Utara dengan sebuah roket Zuni.

Pesawat Skyhawk yang tercatat jatuh dalam pertempuran, terjadi pada 5 Agustus 1964, ketika Letnan Satu Everett Alvarez, dari divisi VA-144 dari kapal induk USS Constellation, yang tertembak jatuh ketika dalam misi penyerangan terhadap kapal pembawa torpedo di Vietnam Utara. Pilotnya berhasil melontarkan diri dengan selamat, setelah A-4 diserang dengan artileri anti-pesawat-udara. Letnas Satu Everett menjadi tawanan perang pertama dari Angkatan Laut Amerika Serikat[24] dan baru dilepaskan pada 12 Februari 1973.[25]

 
Pesawat-pesawat A-4F yang sudah dipersenjatai di atas kapal induk USS Hancock pada 1972

Pada 1 Juni 1965, dibukalah sebuah Pangkalan Angkatan Udara Militer yang dinamai sebagai Pangkalan Angkatan Udara Chu Lai (sekarang dioperasikan sebagai Bandar Udara Chu Lai). Pangkalan ini dioperasikan oleh militer Amerika Serikat dan pada awalnya dilengkapi dengan delapan A-4 Skyhawk yang didatangkan dari Pangkalan Angkatan Laut Cubi, yang ada di kepulauan Filipina.[26] Pendaratannya dibantu dengan kabel pengait, diisi penuh dengan bahan bakar dan lepas landas dengan bantuan khusus karena mereka fully loaded, dengan bahan bakar penuh dan bom-bom untuk memberikan dukungan kepada Korps Marinir Amerika Serikat, dan mereka berasal dari skadron Korps Marinir Amerika Serikat VMA-225 dan VMA-311.[27]

Pada 1 Mei 1967, sebuah A-4C Skyhawk yang diawaki oleh Mayor Theodore R. Swartz dari divisi VA-76 dari kapal induk USS Bon Homme Richard menembak jatuh sebuah pesawat MiG-17 milik Angkatan Udara Vietnam Utara dengan roket tak berpemandu "Zuni". Peristiwa ini menjadi satu-satunya kemenangan A-4 dalam pertempuran udara-ke-udara yang tercatat selama Perang Vietnam.[28][29]

Pada 29 Juli 1967, kapal induk USS Forrestal sedang menjalankan operasi perang di Teluk Tonkin pada era Perang Vietnam, ketika sebuah roket Zuni salah ditembakkan dan mengenai tangki bahan bakar luar dari sebuah A-4 Skyhawk lainnya. Bahan bakar dari pesawat itu menimbulkan kebakaran hebat dan menyala selama beberapa jam dan membuat tidak kurang 132 pelaut terluka dan melukai 62 lainnya.[30]

Pesawat Skyhawk yang tercatat terakhir tertembak jatuh era Perang Vietnam terjadi pada 30 Agustus 1968, ketika sebuah A-4F Skyhawk dengan nomor pabrik 154182 dan nomor ekor NF 316 dijatuhkan oleh tembakan artileri anti serangan udara di bagian Utara Vietnam. Pesawat itu diawaki oleh Lieutenant Commander (setara dengan Mayor Kolonel di Indonesia) H. A. Eikel dari divisi VA-93 Blue Blazer. Ia berhasil melontarkan diri dari pesawatnya dan berhasil diselamatkan.[22][23]

Selama perang, tercatat tidak kurang dari 362 A-4/TA-4F Skyhawk hancur karena pelbagai sebab. Data menunjukkan bahwa Angkatan Laut Amerika Serikat kehilangan 271 dan Korps Marinir Amerika Serikat kehilangan 81 A-4 dan 10 TA-4F. Tidak kurang dari 32 A-4 Skyhawk jatuh karena terkena misil udara-ke-udara dan sebuah A-4 jatuh karena pertempuran udara dengan sebuah MiG-17 pada 25 April 1967.[31]

Argentina

sunting
 
Pesawat tempur A-4Q 0655/3-A-202 milik Angkatan Laut Argentina pada 2007

Pada tahun 1965-an, Angkatan Udara Argentina (Fuerza Aerea Argentina - FAA) bermaksud untuk mencari pengganti armadanya yang sudah tua seperti pesawat Avro Lincoln dan armadanya yang lumayan baru seperti pesawat F-86 Sabre. FAA memesan armada pesawat A-4 Skyhawk dengan menandatangai kontrak senilai US$ 7,1 juta untuk pengadaan lima puluh pesawat kelebihan produksi milik Amerika Serikat. Kontrak itu ditandatangani pada bulan Oktober 1965. Dua puluh lima pesawat pertamanya diambil dari tempat penyimpanannya di NAF Litchfield Park, Arizona dan dibawa ke pabrik Douglas Aircraft Company yang bertempat di Tulsa, Oklahoma di bulan Februari 1966 untuk direkondisikan dan dilengkapi dengan beberapa peralatan tambahan dan dikenal dengan tipe A-4F. Perubahan itu antara lain adalah perubahan spoiler pada sisi sayap pesawatnya, mesin-mesinnya dinolkan kembali dan kursi pelontarnya dimodifikasi sehingga bisa dioperasikan pada ketinggian nol dan kecepatan 90 Knot. Pihak Amerika Serikat mengenal model-model untuk Argentina ini dengan tipe A-4P. Secara umum pesawat ini lebih dikenal dengan tipe A-4B yang dioperasikan oleh FAA.[32]

Argentina adalah pengguna pertama pesawat ini di luar Amerika Serikat dan sekutunya, Israel, dan mereka memiliki tidak kurang dari 130 pesawat sejak tahun 1965. Angkatan Udara Argentina menerima 25 A-4B sejak 1966 dan 25 lainya pada tahun 1970. Semua pesawatnya direkondisikan di Amerika Serikat oleh Lockheed Corporation sebelum akhirnya mereka dikirimkan sebagai tipe A-4P, walaupun secara lokal, mereka dikenali sebagai A-4B. Jenis ini ditempatkan di Brigade Udara ke-5 (dalam bahasa Spanyol: V Brigada Aérea). Pada tahun 1976, 25 A-4Cs dipesan untuk menggantikan pesawat-pesawat tempur F-86 Sabres yang masih dioperasikan oleh Brigade Udara ke ke-4 (bahasa Spanyol: IV Brigada Aérea).[33]

Angkatan Laut Argentina juga membeli A-4Q dalam bentuk 16 A-4B dengan ekstra dua pesawat yang dipakai sebagai suku cadang, dimodifikasi dengan lima senjata tambahan dan mampu membawa misil AIM-9B Sidewinders. Pesawat-pesawat tersebut mulai diterimanya sejak tahun 1971 untuk menggantikan Grumman F9F Panther dan Grumman F9F Cougar yang ditempatkan di kapal induk ARA Veintico de Mayo dibawah Skadron Serbu/Tempur ke-3 (bahasa Spanyol: 3ra Escuadrilla Aeronaval de Caza y Ataque).[33]

Namun sejak tahun 1977, Amerika Serikat melakukan embargo akan suku cadangnya karena Perang Kotor. Embargo ini juga didukung oleh amandemen Humphrey-Kennedy atas Foreign Assistance Act of 1976 yang menyatakan bahwa Amerika Serikat melakukan embargo atas penyediaan suku cadang persenjataan dan suku cadang lainnya ke Argentina. Dalam amandemen tersebut juga disampaikan bahwa embargo juga dilakukan untuk pelatihan kepada para personil militernya (Embargo ini dicabut pada 1990 dibawah pemerintahan presiden Carlos Menem, dan dalam waktu bersamaan, Argentina menjadi negara sekutu NATO yang utama).[34] Dalam pengoperasiannya, beberapa kursi lontar tidak bekerja. Selain itu juga karena terjadi banyak kerusakan yang lainnya. Walaupun begitu, pesawat-pesawat ini mampu menjalankan fungsi dengan baik pada tahun 1982 selama Perang Falkland.[35]

Perang Falkland

sunting
 
A-4C Angkatan Udara Argentina, Mei 1982

Selama Perang Falkland, pihak Argentina menerjunkan tidak kurang dari 48 jet tempur Skyhawk (26 A-4B, 12 A-4C dan 10 A-4Q aircraft) yang dipersenjatai dengan bom tanpa berpetunjuk dan peralatan elektronika yang kurang memadai ataupun persenjataan untuk mempertahankan diri. Dengan kondisi itu mereka mampu menenggelamkan Kapal Perusak HMS Coventry dan Kapal Frigat, HMS Antelope (keduanya milik armada Angkatan Laut Britania Raya) serta memberikan kerusakan parah pada kapal lainnya seperti HMS Glasgow, HMS Argonaut, HMS Broadsword dan RFA Sir Tristram. Pesawat-pesawat tempur itu terbang dari Pangkalan Udara milik Angkatan Laut Argentina di Rio Grande, Tierra del Fuego, juga menghancurkan Kapal HMS Ardent.[36]

Secara keseluruhan, tidak kurang dari 22 Skyhawk dari berbagai tipe (10 A-4B, 9 A-4C, dan tiga A-4Q) hilang ataupun dijatuhkan dalam perang selama tidak kurang dari enam minggu lamanya ini.[37] Delapan diantaranya dijatuhkan oleh pesawat tempur BAE Sea Harrier, tujuh oleh misil permukaan-ke-udara yang diluncurkan dari kapal induk, empat oleh rudal darat-ke-udara dan misil anti serangan udara (termasuk di dalamnya "friendly fire - kesalahan dengan menembak pesawat kawan"), dan juga tiga pesawat karena crash, jatuh ke bumi dan mengalami kerusakan parah.[38]

Setelah perang Falkland

sunting
 
A-4AR Fightinghawk, 2006

Sesudah perang, pesawat-pesawat tempur tipe A-4P dan A-4C yang masih ada akhirnya ditingkatkan kemampuannya dengan program Halcón (Bahasa Inggris: Falcon), yang melengkapi armada pesawat ini dengan 30 mm (1,2 in) DEFA cannons, rudal udara-ke-udara, dan beberapa perubahan kecil. Semua pesawatnya kemudian dipensiunkan pada tahun 1999, serta perannya digantikan oleh tidak kurang dari 36 buah pesawat yang sudah ditingkatkan kemampuannya, OA/A-4AR Fightinghawk. Beberapa rangka dan bagian dari pesawat TA-4J dan A-4E juga sempat dikirimkan untuk dipergunakan sebagai bahan cuku cadang dengan cara mengkanibal perangkat yang diperlukan untuk dipasang pada pesawat yang masih operasional. A-4AR bertugas di Angkatan Bersenjata Argentina dari tahun 1990-an hingga 2016, dan sebagian besarnya akan dipensiunkan karena usia dan ketidaklayakannya dalam beroperasi. Tiga dari semua pesawat itu akhirnya juga rusak karena kecelakaan.[14]

Pada tahun 1983, Amerika Serikat menolak untuk memberikan ijin penjualan 24 A-4H bekas pakai Angkatan Udara Israel kepada Argentina, yang rencananya akan dipakai sebagai pengganti dari A-4Q. Pesawat A-4Q akhirnya dipensiunkan pada tahun 1988.[39]

Australia

sunting

Dua puluh pesawat A-4G dioperasikan oleh Angkatan Laut Australia yang dioperasikan dari kapal induk HMAS Melbourne. Pesawat-pesawat ini datang bergelombang, 10 pesawat setiap gelombangnya pada tahun 1967 dan 1971, dan utamanya dipakai sebagai dukungan udara akan kapal induknya. Sepuluh pesawatnya hancur karena kecelakaan dan sisanya akhirnya dijual kepada Angkatan Udara Selandia Baru pada tahun 1984.[37]

Brasil

sunting
 
AF-1 Falcao (A-4 Skyhawk) Brasil

Berdasarkan data yang ada pada tahun 2014, Brasil adalah pengguna terakhir dari armada A-4 Skyhawk. Tahun 1997, mereka sedang menegosiasikan kontrak sebesar US$ 70 juta untuk pengadaan 20 A-4KU dan 3 TA-4KU Skyhawk dari Kuwait. Pesawat-pesawat itu merupakan modifikasi dari tipe A-4M dan TA-4J serta dikirimkan pada 1977, adalah model terakhir yang dibuat oleh Douglas. Pesawat-pesawat ini dipilih oleh Brasil karena memiliki jam terbang yang rendah, masih dalam kondisi yang bagus dan harga yang bersaing. Angkatan Laut Brasil nenjulukinya sebagai AF-1 dan AF-1A Falcões (Elang). Pesawat-pesawat itu, tiba di kota Arrail do Cabo pada 5 September 1998.[40][41]

Pada 18 Januari 2001, sebuah AF-1 sempat terjebak di atas kapal induk Brasil, Minas Gerais, walaupun pada akhirnya A-4 berhasil terbang mempergunakan katapul. Dengan penerbangan ini, menjadikannya dimulainya lagi armada pesawat tempur Angkatan Bersenjata Brasil, setelah tidak beroperasi dalam dua dekade.[42] Sebagai bagian dari program untuk menggantikan kapal induk Minas Gerais, Brasil membeli kapal induk Prancis yang tidak terpakai, Foch, pada 15 November 2001. Kapal induk itu dinamai sebagai São Paulo, dan mulai beroperasi pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, kapal induk Minas Gerais dipensiunkan.[43]

Pada 14 April 2009, Embraer menandatangani kontrak untuk memperbaharui dua belas buah pesawat milik Angkatan Laut Brasil, yang terdiri atas sembilan AF-1 (bertempat duduk tunggal) dan tiga AF-1A (tempat duduk ganda). Program peningkatan ini akan mengembalikan kemampuan beroperasi dari pesawat yang ada sebagai skadron pesawat pencegat dan tempur. Program itu termasuk merekondisi pesawat dan sistemnya, memasang sistem avionik, radar, tenaga mesinnya.[44] Pesawat hasil modifikasi ini akhirnya bisa diselesaikan pada 27 Mei 2015. Embraer menyatakan bahwa dengan peningkatan kemampuan yang sudah dikerjakan membuat pesawatnya masih bisa dioperasikan hingga tahun 2025.[45]

Pada tahun 2017, Angkatan Laut Brasil mempertimbangkan kembali untuk memodernifikasi armadanya menjadi tipe standar AF-1B/C karena pengetatan anggaran dan kapal induk São Paulo akan segera dipensiunkan. Dua AF-1B akhirnya jadi diperbaharui dan diserahkan pada tahun 2015 dan dua tipe lainnya diserahkan pada 2017. Walaupun akhirnya mereka tidak lagi memiliki kapal induk, mereka tetap ingin mempertahankan kemampuan mengendalikan pesawat yang bisa lepas landas dan mendarat di kapal induk, sehingga akhirnya kontrak yang ada diputus di tengan jalan.[46]

Indonesia

sunting
 
Pesawat A-4 Skyhawk TNI AU dengan nomor ekor TT-0440 di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, Yogyakarta

A-4 Skyhawk di Indonesia, dioperasikan oleh angkatan udara (TNI-AU) sebanyak tiga puluh lima buah yang terdiri atas tipe A-4E, TA-4H, TA-4J dan TA-4I, bertempat duduk tunggal dan bertempat duduk ganda, hingga tahun 2003.[47] Operasi pengadaan 16 buah pesawat yang pertama, bersandikan "Operasi Alpha" dan merupakan operasi rahasia terbesar yang pernah dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. Operasi ini bersifat rahasia karena pengadaan pesawat-pesawatnya dari pembelian pesawat-pesawat bekas pakai Angkatan Udara Israel.[48] Pesawat ini sedikit berbeda dengan A-4 Skyhawk pada umumnya karena adanya penambah "punuk" yang sejatinya berisikan peralatan avionik khusus untuk kepentingan AU Israel. Namun ketika pesawat tersebut dijual ke Indonesia, opsi avionik khusus itu tidak diikutsertakan. Perubahan lainnya adalah bentuk knalpot pesawatnya yang sengaja diperpanjang untuk mengecoh penjejak panas dari peluru kendali anti pesawat udara ataupun misil udara-ke-udara.[49]

Kedatangan pesawat ini di Indonesia dalam beberapa gelombang. Gelombang pertama sampai di Lanud Halim Perdanakusuma melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada 4 Mei 1980, dan baru pada tanggal 5 Oktober 1980 (HUT ABRI ke-35) armada ini mulai ditampilkan ke muka umum. Berdasarkan Keputusan KASAU tanggal 11 Februari 1983, A-4 Skyhawk ditempatkan di jajaran Skadron Udara 11, Wing Operasional 300, yang bermarkas di Kohanudnas, Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur.[50] Selain itu, dengan pengaktifan kembali Skadron Udara 12, maka A-4 Skyhawk juga memperkuat skadron tersebut sejak 2 Mei 1983. Pada 28 Maret 1985, Skadron Udara 12 dipindahkan ke Pekanbaru dan Skadron Udara 11 ke Makassar.[48]

Pesawat ini mulai dipertimbangkan untuk dihentikan operasinya ketika ada kejadian yang menimpa pada pesawat dengan nomor ekor TT-0419 pada tahun 2003. Kejadian tersebut membuat Marsekal Pertama Edy Harjoko mengakui bahwa armada yang ada tidak berada pada kondisi terbaiknya, dan hanya menyisakan empat atau lima pesawat saja yang bisa dioperasikan dikarenakan kurangnya suku cadangnya. Setelah kedatangaan pesawat Sukhoi Su-27 gelombang pertama, pengoperasian A-4 Skyhawk di Indonesia berakhir secara resmi pada 5 Agustus 2004.[51] Hingga saat ini banyak pesawat A-4 Skyhawk yang dilestarikan di Indonesia baik sebagai monumen ataupun menjadi koleksi museum militer.[51]

Pesawat ini dipergunakan oleh TNI AU untuk mendukung pelbagai operasi militer. Salah satu yang tercatat adalah Operasi Tangkis, yaitu operasi jarak jauh pertama yang dilakukan oleh Skadron Udara 11, karena melibatkan pengisian bahan bakar di udara oleh pesawat tanker KC-130 BT dari Skadron Udara 32.[48][50] Operasi lain yang terkenal melibatkan Skyhawk adalah Operasi Seroja di Timor Timur 1987. Dalam operasi tersebut Skyhawk dipergunakan untuk menghalangi pergerakan maju dari pasukan Australia ke Timor Timur melalui serangan udara.[52]

Dua pesawat A-4 Skyhawk pernah melaksanakan "belly landing", yaitu pada 15 Januari 1987, dengan nomor ekor TT-0414 yang diawaki oleh Letnan Satu Pnb Emir Panji. Pada 20 Juli 1987 yang diawaki oleh Letnan Satu Pnb Agus "Dingo" Supriatna (Thunder-73) dengan nomor ekor TT-0408.[53] Roda pendaratan yang dipiloti Letnan Satu Pnb Agus "Dingo" Supriatna (Thunder-73) pada waktu itu tidak bisa keluar walaupun sudah pelbagai upaya dilakukan, sehingga akhirnya diputuskan untuk "belly landing" dan berhasil mendarat dengan selamat di Lanud Iswahyudi, Madiun, dengan sedikit kerusakan di drop tank pesawat saja.[54]

Israel

sunting
 
Sebuah A-4N Angkatan Udara Israel dalam pajangan, dan perhatikan pipa ekornya yang diperpanjang untuk mengecoh jejak misil pencari panas.
 
Sebuah A-4F Skyhawk IAF dalam pajangan statis

Israel adalah pengguna terbesar pesawat ini di luar Amerika Serikat. Hingga tahun 1976, AU Israel (dikenal dengan nama Israeli Air Force, IAF) diyakini memiliki tidak kurang dari 321 Skyhawk baru dan bekas. Pada tahun 1990, sebanyak tujuh belas pesawat lagi TA-4J dikirimkan sehingga total berjumlah 338 pesawat. Sedangkan beberapa lainnya menyatakan bahwa IAF diyakini memiliki tidak kurang dari 355 pesawat A-4 Skyhawk.[55]

Permintaan pemesanan pesawat ini dilakukan oleh IAF pada tahun 1964 dan baru tahun 1966, dipenuhi oleh Amerika Serikat. Sebuah kontrak ditanda tangani di bulan Agustus 1964 antar kedua negara dan IAF akan memiliki dua puluh empat tipe A-4H. A-4 tipe ini dibuat berdasarkan dari tipe A-4E yang dikembangkan khusus untuk IAF. A-4H pertama kali diterbangkan di Palmdale oleh pilot tes, John Lane, pada 27 Oktober 1967. Dan sebelum dikirimkan ke Israel, para pilot IAF dikirim ke Florida untuk program pelatihan bersama divisi AU Amerika Serikat, VA-44 dan VA-45. Di tengah-tengah program pelatihan dan konversi, para pilotnya dipanggil pulang ke Israel untuk bergabung dalam Perang Enam Hari melawan negara-negara Arab, pada Juni 1967.[56]

Pesawat pesanan IAF pertama kali tiba di Haifa pada 29 Desember 1967 dan siap untuk dioperasionalkan pada 1 Januari 1968. Hal ini merupakan untuk pertama kalinya jet tempur Amerika dioperasikan oleh negara-negara yang sedang berperang di Timur Tengah. Pesawat-pesawat IAF dikenal sebagai "Ayit" atau "Vulture" yang artinya Burung Bangkai. Armada ini menggantikan peran dari armada pesawat tempur sebelumnya yang kebanyakan dari Prancis, seperti Dassault Ouragan dan Dassault Mystère sebagai pesawat serbu udara-ke-darat dan dukungan serangan udara.[57]

Skadron yang pertama kali mengoperasikannya adalah Skadron 109 "Valley Tayeset" di Hatzor. Armada ini menggantikan pesawat-pesawat Dassault Mystère IV di skadron tersebut. A-4 Skyhawk memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan pesawat buatan Prancis itu. A-4 mampu membawa persenjataan lebih banyak, memiliki keandalan mesin yang lebih baik (hanya perlu dilakukan perawatan setiap mencapai 200 jam terbang, dibandingkan setiap 30 jam terbang miliki Mystère IV), kecepatan dan jarak tempuh yang lebih cepat dan lebih jauh dan adanya opsi untuk pengisian bahan bakar di udara.[57]

Skadron yang baru dibentuk dengan kedatangan A-4 adalah Skadron 102 "Flying Tiger" bermarkas di Ramat-David. Skadron ini dibentuk pada bulan Juni 1968. Skadron ini nantinya juga menjadi skadron latih lanjut jet. Skadron 115 "Flying Dragon" mulai mengoperasikan A-4H pada bulan Maret 1969. Skadron ini bermarkas di Nevatim.[58]

Pada bulan Maret 1971, Skadron 116 "Flying Wing", mulai melakukan penggantian pesawat menjadi A-4E dari pesawat Mystère IV, yang dioperasikan sebelumnya. Kemudian Skadron 110 "Knights of the North", juga melakukan konversi yang sama. Skadron ini mengoperasikan A-4H dan bermarkas di Ramat-David. Proses perubahan ini dilakukan tepat beberapa saat sebelum dimulainya Perang Yom Kippur di bulan Oktober 1973. Skadron 140 "Golden Eagle", juga mulai mengoperasikan A-4E sebagai unit pelatihan penerbang tempur tingkat lanjut. Proses pembentukan unit pelatihannya baru dimulai setelah Perang Yom Kippur. Bulan April 1976, Skadron 149 "Smashing Parrot", mulai mengoperasikan armada A-4E dan bermarkas besar di Etzion. Dan akhirnya unit cadangan yang merupakan pengaktifan kembali Skadron 147 "Goring Ram", dilengkapi dengan armada A-4N dan bermarkas besar di Hatzerim.[59]

Sejak 13 Desember 2015, semua armada A-4 Skyhawk AU Israel dipensiunkan. Upacara penghentian operasi armada ini dilakukan di Hatzerim.[60]

Dalam perang

sunting
 
Pesawat-pesawat A-4H milik AU Israel sedang menunggu untuk dibesituakan pada tahun 2009

Armada pesawat ini dipergunakan dalam perang untuk pertama kalinya sejak 15 Februari 1968, ketika Skadron 109 menyerang Artileri Yordania serta pusat militer otoritas Palestina sepanjang perbatasan Israel-Yordania, sebagai balasan atas serangan yang dilakukan pada pemukiman penduduk Israel. Kedekatan area yang diserang dengan pangkalan armada A-4 di Hatzor, menjadikan armadanya bisa membawa banyak bom di lima tempat bom yang ada di sayapnya, tanpa perlu membawa tangki bahan bakar cadangan. Bom-bom yang biasanya dibawa pada waktu itu adalah bom-bom buatan Prancis dengan bobot 113 kg dan 226 kg.[61]

Armada A-4 ini banyak diterjunkan dalam pelbagai operasi militer. Salah satunya adalah dalam Perang Yom Kippur. Dalam tiga hari pertama perang ini, pihak AU Israel telah kehilangan tidak kurang dari 60 pesawat tempurnya termasuk 24 dari 162 pesawat A-4 yang dimilikinya. Hal ini mengakibatkan perdana menteri Golda Meir meminta bantuan armada pesawat udara dari Amerika Serikat. Ketika itu, ia tidak bisa meminta bantuan dari Eropa dikarenakan negara-negara itu sedang dalam proses embargo pengiriman minyak dari negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah. Pada 15 Oktober 1973 Presiden Amerika Serikat Richard Nixon memulai Operasi Rumput Nikel, sebuah program untuk membantu AU Israel menghadapi tentara Suriah dan Mesir. Program bantuan ini memungkinkan untuk terwujud, karena diyakini pihak Israel akan memakai senjata pemusnah masal jika mereka terus mengalami kekalahan dalam perang ini. Program ini mengirimkan tidak kurang dari 50 pesawat A-4 Skyhawk yang diambil langsung dari Skadron AU Amerika Serikat. Armada ini mempergunakan tipe A-4E. Pesawat-pesawat itu dikirimkan dengan cara diterbangkan langsung dari Amerika Serikat dengan transit di atas kapal induk USS Franklin D. Roosevelt (CVA-42) yang berlabuh di Kreta dan Azores. Selain itu juga dengan sekali melakukan pengisian bahan bakar di udara sehingga pesawat ini bisa mendarat di Israel. Proses ini berhasil mengirimkan tidak kurang 36 pesawat A-4E. Sisa armadanya dikirimkan melalui kapal induk USS Independence.[62]

Selama perang ini, tercatat sebanyak 53 hingga 55 armada A-4 AU Israel jatuh. Kebanyakan dari pesawat itu dijatuhkan oleh rudal darat-ke-udara SA-7. Pesawat-pesawat yang berhasil lolos dari serangan misil itu ternyata karena memiliki buangan asap (ekor pesawat) yang lebih panjang dari yang dimiliki oleh A-4 dan hal itu mudah dilacak oleh pembaca inframerah dari rudal itu. Oleh karenanya, setelah perang, AU Israel memperpanjang buangan asap dari seluruh armada A-4 yang dimilikinya.[63]

Kuwait

sunting
 
A-4KU Kuwait dalam posisi siap tempur pada tahun 1991

Pesawat-pesawat Kuwait diterjunkan pada tahun 1991 selama Perang Teluk I. Ketika Irak menginvasi Kuwait dan menghancurkan banyak pangkalan udara, sisa armada yang ada diterbangkan dari jalanan umum untuk melawan tentara Irak. Total ada 24 dari 29 A-4KU yang masih aktif disana (dari 36 yang dikirimkan sejak tahun 1970-an) yang akhirnya dilarikan ke Arab Saudi. Armada Skyhawk (bersama dengan armada Dassault Mirage F1 yang dilarikan) dioperasikan sebagai Angkatan Udara Kuwait merdeka, terbang tidak kurang dari 1.361 sorti selama perang pembebasan Kuwait. Dua puluh tiga A-4 Skyhawk selamat selama peperangan dan selama pendudukan Irak, dengan hanya satu A-4KU (KAF-828, BuNo. 160207) tertembak jatuh oleh misil yang dipandu oleh radar milik Irak, SAM pada 17 Januari 1991.[64][65] Pilotnya, Mohammed Mubarak, berhasil melontarkan dirinya dan menjadi tawanan perang.[66] Akhirnya sisa armadanya dijual ke Brasil, dan pesawat-pesawat itu dioperasikan di atas kapal induk NAe São Paulo sampai akhirnya dipensiunkan di bulan Februari 2017.[67]

Malaysia

sunting

Pada tahun 1982, Malaysia membeli tidak kurang dari 80 pesawat yang sudah diperbaharui jenis A-4C dan A-4L Skyhawk melalui sebuah program pembaharuan, PERISTA. Empat puluh darinya, airframe-nya ditingkatkan kemampuannya dengan sistem pengeboman Hughes AN/ASB-19 Angle Rate Bombing, kemampuan untuk pengisian bahan bakar di udara, bisa membawa beban lebih dari pesawat aslinya, dan sisanya tidak dibawa ke Malaysia, tetapi ditinggalkan di Amerika Serikat sebagai cadangan dan ketersediaan suku cadang. Perubahan yang dilakukan ini hanya untuk keperluan Angkatan Udara Malaysia dan diberi kode A-4PTM. Pesawat-pesawat yang dikirimkan ke Malaysia dan tiba mulai bulan Desember 1984 dan ditempatkan di Skadron Angkatan Udara Malaysia, tepatnya Skadron 6 dan Skadron 9, yang bertempat di Pangkalan Angkatan Udara Kuantan. Selama dipergunakan, pesawat-pesawat tersebut sering bermasalah sehingga sering diperbaiki dan sering mengalami kecelakaan. Pada tahun 1995, akhirnya mereka menggantikan skadron yang ada dengan pesawat British Aerospace Hawk.[68]

Selandia Baru

sunting
 
A-4K Selandia Baru pada tahun 1982

Pada tahun 1970, sebanyak sepuluh pesawat A-4K bertempat duduk tunggal dan empat TA-4K dikirimkan ke Angkatan Udara Selandia Baru bergabung dengan Skadron 75. Jumlah ini termasuk delapan buah pesawat A-4G Skyhawk dan dua TA-4G hibah dari Angkatan Laut Australia pada tahun 1984, sehingga membentuk dua Skadron A-4 Skyhawk.[69] Pada tahun 1986, Proyek Kahu dimulai untuk meningkatkan kemampuan pesawatnya dengan melakukan pembaharuan disisi avionik, termasuk pemasangan radar baru AN/APG-66NZ, sebuah sistim radar yang juga pernah digunakan oleh F-16, serta peningkatan kemampuan persenjataannya, sebagai solusi alternatif daripada pengadaan pesawat baru yang lebih mahal. Sebanyak 22 A-4 Skyhawk dijadikan standar baru berdasarkan proyek tersebut.[70]

Pada tahun 2001, tiga Skadron Tempur (No. 2, 14 dan 75) dihentikan operasinya, sehingga armada A-4 Skyhawk disimpan di gudang menunggu untuk dijual.[71] Selama proses itu mereka sesekali diterbangkan, dirawat dan akhirnya dipindahkan ke Pangkalan Angkatan Udara Woodbourne. Dan dalam proses penyimpanannya, Skyhawk disimpan dengan dilapisi dengan lateks.[70] Pada tahun 2012, perusahaan Draken International menandatangani kesepakatan untuk membeli delapan pesawat dan peralatan untuk difungsikan sebagai pesawat latih. Enam dari struktur tubuh A-4G mencatatkan jam terbang yang sangat sedikit, artinya A-4 jarang dioperasikan. Perusahaan ini akhirnya menempatkannya di Bandar Udara Lakeland Lindir, di Lakeland, Florida.[72] Sedangkan pesawat sisanya diberikan untuk diabadikan di museum di Selandia Baru dan Australia.[73]

Singapura

sunting
 
TA-4S RSAF di Pangkalan Udara Korps Marinir Amerika Serikat, Lemoore, California tahun 1975

