Ali Sastroamidjojo

Perdana Menteri Indonesia ke-8 dan ke-10
(Dialihkan dari Ali Sastroamidjojo SH)

Mr. Raden Ali Sastroamidjojo (EYD: Ali Sastroamijoyo) (21 Mei 1903 – 13 Maret 1975) adalah Perdana Menteri Indonesia kedelapan dan kesepuluh selama dua periode yang berbeda, antara tahun 1953 sampai 1955 dan 1956 hingga 1957. Ketika berpolitik di Partai Nasional Indonesia, ia menjabat sebagai ketua umum. Ali merupakan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.

Ali Sastroamidjojo
Perdana Menteri Indonesia ke-8 dan ke-10
Masa jabatan
30 Juli 1953 – 11 Agustus 1955
PresidenSoekarno
Wakil
Sebelum
Pendahulu
Wilopo
Sebelum
Masa jabatan
24 Maret 1956 – 9 April 1957
PresidenSoekarno
Wakil
Menteri Pertahanan Indonesia ke-10
Masa jabatan
24 Maret 1956 – 9 April 1957
Perdana MenteriAli Sastroamidjojo
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ke-4
Masa jabatan
3 Juli 1947 – 4 Agustus 1949
Perdana Menteri
Wakil Menteri Penerangan Indonesia ke-1
Masa jabatan
2 September 1945 – 14 November 1945
PresidenSoekarno
MenteriAmir Sjarifoeddin
Sebelum
Pendahulu
Tidak ada; jabatan baru
Sebelum
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
Masa jabatan
1960–1966
PresidenSoekarno
Ketua
Informasi pribadi
Lahir21 Mei 1903
Grabag, Magelang, Keresidenan Kedu, Hindia Belanda
Meninggal13 Maret 1975(1975-03-13) (umur 71)
Jakarta, Indonesia
MakamTaman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata[1]
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Nasional Indonesia
Suami/istri
  • Titi Roelia
    (m. 1922; wafat 1966)
  • (m. 1970)
Anak4, salah satunya Kemal Mahisa
KerabatAli Wardhana (keponakan) Danukromo (Kakek Buyut) Kholil al- Bangkalani (Sepupu)
AlmamaterUniversitas Leiden
ProfesiPengacara
Politikus
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Masa muda

sunting

Raden Ali Sastroamidjojo lahir di Grabag, Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada tanggal 21 Mei 1903 dari keluarga bangsawan Kabupaten Magelang yang tergolong priyayi. Dia menghabiskan masa kecilnya di daerah setempat dan bermain dengan teman-temannya yang kebanyakan dari keluarga petani. Dengan harapan menemukan lingkungan yang layak bagi perkembangan anak-anaknya, maka keluarga Sastroamidjojo pindah ke kota di mana menjadi tempat Sastroamidjojo dikirim untuk mengenyam pendidikan Eropa, meskipun ia juga rutin belajar bahasa Jawa. Keluarga Sastroamidjojo mengabdikan diri untuk mengadvokasi pentingnya pendidikan Barat.[2][3][4]

Seperti kebanyakan pemuda bangsawan lainnya di Hindia Belanda, Ali bersekolah di sekolah Belanda, Queen Wilhelmina School, dan melanjutkan studi hukum di Universitas Leiden di Belanda, di mana ia menerima gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum) pada tahun 1927. Kemudian, ia pergi ke praktik swasta. Semasa sekolah, ia aktif dalam organisasi pemuda, seperti organisasi Jong Java, dari tahun 1918 hingga 1922 dan Perhimpoenan Indonesia, dari tahun 1923 hingga 1928. Karena aktivitasnya, ia ditangkap pada tahun 1927 oleh Belanda bersama dengan Mohammad Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, dan Abdulmadjid Djojoadiningrat. Setelah enam bulan di penjara, Ali dibebaskan. Ia kemudian kembali ke Jawa pada tahun 1928.[4][5]

Karier

sunting

Pada 1928, Ali bersama dengan Soejoedi membuka kantor pengacara, dan bersama Soekiman, menerbitkan majalah Djanget di Kota Surakarta. Kemudian ia berpolitik di Partai Nasional Indonesia (PNI) pimpinan Soekarno, lalu masuk Gerindo saat PNI dibubarkan oleh Sartono. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, ia kembali bergabung dalam organisasi PNI.

Seusai Perang Dunia II, Ali meneruskan aktivitasnya di lapangan politik dan pemerintahan, antara lain menjadi Menteri Pengajaran dalam Kabinet Amir Sjarifuddin I (Juli 1947) dan Kabinet Hatta (Januari 1948). Ia kemudian menjabat sebagai wakil ketua delegasi Republik Indonesia dalam perundingan dengan Belanda (Februari 1948) dan menjadi anggota delegasi Republik Indonesia dalam perundingan Konferensi Meja Bundar. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia, ia diangkat menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko (1950–1955). Selain itu, ia juga diangkat menjadi Ketua Umum Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung pada 1955, wakil tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (1957–1960), dan menjadi Ketua Umum PNI (1960–1966)

Ali Sastroamidjoyo memimpin sebagai perdana menteri dalam kabinet Ali Sastroamidjojo I dan kabinet Ali Sastroamidjojo II dalam periode yang berbeda, yaitu sejak 31 Juli 1953 hingga 24 Juli 1955 untuk kabinet pertama, dan untuk kabinet Ali Sastroamidjoyo ke-2 dari 24 Maret 1954 sampai dengan 14 Maret 1957. Beberapa program kerja yang terkenal dalam kedua kabinet ini adalah memberikan hak otonomi untuk daerah, normalisasi hubungan Indonesia dengan Belanda, mengupayakan pembebasan Irian Barat, dan membatalkan hasil Konferensi Meja Bundar.[6]

 
Foto nisan makam Ali Sastroamidjojo di TMPNU Kalibata, Jakarta

Ali Sastroamijoyo wafat pada tanggal 13 Maret 1975 dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta Selatan.

  • Pengantar Hukum Internasional (1971)
  • Politik Luar Negeri Indonesia Dewasa Ini (1972), otobiografi
  • Tonggak-tonggak Perjalananku (1974)
  • Empat Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda (1975)

Penghargaan

sunting

Tanda Kehormatan

sunting

Akademik

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Menjelajahi Rumah Terakhir 10 Mantan Perdana Menteri". detikcom. 16 Agustus 2006. Diakses tanggal 3 November 2021. 
  2. ^ Setiawan 2012.
  3. ^ Vickers 2005, hlm. 227.
  4. ^ a b "Ali Sastroamidjojo". Tirto.id. Diakses tanggal 2021-11-03. 
  5. ^ Adryamarthanino, Verelladevanka (2021-07-31). Nailufar, Nibras Nada, ed. "Ali Sastroamidjojo: Karier, Peran, dan Kiprahnya". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-09-25. 
  6. ^ Wenny, Raras. "Sejarah Kabinet Ali Sastroamidjojo 1 dan 2". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2023-11-21. 
  7. ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diakses tanggal 4 Oktober 2021. 

Pranala luar

sunting
Jabatan politik
Didahului oleh:
Burhanuddin Harahap
Perdana Menteri Indonesia
1956–1957
Diteruskan oleh:
Djuanda Kartawidjaja
Menteri Pertahanan Indonesia
1956–1957
Didahului oleh:
Wilopo
Perdana Menteri Indonesia
1953–1955
Diteruskan oleh:
Burhanuddin Harahap
Didahului oleh:
Soewandi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
1947–1949
Diteruskan oleh:
Teuku Mohammad Hassan
Jabatan menteri baru Wakil Menteri Penerangan Indonesia
1945
Diteruskan oleh:
Abdurrahman Baswedan
Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
Sudjarwo Tjondronegoro
Duta Besar Indonesia untuk PBB
1957–1960
Diteruskan oleh:
Soekardjo Wirjopranoto
Posisi baru Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat
1950–1953
Diteruskan oleh:
Moekarto Notowidigdo
Posisi baru Duta Besar Indonesia untuk Kanada
1953–1954
Diteruskan oleh:
Usman Sastroamidjojo