Al-Musta'shim
Al-Musta'shim Billah (bahasa Arab: المستعصم بالله) bergelar Abu Ahmad dan bernama lengkap Abdullah bin al-Mustanshir Billah (lahir 1213 - 20 Februari 1258) adalah khalifah terakhir Bani Abbasiyah di Baghdad; dia berkuasa dari 1242 hingga 1258. Lalu kekuasaaan pindah dari Baghdad ke Kairo Mesir 1261, estafet kekhilafahan Bani Abbasiyaah dipimpin oleh Khalifah Al-Mustanshir II.
al-Musta'shim | |
---|---|
المستعصم بالله | |
Khalifah Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad terakhir | |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1213 Baghdad |
Meninggal | 20 Februari 1258 (umur 45) Baghdad |
Orang tua |
|
Sunting kotak info • L • B |
Dilahirkan pada tahun 609 H / 1213, beribukan seorang mantan budak yang bernama Hajar. Dilantik sebagai khalifah setelah kematian ayahnya. Diriwayatkan ia merupakan sosok yang pemurah, penyabar, batinnya sehat dan agamanya baik. Pada masanya, wilayah Kedaulatan Islam sedang terancam penyerbuan bangsa Mongol, bahkan beberapa wilayah Kedaulatan Islam telah jatuh ketangan Bangsa Mongol. Sementara di Andalusia, wilayah kedaulatan Islam sudah menyempit, sehingga akhirnya tinggal Granada saja yang tersisa. Sementara pertikaian yang melanda Kesultanan Ayubiyah turut memperlemah Kedaulatan Islam.
Dalam keadaan seperti itu, Khalifah Al Mutashim terlalu lemah. Ia banyak tergantung kepada wazirnya, yang bernama Muayidin Al Alqami Ar Rafidhi yang diangkat pada tahun 1244. Ternyata ibnu Alqami yang beraliran Syi’ah ini berambisi merebut kekhalifahan Abbasiyah dan menyerahkannya kepada kaum Syiah. Ketika bangsa Mongol merebut wilayah-wilayah islam, Ia aktif berkores-podensi dengan mereka dan mendukung mereka agar menyerang Bagdadh. Ibnu Alqami juga melakukan demobilisasi terhadap pas-kan yang telah disiapkan mendiang Khalifah Al Mustanshir untuk menghadapi pasukan mongol. Jumlah pasukan yang mencapai seratus ribu orang, oleh ibnu Alqami dikurangi dengan cara mencoret nama-nama pasukan dari daftar Negara dan menghapus gajinya. Ia meyakinkan kepada Khalifah Al Musta’sim bahwa pasukan Mongol tidak akan menyerang Bagdad dan menasehatkannya untuk mengirim hadiah kepada pasukan mongol agar tidak menyerang Bagdad. Hadiah tersebut tidak perlu mewah. Selain itu Ibnu Alqami juga berusaha memperkecil jumlah pasukan Al Mustashim hingga tinggal sepuluh ribu personel.
Digantikan oleh Al-Mustanshir II ,pemerintahan Khilafah Abbasiyah pindah ke Kairo,Mesir.
Masa pemerintahan
suntingAl-Musta'shim memerintah di Kekhalifahan Abbasiyah sejak tahun 1242 hingga tahun 1258 M.[2] Pengangkatannya sebagai khalifah menggantikan Al-Mustanshir yang wafat pada tahun 640 H atau 1242 M.[3] Al-Musta'shim menjadi khalifah yang ke-37 dalam Dinasti Abbasiyah.[4]
Al-Musta'shim merupakan salah satu khalifah dengan kekuasaan yang lemah di Kekhalifahan Abbasiyah.[4] Pada masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah berakhir sehingga ia menjadi khalifah yang terakhir. Kekuasaannya berakhir setelah Bagdad dihancurkan oleh Hulagu Khan dari Kekaisaran Mongol pada tahun 1258 M.[5] Al-Musta'shim dibunuh secara keji di Bagdad oleh pasukan Kekaisaran Mongol pada tahun 656 H.[6]
Serangan Mongol
suntingSementera itu cucu Jenghis Khan, Hulagu Khan bergerak dari Mongol memimpin pasukan berkekuatan besar untuk membasmi kelompok Hasyasyin (1255). Ia mengundang Khalifah untuk bekerjasama membasmi kelompok itu. Tetapi tidak mendapat tanggapan. Akhirnya sejumlah besar benteng Hasyasin termasuk pusatnya, Alamut, berhasil dihancurkan (1256). Hulagu kemudian terus maju ke Baghdad, dan tatkala sampai di Khurasan (September 1257), ia mengultimatum Khalifah agar menyerah dan mendesak agar tembok kota di luar diruntuhkan. Tetapi Khalifah enggan memberikan jawaban. Tentara Mongol pimpinan Hulagu akhirnya tiba di luar kota Baghdad pada bulan November 1257. Hulagu sekali lagi mengirim utusan kepada khalifah agar menyerah, tetapi khalifah menolak dan memberi peringatan kepada Hulagu bahwa mereka akan menghadapi murka Allah jika mereka tetap menyerang kekhalifahan yang dipimpinnya.
Hulagu segera membagi pasukannya menjadi dua bagian besar untuk menyerbu Baghdad yaitu dari Barat dan Timur sungai Tigris. Awalnya pasukan muslim berhasil memukul mundur serbuan dari barat, tetapi mereka berhasil dikalahkan di pertempuran berikutnya. Serangan bangsa Mongol akhirnya berhasil menyusup ke garis belakang pasukan muslim dan tanpa ampun membantainya dan sebagian gugur tenggelam.
Pada tanggal 29 Januari 1258, kota Baghdad mulai dikepung dibawah pimpinan jendral China, Guo Khan. Pada tanggal 5 Februari, mereka berhasil menguasai benteng disekitar baghdad. Khalifah kemudian berusaha bernegosiasi dengan Hulagu tetapi ditolaknya. Akhirnya pada tanggal 10 Februari, Baghdad resmi menyerah.
Pasukan Mongol mulai memasuki kota pada tanggal 13, di mana minggu itu merupakan minggu yang sungguh penuh darah dan jerit tangis warga kota Baghdad. Pembantaian, penjarahan, pemerkosaan dan pembakaran terjadi di mana-mana. Bangsa Mongol menjarah dan menghancurkan Masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit, dan juga banyak bangunan bersejarah. Perpustakaan kota Baghdad yang penuh dengan buku-buku sejarah, kedokteran dan astronomi dan lainnya dijarah dan semua bukunya dilempar ke sungai Tigris, para saksi mata mengatakan sungai tigris berubah warnanya menjadi hitam dikarenakan saking banyaknya buku yang terendam sehingga tintanya luntur.
Khalifah Al-Mus'tasim ditangkap dan disuruh melihat rakyatnya yang sedang disembelih dijalan-jalan dan hartanya yang dirampas. Kemudian setelah itu khalifah dibunuh dengan cara dibungkus dengan permadani dan diinjak-injak dengan kuda sampai mati. Semua anaknya dibunuh kecuali satu yang masih kecil dijadikan budak dan dibawa ke Mongol.
Sejarawan Islam, Abdullah Wassaf memperkirakan pembantaian warga kota Baghdad mencapai beberapa ratus ribu orang. Ian Frazier dari majalah The New York Worker memberi perkiraan sekitar 200 ribu sampai dengan 1 juta orang. Setelah kehancuran ini, kota Baghdad tidak pernah lagi menjadi pusat Kebudayaan dan ilmu Pengetahuan dunia.
Sebenarnya serangan Hulaghu ini adalah hanya sebagai pukulan terakhir saja dalam keruntuhan Kekhalifahan Abbasiyah yang sebenarnya telah "menderita sakit kronis" sekian lama. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kelema-han Kekhalifahan ini sehingga mencapai keruntuhannya adalah sebagai berikut:
Melemahnya kewibawaaan seorang Khalifah dalam memerintah, sehingga mudah dipengaruhi para pegawainya, bahkan malah pegawainya yang berkuasa, sementara Khalifah hanya berkuasa secara formalitas.
Persaingan antar bangsa yang saling berebut pengaruh dalam Kekhalifahan. Seperti bangsa Persia dan Turki.
Merosotnya perekonomian yang disebabkan menurunnnya pendapatan negara sementara pengeluaran meningkat. Penurunan ini disebabkan oleh menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah.
Bermunculannya aliran-aliran keagamaan yang menimbulkan konflik, seperti kaum Syi’ah, Mu’tazilah, Zindiq dan lain-lain. Selain itu juga munculnya sikap fanatik Mazhab yang juga menimbulkan konflik.
Ancaman dari luar seperti ekspeisi perang Salib dan serangan bangsa Mongolia.
Dalam fiksi
suntingAl-Musta'sim adalah kholifah yang berkuasa pada masa buku O Homem que Calculava, oleh Malba Tahan (nama samaran Júlio César de Mello e Souza yang kelahiran Brasil). Akhir cerita buku ini merujuk pada kekalahannya dan Pengepungan Baghdad; namun, pimpinan penyerbu itu dikatakan Genghis Khan sendiri, bukannya Hulagu Khan, dan tidak disebutkan bahwa Al-Musta'shim dipenggal selain daripada diinjak-injak.
[7] Catatan:
- k. merupakan tahun kekuasaan
- Angka, merupakan nomor urut seseorang menjadi khalifah.
- Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.
Didahului oleh: Al-Mustanshir |
Khalifah Bani Abbasiyah (1242–1258) |
Diteruskan oleh: Al-Mustanshir II |
Referensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ Al-Hawadith al-Jami'a. Ibnul Fuwaṭi
- ^ Zakariya, Din Muhammad (Juli 2018). Sejarah Peradaban Islam: Prakenabian hingga Islam di Indonesia (PDF). Malang: CV. Intrans Publishing. hlm. 24. ISBN 978-602-08996-4-0.
- ^ Syauqi, A., dkk. (Mei 2016). Badrian, ed. Sejarah Peradaban Islam (PDF). Sleman: Aswaja Pressindo. hlm. 54–55.
- ^ a b Zaghrut 2022, hlm. 41-42.
- ^ Irfan (2016). "Peranan Baitul Hikmah dalam Menghantarkan Kejayaan Daulah Abbasiyah" (PDF). Jurnal As-Salam. 1 (2): 153. ISSN 2528-1402.
- ^ Zaghrut 2022, hlm. 28.
- ^ Imam As-Suyuthi (2006). Tarikh Khulafa' [Sejarah Para Penguasa Islam]. Jakarta: Al-Kautsar. ISBN 979-592-175-4.
Daftar pustaka
sunting- Zaghrut, Fathi (April 2022). Artawijaya, ed. Tragedi-Tragedi Besar dalam Sejarah Islam. Diterjemahkan oleh Irham, Masturi. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-979-592-978-9.