Pemerintahan Republik Singapura memesan tidak kurang dari lima puluh pesawat bekas pakai Angkatan Laut Amerika Serikat tipe A-4B dan TA-4B pada tahun 1973 untuk memenuhi kebutuhan dari Singapore Air Defence Command - SADC (Komando Pertahanan Udara Singapura). Pesanan ini diambil dari persediaan A-4 di Pangkalan Angkatan Udara Davis-Monthan (Lanud Davis Monthan), Arizona. Beberapa pesawat tersebut pernah turut serta dalam Perang Vietnam sebagai pesawat anti kapal selam dari divisi VSF-3 ataupun dari kapal induk lainnya. Sebelum diserahkan ke otoritas pemerintahan Singapura, tujuh belas pesawat dari pesanan tersebut dilakukan beberapa perubahan dan rekondisi hingga tercatat ada 100 perubahan agar bisa berfungsi dengan lebih baik. Perubahan-perubahan itu dilakukan oleh perusahaan Lockheed Aircraft Service di Ontario, California. Sesudah dilakukan perubahan, delapan dari tujuh belas pesawat itu dikirimkan ke Leemore untuk program pelatihan, konversi untuk para kru teknis dan penerbang Singapura. Program ini dilakukan bersama divisi VA-127 dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Perubahan yang sama atas pesawat lainnya dilakukan oleh perusahaan Singapore Aerospace Maintenance Company (SAMCO) mulai tahun 1977. Tidak kurang dari tiga pesawat dikorbankan sebagai persediaan suku cadang. Dari 47 pesawat yang dioperasikan, tujuh pesawat bertempat duduk ganda. Perubahann pada tiga dari pesawat ini dilakukan oleh Lockheed dan sisanya dikerjakan oleh SAMCO. Setelah semua perubahan yang dilakukan, pesawat-pesawat ini dikenal dengan tipe A-4S dan TA-4s. A-4 gelombang pertama ini ditempatkan di Skadron 142 "Gryphon" di Pangkalan Angkatan Udara Tengah dan Skadron 143 "Phoenix" di Pangkalan Angkatan Udara Changi sebagai pesawat serang udara-ke-darat. Pada tahun 1975, SADC berubah menjadi Republic of Singapore Air Force (RSAF).[74]

Pada tahun 1977, RSAF memutuskan untuk memesan lagi tujuh puluh pesawat yang belum dirakit, kebanyakan tipe A-4B dan A-4C, dan dikirimkan pada tahun 1980 untuk dilakukan perubahan sehingga lebih dikenal sebagai tipe A4S-1. Pesawat tipe B kebanyakan dipakai sebagai suku cadang. Kesemuanya membentuk satu skadron lagi dan di Skadron 145 "Hornet" di Pangkalan Udara Tengah. Tahun 1983, RSAF membeli lagi 16 airframe (pesawat yang belum dirakit) untuk diwujudkan menjadi delapan pesawat tipe TA4S-1. Perbedaan pesawat ini dengan tipe A-4C adalah pada kanonnya, yang berdiameter 20 mm dibandingkan dengan 30 mm yang biasanya di pasang pada A-4 Skyhawk. Dengan dilengkapi rudal Sidewinder, armada A-4 Skyhawk RSAF merupakan skadron tambahan dari skadron Northrop F-5E sebagai jet tempur pertahanan udara dan juga sebagai jet tempur serang udara-ke-darat. Pada umumnya armada ini terbang ke Malaysia, Indonesia dan Australia untuk latihan bersama.[75]

Kecelakaan

sunting

Pada bulan Desember 1979, sebuah penerbangan formasi A-4 Skyhawk mengalami musibah. Formasi tersebut terdiri atas tiga A-4S dan satu TA-4S terbang di atas gunung di Filipina dalam suatu program pelatihan untuk para pilot baru. Empat orang pilot gugur dan satu pesawat yang diterbangkan oleh Tsu Way Ming dapat kembali ke pangkalan dengan selamat namun mengalami kerusakan mesin. Dua TA-4S, hilang pada Februari 1978 dan satu lagi mengalami gagal lepas landas dan hancur pada tahun 1981 mengakibatkan gugurnya siswa penerbangnya.[76]

Akhir Operasi

sunting

Mulai tahun 1985 banyak musibah yang terjadi dan pada umumnya disebabkan karena kerusakan mesin. Selain itu kemampuan operasi dari armada yang tersisa juga rendah, sehingga masa ini disebut "Krisis Skyhawk". Akibatnya, RSAF memutuskan untuk melakukan rekondisi mesin-mesin atas armada yang tersisa sehingga membentuk 56 pesawat bertempat duduk ganda tipe A-4SU Super Skyhawk dan 26 TA-4SU. Semua armada tersebut dilengkapi dengan mesin General Electric F404 dan memulai bergabung dengan skadron 145. Dan sejak tahun 1983 semua tipe A-4S dan TA-4S dipensiunkan.[77]

Lainnya

sunting
 
Discovery Air A-4

Perusahaan swasta Kanada Top Aces (sebelumnya dikenal sebagai Discovery Air Defense Services), dikontrak oleh Angkatan Udara Kanada, Angkatan Udara Australia dan Bundeswehr (angkatan bersenjata Jerman) untuk menyediakan pendidikan tempur udara dan pertarungan udara. Perusahaan ini juga membeli dan meregistrasikan sepuluh pesawat tipe A-4N dan TA-4J untuk program pelatihan. Top Aces juga memperbaharui pesawat ini sehingga memiliki kemampuan untuk perang elektronika untuk keperluan pelatihan.[78][79] Top Aces juga mengoperasikan A-4N sesuai kontrak untuk pelatihan Bundeswehr (Angkatan Bersenjata Republik Federal Jerman).[80] Penggunaan lainnya dari pesawat ini oleh kalangan sipil adalah untuk keperluan pelatihan mendukung pelatihan tentara Amerika Serikat yang dilakukan oleh Draken International. Draken mengoperasikan pesawat bekas pakai Angkatan Udara Selandia Baru tipe A-4K.[81][82][83] Pesawat A-4 itu dioperasikan sebagai target sasaran di Jerman dengan mempergunakan sistem yang mereka miliki.[80]

Pengguna

sunting
  Amerika Serikat
  Argentina
  Brasil

Monumen

sunting
 
A-4Q milik Angkatan Laut Argentina sebagai monumen di pintu masuk dari Mar del Plata

Dengan banyaknya Angkatan Udara yang mengoperasikan pesawat ini, maka sejumlah pesawat bekasnya banyak dilestarikan sebagai monumen maupun sebagai bagian dari koleksi museum sebagaimana yang ada di beberapa negara berikut ini:[88]

  • Argentina
  • Australia
  • Prancis
  • Indonesia[88]
  • Israel
  • Jepang
  • Malaysia
  • Kuwait
  • Belanda
  • Selandia Baru
  • Singapura
  • Amerika Serikat

