Ayub 27 (disingkat Ayb 27) adalah bagian dari Kitab Ayub di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen. Kitab ini menceritakan riwayat Ayub, seorang yang saleh, dan pencobaan yang dialaminya.[1][2]

Ayub 27
Kitab Ayub lengkap pada Kodeks Leningrad, dibuat tahun 1008.
KitabKitab Ayub
KategoriKetuvim
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Lama
Urutan dalam
Kitab Kristen
18
  • Naskah sumber utama: Masoretik, Septuaginta dan Naskah Laut Mati.
  • Pasal ini terdiri dari 23 ayat.
  • Merupakan babak ketiga percakapan antara Ayub dengan ketiga sahabatnya, yang dicatat dalam pasal 22 sampai 31.
  • Berisi jawaban Ayub atas perkataan ketiga Bildad, orang Suah, mengenai pencobaan yang dialami Ayub.

Struktur

sunting

Ayat 3-4

sunting
"3Selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku,
4maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan, dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya."[3]
Bahasa Ibrani: 3 כי־כל־עוד נשמתי בי ורוח אלוה באפי׃
4 אם־תדברנה שפתי עולה ולשוני אם־יהגה רמיה׃
Transliterasi Ibrani: 3ki-kol-o·wd nish·ma·ti bi we·ru·akh e·lo·ah be·'a·pi.
4im-te·da·be·re·nah she·fa·tai aw·lah u·le·sho·ni im-yeh·geh re·mi·yah.

Ayub adalah salah satu teladan terbesar mengenai hal ketabahan dalam keyakinan, kesetiaan kepada kebenaran dan ketekunan di dalam iman (lihat Yakobus 5:11). Tekadnya yang tidak menyimpang untuk mempertahankan integritasnya dan tetap setia kepada Allah tidak ada bandingannya di dalam sejarah keselamatan orang percaya. Pencobaan, penderitaan atau kebungkaman Allah tidak dapat mengubah kesetiaannya kepada Allah dan sabda-Nya (bandingkan Yesaya 45:21). Dia menolak untuk mengutuk Allah dan mati (bandingkan Ayub 2:9).

  • 1) Demikian pula, orang percaya dalam masa Perjanjian Baru harus mengabdi kepada satu cara hidup sepanjang mengalami pencobaan, kesusahan, atau hari-hari yang gelap di dalam hidup ini. Dengan sangat yakin mereka harus berani bertekun dalam iman, tetap teguh hingga akhir (Kolose 1:23); mereka tidak boleh menyerah selama hidup ini, berpegang erat dengan tulus hati pada firman dan kasih Allah. Mereka selalu harus berusaha memelihara hati nurani mereka murni di hadapan Allah dan sesama (Kisah Para Rasul 24:16; bandingkan Kisah Para Rasul 23:1; 1 Korintus 4:4; 2 Timotius 1:3; 1 Yohanes 3:21).
  • 2) Keputusan untuk tetap setia kepada Allah dan bertahan dalam iman, pengharapan, dan kasih merupakan kewajiban bagi orang percaya (Ibrani 3:14; 10:35–39; Yudas 1:21). Melakukan hal ini akan melindungi mereka terhadap kandasnya iman ketika sedang menghadapi penganiayaan, pencobaan, dan serangan Iblis yang berat (1 Timotius 1:18–20; bandingkan 1 Timotius 6:11–14; 2 Timotius 4:5–8; lihat Filipi 3:8–16).
  • 3) Pada pihak-Nya, Allah menjanjikan kuasa-Nya sebagai pelindung umat-Nya yang setia dan menjaga mereka dalam kasih karunia-Nya supaya mereka dapat memperoleh "keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir" (lihat 1 Petrus 1:5).[4]

Referensi

sunting
  1. ^ J. Blommendaal. Pengantar kepada perjanjian lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
  2. ^ (Indonesia) WS Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 2, sastra dan nubuatan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1994.
  3. ^ Ayub 27:3–4
  4. ^ The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting