Al-Muqtadir
Al-Muqtadir (* 895; † 932) adalah khalifah ke-18 Abbasiyah (908–932).
Nama dalam bahasa asli | (ar) المقتدر |
---|---|
Biografi | |
Kelahiran | 13 November 895 Bagdad |
Kematian | 1r November 932 (36 tahun) Bagdad |
Penyebab kematian | Terbunuh dalam tugas |
18 Abbasid caliph (en) | |
13 Agustus 908 – 1r November 932 ← Al-Muktafi – Al-Qahir → | |
Data pribadi | |
Agama | Islam |
Kegiatan | |
Pekerjaan | politikus, Khalifah |
Konflik | Battle of Baghdad (en) |
Keluarga | |
Keluarga | Abbasids (en) |
Pasangan nikah | Hurra bint Badr (en) |
Anak | Ar-Radhi, Al-Muthi', Al-Muttaqi, Ishaq ibn al-Muqtadir (en) |
Orang tua | Al-Mu'tadhid , Shaghab |
Saudara | Al-Muktafi dan Al-Qahir |
Kerabat | Al-Qadir (cucu laki-laki) |
Setelah khalifah sebelumnya, al-Muktafi, dikurung selama beberapa bulan di kamarnya, terjadi intrik yang menyangkut masa depan khilafah. Dari 2 calon, adinda al-Muktafi yang disukai khalifah dan keturunan al-Mu'tazz yang baru berusia 13 tahun, akhirnya dipilih al-Muqtadir, adinda al-Muktafi.
Sejak masa pemerintahannya, Abbasiyah terus menurun. Di saat yang sama, banyak nama terkenal di bidang sastra dan IPTek bermunculan. Yang terkenal: Ishaq bin Hunain (m. 911) (anak Hunain bin Ishaq), dokter dan penerjemah tulisan-tulisan filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab; Ibnu Fadhlan, penjelajah; Muhammad bin Jabir bin Sinan al-Battani (m. 923), astronom; Thabari (m. 923), sejarawan dan agamawan; Abu Bakr ar-Razi (m. 930), filsuf yang memberikan sumbangan mendasar dan abadi di bidang kedokteran dan kimia; Abu Nashr Muhammad al-Farabi (m. 950), kimiawan dan filsuf; Abu Nashr Mansur (m. 1036), matematikawan; Al-Haitsam (m. 1040), matematikawan; Abu Raihan al-Biruni (m. 1048), matematikawan, astronom, fisikawan; Omar Khayyám (m. 1123), penyair, matematikawan, dan astronom.
Ada peperangan beberapa tahun antara kaum Muslimin dan Yunani di Asia, dengan kekalahan besar di sisi kaum Muslim yang banyak dijadikan tawanan. Nmaun, perbatasan Bizantium, mulai terancam gerombolan Bulgaria Volga; sehingga Kaisar Zoe Karbonopsina mengirim 2 DuBes ke Baghdad untuk menjamin gencatan senjata, dan membagikan ransum buat tawanan muslim. Mereka diterima dengan tangan terbuka dan perdamaian dipulihkan. 120.000 lempengan emas dibayarkan untuk kebebasan tahanan itu.
12 tahun kemudian, untuk yang kedua kalinya al-Muqtadir menjadi sasaran kudeta. Anggota istana terkemuka yang telah bersekongkol terhadapnya, memaksanya turun tahta demi saudaranya al-Qahir, tetapi setelah terjadi sejumlah penjarahan dan pembunuhan, para konspirator itu menyadari mereka tak mendapat dukungan senjata, sehingga al-Muqtadir bisa memerintah lagi.
Pada tahun 932 Al-Muqtadir dibunuh oleh penjaga kota di Mosul. Ia digantikan oleh saudaranya al-Qahir (932–934).
[1] Catatan:
- k. merupakan tahun kekuasaan
- Angka, merupakan nomor urut seseorang menjadi khalifah.
- Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.
Didahului oleh: al-Muktafi |
Khalifah Bani Abbasiyah (908–932) |
Diteruskan oleh: al-Qahir |
- ^ Imam As-Suyuthi (2006). Tarikh Khulafa' [Sejarah Para Penguasa Islam]. Jakarta: Al-Kautsar. ISBN 979-592-175-4.