Spesifikasi

sunting
 

Data dari McDonnell Douglas aircraft since 1920 : Volume I,[89] Global Security : A4D (A-4) Skyhawk[90] 18 Pesawat Warnai Muspusdirla Yogyakarta[91]

Ciri-ciri umum

  • Kru: 1 (2 pada TA-4J, TA-4F, OA-4F)
  • Panjang: 12.22 m
  • Rentang sayap: 8.38 m
  • Tinggi: 4.57 m
  • Luas sayap: 24.15 m²
  • Airfoil: NACA 0005-0.825-50 tip
  • Berat kosong: 4,750 kg
  • Berat isi: 8,318 kg
  • Berat maksimum saat lepas landas: 11,136 kg
  • Mesin: 1 × Pratt & Whitney J52-P8A pancar gas, 43,1 kN (kilo Newton)

Kinerja

Persenjataan

  • Senjata api: 2 × kaliber 20 mm kanon Colt Mk 12 cannon, 100 putaran/senjata
  • Rudal: 4 × AIM-9 Sidewinder, AGM-45 Shrike ARM (anti-radiation missile/misil anti radiasi), MBDA Exocet, AGM-65 Maverick ASM (air-to-surface missiles/misil udara-ke-permukaan), AGM-62 Walleye bom berpetunjuk, AGM-12 Bullpup ASM (air-to-surface missiles/misil udara-ke-permukaan)
  • Bom: 4,490 kg pada 5 pod atau stasiun bom (dua pod di masing-masing sayap dan satu lagi di fuselage-badan pesawat), Rockeye Mk.20 Cluster Bomb Unit, Rockeye Mk.7/APAM-59 Cluster Bomb Unit, Mk.81 (113 kg) dan Mk.82 (227 kg), pelbagai macam bom buklir seperti B57 serta B61 dan Mk.76 bom-bom untuk keperluan latihan

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Kilduff 1983, hlm. 14-15.
  2. ^ Wilson 1993, hlm. 135.
  3. ^ a b John, Golan. "Heinemann's Hot Rod". history dot org. World History Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Agustus 2017. Diakses tanggal 30 November 2019. 
  4. ^ Petrescu 2012, hlm. 31.
  5. ^ a b c Saragih 2018, hlm. 8.
  6. ^ "Technical Data." Diarsipkan 14 Agustus 2014 di Wayback Machine. a4skyhawk.org. Diakses: 21 November 2019
  7. ^ Winchester 2004, hlm. 15.
  8. ^ Heinemann 1985, hlm. 35-36.
  9. ^ "Skyhawk." Diarsipkan 04 April 2013 di Wayback Machine. Air Victory Museum. Diakses: 21 November 2019.
  10. ^ a b c "Douglas A-4F Skyhawk II." Diarsipkan 12 Maret 2011 di Wayback Machine. Museum of Flight. Diakses: 21 November 2019
  11. ^ "Collections - Aircraft - Skyhawk (A4D/A-4/TA-4)." Diarsipkan 12 Oktober 2007 di Wayback Machine. National Museum of Naval Aviation. Diakses: 21 November 2019
  12. ^ Saragih 2018, hlm. 9 - 11.
  13. ^ Winchester 2004, hlm. 290.
  14. ^ a b Winchester 2004, hlm. 291.
  15. ^ Winchester 2004, hlm. 48.
  16. ^ Winchester 2004, hlm. 40.
  17. ^ a b c Winchester 2004, hlm. 127-130.
  18. ^ a b c d Winchester 2004, hlm. 130-132.
  19. ^ Winchester 2004, hlm. 342-343.
  20. ^ Winchester 2004, hlm. 354-369.
  21. ^ "AV-8B Harrier." Diarsipkan 04 Agustus 2011 di Wayback Machine. Military Analysis Network (Federation of American Scientists). Diakses: 21 November 2019
  22. ^ a b c "VA-93 Blue Blazers: Events 15 Oktober 1963." Diarsipkan 16 Mei 2015 di Wayback Machine. skyhawk.org. Diakses: 30 November 2019
  23. ^ a b "USS Bennington (CV-20)." Diarsipkan 16 Januari 2013 di Wayback Machine. Navysite. Diakses: 30 November 2019
  24. ^ Dorr 1996, hlm. 34,36.
  25. ^ Winchester 2004, hlm. 123.
  26. ^ "USN / USMC A-4 Skyhawk Aviators Killed In Action, Missing In Action, Operational Losses, Prisoners Of War, Wounded In Action, Combat Recoveries and Operations Recoveries - 1954 to 1991." Diarsipkan 13 Oktober 2010 di Wayback Machine. a4skyhawk.org, 05 Juli 2010. Diakses: 30 November 2019
  27. ^ Uhlig 1968, hlm. 13.
  28. ^ Grossnick 1997, hlm. 769.
  29. ^ McCarthy 2009, hlm. 62.
  30. ^ "VA 42, p. 15." Diarsipkan 25 Maret 2007 di Wayback Machine. history.navy.mil. Diakses: 24 November 2019
  31. ^ Hobson 2001, hlm. 269-270.
  32. ^ Winchester 2004, hlm. 344.
  33. ^ a b "Air Force - Argentina / Fuerza Aerea Argentina". www.globalsecurity.org. Diakses tanggal 27 November 2019. 
  34. ^ "Overview of U.S. Policy towards South America and the President's Upcoming Trip to the Region." Diarsipkan 09 Juni 2011 di Wayback Machine. commdocs.house.gov. Diakses: 29 November 2019
  35. ^ Silva, Victor (22 Agustus 2018). "Argentine Air Force Pilots in the Falklands". WAR HISTORY ONLINE (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 November 2019. 
  36. ^ Smith, Gordon. "Argentine Aircraft and Successes against British Ships." Diarsipkan 06 Februari 2006 di Wayback Machine. naval-history.net. Diakses:29 November 2019
  37. ^ a b Elward 2000, hlm. 158.
  38. ^ Chant 2001, hlm. 76.
  39. ^ "Caza Bombarderos de la Aviación Naval: Douglas A4-Q Skyhawk". Diarsipkan 29 Oktober 2010 di Wayback Machine. (Spanyol) Historia y Arqueologia Marítima. Diakses: 29 November 2019
  40. ^ "Protecting Brazil’s Riches". Diarsipkan 31 Januari 2012 di Wayback Machine. Diálogo Diakses: 29 November 2019
  41. ^ "Conhecendo o A-4KU Skyhawk II" (dalam bahasa Portugis). Diarsipkan 18 Agustus 2011 di Wayback Machine. Poder Aéreo, 06 Juni 2012. Diakses: 29 November 2019
  42. ^ "NAeL Minas Gerais - Brazilian Navy." Diarsipkan 29 Februari 2012 di Wayback Machine. Save the Vengeance, Diakses: 29 November 2019
  43. ^ "Modernização dos A-4 da Marinha do Brasil" (dalam bahasa Portugis). Diarsipkan 26 April 2012 di Wayback Machine. ecsbdefesa.com. Diakses: 29 November 2019
  44. ^ "Embraer to Modernize Brazilian Navy AF-1 and AF-1A Jets". Diarsipkan 11 Juli 2011 di Wayback Machine. Reuters, 14 April 2009. Diakses: 29 November 2019
  45. ^ "Brazilian Navy receives modernized A-4 Skyhawk." Diarsipkan 27 Mei 2015 di Wayback Machine. UPI Diakses: 29 November 2019
  46. ^ Barreira, Victor (02 Agustus 2017). "Brazil re-thinks Skyhawk upgrade programme". IHS Jane's Defence Weekly. 54 (31): 11. 
  47. ^ Saragih 2018, hlm. 23.
  48. ^ a b c Saragih 2018, hlm. 12-15.
  49. ^ Asril, Sabrina (23 Maret 2017). Asril, Sabrina, ed. "A-4 Skyhawk dan Sejarah Pertahanan". Kompas.com. Diakses tanggal 20 November 2019. 
  50. ^ a b M. Tarigan 2015, hlm. 129.
  51. ^ a b Winchester 2004, hlm. 410-414.
  52. ^ Retaduari, Elza Astari (15 Maret 2017). "Cerita Thunder Family Halau Musuh Saat Ops Timtim dengan Skyhawk". detikcom. Diakses tanggal 8 Desember 2019. 
  53. ^ Saragih 2018, hlm. 19.
  54. ^ Setiawan 2016, hlm. 139-173.
  55. ^ Winchester 2004, hlm. 415.
  56. ^ Winchester 2004, hlm. 419.
  57. ^ a b Winchester 2004, hlm. 420.
  58. ^ Winchester 2004, hlm. 196.
  59. ^ Winchester 2004, hlm. 197.
  60. ^ Zorani, Salchar (13 Desember 2015). "Goodbye A-4 Skyhawk". IAF. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Desember 2015. Diakses tanggal 25 Desember 2019. 
  61. ^ Winchester 2004, hlm. 421-422.
  62. ^ Winchester 2004, hlm. 201.
  63. ^ Winchester 2004, hlm. 204-205.
  64. ^ "Kuwait Skyhawks in Gulf War - A-4 Skyhawk Association". a4skyhawk.info. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 April 2018. Diakses tanggal 30 November 2019. 
  65. ^ Winchester 2004, hlm. 141.
  66. ^ "Gulf War POWs." Diarsipkan 28 Desember 2017 di Wayback Machine. Ejection history. Diakses: 29 November 2019
  67. ^ Baugher, Joe. "Douglas A-4KU/TA-4KU Skyhawk for Kuwait". Diarsipkan 11 Juni 2009 di Wayback Machine. A-4 Skyhawk, Diakses: 27 November 2019
  68. ^ "Portal Rasmi Tentera Udara Diraja Malaysia TUDM - Kuantan". www.airforce.mil.my. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-03. Diakses tanggal 28 November 2019. 
  69. ^ Gann 1996, hlm. 139-140.
  70. ^ a b Elward 2000, hlm. 169-170.
  71. ^ Aronson, Cathy (21 Mei 2001). "RAF looks to snap up NZ Skyhawk pilots". Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 Juli 2017. Diakses tanggal 19 Juli 2017. 
  72. ^ "Draken International Commercial Air Services." Diarsipkan 15 Januari 2014 di Wayback Machine. Defense Media Network. Diakses: 29 November 2019
  73. ^ "New life for RNZAF jet." Diarsipkan 19 Maret 2014 di Wayback Machine. The Dominion Post. Diakses: 29 November 2019
  74. ^ Winchester 2004, hlm. 445-447.
  75. ^ Winchester 2004, hlm. 447-449.
  76. ^ Winchester 2004, hlm. 450.
  77. ^ Winchester 2004, hlm. 451-453.
  78. ^ "Top Aces - McDonnell Douglas A-4N". discoveryair-ds.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Februari 2018. Diakses tanggal 29 November 2019. 
  79. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Februari 2019. Diakses tanggal 29 November 2019. 
  80. ^ a b Osborne, Tony (31 Agustus – 13 September 2015). "Exporting Expertise: Outsourcing combat-ready pilot training". Aviation Week & Space Technology. Vol. 177 no. 17. hlm. 28–29. Diarsipkan dari versi asli  tanggal 12 Oktober 2018. Diakses tanggal 30 November 2019. 
  81. ^ Drew, Paul (24 Mei 2016). "CAE proposes 16 Draken A-4 Skyhawks for RCAF fighter training". Flightglobal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 November 2016. Diakses tanggal 29 November 2019. 
  82. ^ Giangreco, Leigh (18 Agustus 2016). "Commercial A-4 Skyhawk crashes near Nellis". Flightglobal. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Agustus 2016. Diakses tanggal 29 November 2019. 
  83. ^ "ANALYSIS: How Draken International became the world's biggest private air force". Flightglobal. 03 September 2014. Diakses tanggal 29 November 2019. 
  84. ^ "FAA Registry". Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Februari 2019. 
  85. ^ "AeroGroup Concludes F-16 Pilot Training Contract with the Air Education and Training Command (AETC) for the Belgian Air Force, Belgian Air Component." Diarsipkan 03 Oktober 2015 di Wayback Machine. Pr.com, Diakses: 27 November 2019
  86. ^ a b Hoyle, Craig (04 Desember 2018). "ANALYSIS: 2019 World Air Forces Directory". Flightglobal Insight. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 Januari 2019. Diakses tanggal 30 November 2019. 
  87. ^ "Embraer inicia modernização de último caça AF-1 da Marinha". airway.uol.com.br. Diarsipkan dari versi asli tanggal 05 Mei 2019. Diakses tanggal 30 November 2019. 
  88. ^ a b Purmono, Abdi (10 Maret 2016). k, Zacharias wuragil brasta, ed. "Jet Tempur Tua A-4 Skyhawk 'Abadi' di Banyak Kota". Tempo.co. Diakses tanggal 29 November 2019. 
  89. ^ Francillon 1990, hlm. 477-482.
  90. ^ "A4D (A-4) Skyhawk". www.globalsecurity.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 Mei 2019. Diakses tanggal 21 November 2019. 
  91. ^ Saragih 2018, hlm. 9-11.

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting