Bahasa Kei

bagian dari rumpun bahasa Austronesia

Bahasa Kei (disebut juga Veveu Evav, Veu Evav) adalah salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh suku Kei, yakni orang-orang yang berasal dari kepulauan Kei, atau yang mengaku sebagai warga pribumi dari 207 desa di pulau Kei Kecil, pulau Kei Besar, dan pulau-pulau sekitarnya. Warga penghuni pulau Kur dan Kamear adalah masyarakat penutur bahasa Kur, sementara warga desa Banda Eli (Wadan El) dan Banda Elat (Wadan Ilat) di Kei Besar adalah masyarakat penutur bahasa Banda. Kelompok-kelompok masyarakat ini dipercaya bermigrasi dari Kepulauan Banda dan masih melestarikan bahasa asli leluhur mereka, namun mereka juga mampu menuturkan bahasa Kei yang merupakan lingua franca di kepulauan ini.

Bahasa Kei
Veu Evav
Dituturkan diKepulauan Kei (Indonesia)
WilayahKei Kecil, Kei Besar (Maluku Tenggara) dan (Kota Tual)
Penutur
85.000
DialekKei Besar
Kei Kecil
Taam
Tanimbar Kei
Tayando
Kode bahasa
ISO 639-3kei
Glottologkeii1239[1]
IETFkei
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC6a Vigorous
Bahasa Kei dikategorikan sebagai C6a Vigorous menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini masih dituturkan dan digunakan oleh sebagian wilayah
Referensi: [2]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Tiap pulau, bahkan tiap permukiman (ohoi) memiliki dialek tersendiri, sehingga dialek-dialek ini sering kali dijadikan petunjuk daerah asal (kampung, pulau, atau kawasan tertentu di Kepulauan Kei) penutur bahasa Kei. Masyarakat Kei tidak memiliki budaya baca tulis sendiri. Para misionaris Katolik dari Belanda menuliskan kata-kata bahasa Kei dengan suatu bentuk variasi penggunaan abjad Romawi.

Wilayah tuturan

sunting

Bahasa Kei dituturkan terutama di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, bagian dari Provinsi Maluku, Indonesia. Populasi kepulauan ini diperkirakan mencapai 140.000 jiwa, separuh dari jumlah ini menetap di dua kota, Tual yang merupakan pusat syiar Islam dan Langgur yang merupakan pusat agama Kristen di kepulauan ini, sementara separuhnya lagi mendiami desa-desa yang lazimnya berlokasi di pesisir pantai.

Penggolongan bahasa

sunting

Bahasa Kei adalah salah satu bahasa dalam rumpun besar bahasa-bahasa Austronesian. Salah satu cabang rumpun bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa Melayu-Polinesia Tengah-Timur yang terbagi lagi menjadi beberapa rumpun kecil. Salah satu rumpun kecil ini adalah rumpun bahasa Kei-Tanimbar. Rumpun bahasa Kei-Tanimbar memiliki dua cabang yakni rumpun bahasa Yamdena-Onin dan rumpun bahasa Kei-Fordata. Bahasa Kei berada dalam rumpun bahasa Kei-Fordata.

Dialek-dialek utama bahasa Kei adalah dialek daratan (utara dan selatan) yang dituturkan di Pulau Kei Besar, serta dialek kepulauan yang dituturkan di pulau-pulau lainnya. Dialek kepulauan terbagi lagi menjadi beberapa subdialek, salah satunya adalah dialek Kei Kecil yang paling dihargai sekaligus berpenutur terbanyak di kepulauan ini. Seluruh rincian tata bahasa Kei dalam artikel ini bersumber dari dialek Kei Kecil.

Nama bahasa

sunting

Bahasa Kei memiliki beberapa sebutan berbeda yang bersumber dari sekurang-kurangnya tiga latar belakang. “Kei” diyakini bersumber dari orang-orang Portugis. Konon kepulauan ini mereka juluki "calhaus" (/kɐˈʎaws/, kayos) yang berarti batu-batu atau bongkah-bongkah batu raksasa karena tanahnya yang berbatu-batu. Akan tetapi meskipun Pulau Kei Kecil yang berpenduduk terbanyak memang adalah sebuah pulau karang, pulau terbesar di kepulauan ini yakni Pulau Kei Besar adalah sebuah pulau vulkanis yang subur.

Para misionaris Belanda menyebut bahasa Kei “Keiees” yang secara harfiah berarti "bahasa Kei". Rakyat Indonesia kini mengenal bahasa ini sebagai “bahasa Kei”. Ethnologue menyebut pula bahasa ini dengan nama “Saumlaki”. Saumlaki adalah sebuah kota kecil di kepulauan Tanimbar yang bahasanya terbukti secara historis tidak berkerabat langsung dengan bahasa Kei.

Sebutan ketiga berasal dari bahasa itu sendiri. Cara pengucapannya lebih tepat ditulis [eʋa:v], yang tidak diterjemahkan karena merupakan sebuah nama diri. Ejaan-ejaan yang digunakan para cendekiawan adalah Eiwav, Eivav, Ewaw, Ewab, Ewaf, Evav, Ewav dan Evaf, karena masih dapat diperdebatkan apakah dua konsonan itu secara fonemik berlainan atau tidak.

Kosakata

sunting

Kata-kata dalam bahasa Kei masih memiliki kemiripan dengan bahasa-bahasa rumpun austronesia lainnya, misalnya:

Nomina

sunting

Kata benda atau nomina dalam bahasa Kei umum terbagi dalam dua golongan, yaitu:

  • Kata benda bebas (nomina independen), yakni kata benda yang dapat ditulis atau diucapkan tanpa perlu diberi imbuhan yang menerangkan pemilik (untuk menerangkan kepemilikan, kata-kata benda bebas harus didahului kata ganti empunya), misalnya:
    • Rahan = Rumah
    • Ler = Matahari
    • Nuhu = Pulau
  • Kata benda terikat (nomina dependen), yakni kata benda yang tidak lazim ditulis atau diucapkan tanpa dirangkaikan dengan imbuhan yang menerangkan pemilik, misalnya:
    • Lima-ng = Tangan-ku
    • Rena-m = Ibu-mu
    • Yana-n = Anak-nya

Pronomina

sunting
  • Pronomina personal:
    • Ya'au = saya
    • O = engkau, anda, kamu.
    • I = dia
    • It = kita
    • Am = kami
    • Im = kalian
    • Hir = mereka
  • Pronomina demonstratif:
    • Ain'i = yang ini
    • Ainhe = yang itu
  • Pronomina interogatif:
    • Hira = siapa
    • Aka = apa
      • Tal aka atau niraan aka = mengapa
    • Be = mana
      • Ainbe = yang mana
      • Felbe = bagaimana
      • Nananbe = bilamana
      • Uukbe = seberapa banyak
      • Bailbe = seberapa besar
    • (ain)fir = berapa

Sufiks dan pronomina posesif

sunting

Bahasa Kei memiliki dua golongan kata benda, yakni kata kata benda bebas (nomina independen) dan kata benda terikat (nomina dependen). Cara menyatakan kepemilikan atas dua golongan kata benda ini juga berbeda.

Kata benda bebas menggunakan kata ganti empunya (pronomina posesif). Kata "uang", kubaŋ (kubang) misalnya tergolong kata benda bebas, karena sekeping uang dapat saja dimiliki orang-orang yang berbeda pada waktu yang berbeda pula. Oleh karena itu kata-kata "uang saya" harus diterjemahkan menjadi nɪŋ kubaŋ (ning kubang), yakni dengan meletakkan kata ganti empunya untuk orang pertama tunggal niŋ (ning) di depan kata benda bebas kubaŋ (kubang).

Kata ganti empunya dalam bahasa Kei adalah sebagai berikut:

Orang Kata ganti empunya Contoh Arti
Pertama tunggal nɪŋ atau nuŋ nɪŋ kubaŋ (ning kubang) Uang saya
Kedua tunggal mu mu kubaŋ (mu kubang) Uang engkau
Ketiga tunggal ni ni kubaŋ (ni kubang) Uang dia
Pertama jamak (inklusif) did did kubaŋ (did kubang) Uang kita
Pertama jamak (ekslusif) mam mam kubaŋ (mam kubang) Uang kami
Kedua jamak bir bir kubaŋ (bir kubang) Uang kalian
Ketiga jamak rir rir kubaŋ (rir kubang) Uang mereka

Kata ganti orang (pronomina personalia) yang diikuti kata ganti empunya digunakan untuk menyatakan kepemilikan atas kata benda bebas yang mendahuluinya, misalnya:

  • Nuhu i ya'au ning = pulau ini milikku
  • Nuhu i am mam = pulau ini milik kami

Kata ganti orang yang diikuti kata ganti empunya digunakan untuk menyatakan dan menegaskan kepemilikan atas kata benda bebas yang mengikutinya, misalnya:

  • O mu nuhu i = milikmu lah pulau ini
  • It did nuhu i = milik kitalah pulau ini

Akan tetapi penempatan kata ganti orang di depan kata ganti empunya sering kali hanya bertujuan untuk memperjelas kata ganti empunya itu sendiri, misalnya:

  • Ya'au ning ravit namsait rak = ning ravit namsait rak = bajuku sudah koyak.

Kata benda terikat menggunakan akhiran empunya (sufiks posesif). Kata "tangan", lima- (atau lim-) misalnya tergolong kata benda terikat, karena tangan yang adalah bagian tubuh seseorang tidak dapat atau tidak lazim dipisahkan dari si empunya, apa lagi dimiliki oleh orang-orang yang berbeda pada waktu yang berbeda. Lazimnya kata benda terikat tidak diucapkan atau dituliskan tanpa akhiran empunya. Oleh karena itu kata-kata "tangan saya" harus diterjemahkan menjadi limaŋ (limang), yakni dengan melekatkan akhiran empunya (-ng) di akhir kata benda terikat lima- (tangan).

Akhiran empunya dalam bahasa Kei adalah sebagai berikut:

Orang Akhiran empunya Contoh Arti
Pertama tunggal limaŋ Tangan saya
Kedua tunggal -m limam Tangan engkau
Ketiga tunggal -n liman Tangan dia
Pertama jamak (inklusif) -d limad Tangan kita
Pertama jamak (ekslusif) -b limab Tangan kami
Kedua jamak -b limab Tangan kalian
Ketiga jamak -r limar Tangan mereka

Adjektiva

sunting

Adjektiva bahasa Kei senantiasa mengikuti nomina yang diterangkannya, misalnya:

  • Vat la'ai = Batu besar (la'ai = besar)
  • Ravit kamumum = Baju ungu (kamumum = ungu), atau baju kebesaran (karena baju berwarna ungu atau lembayung lazimnya dikenakan dalam upacara tradisional Kei)
  • Ai baloat = Kayu panjang (baloat/bloat/blawat = panjang)

Dalam percakapan, verba bahasa Kei biasanya dirangkai dengan awalan yang menunjukkan pelaku, misalnya:

  • kata dasar: tod = hela
    • utod = saya menghela
    • umtod = engkau menghela
    • entod = dia menghela
    • ittod = kita menghela
    • amtod = kami menghela
    • imtod = kalian menghela
    • ertod = mereka menghela

Pengimbuhan awalan yang menunjukkan pelaku tersebut tidak mengubah pengucapan kata dasarnya (kecuali pada beberapa verba tertentu), sehingga perlu dipisahkan dengan verba yang diawali huruf vokal, agar tidak dibaca bersambung, misalnya:

  • kata dasar: eak = ikat
    • u'eak = saya mengikat
    • um'eak = engkau mengikat

Pada Verba tertentu, terjadi variasi awalan yang menunjukkan pelaku, misalnya:

  • kata dasar: fla = lari
    • ufla = saya lari
    • mufla = engkau lari
    • nefla = dia lari
    • tefla = kita lari
    • mefla = kami lari
    • befla = kalian lari
    • refla = mereka lari
  • kata dasar: an = makan
    • uan= saya makan
    • muan = engkau makan
    • na'an = dia makan
    • ta'an = kita makan
    • maan = kami makan
    • mian = kalian makan
    • ra'an = mereka makan

konjungsi

sunting
  • ma = maka, lalu, kemudian
  • ne = dan, tetapi, malah
  • ibo = namun
  • hov atau enhov = dan, bersama dengan, beserta

Ucapan Salam

sunting
  • Fel be / Fel be he: bagaimana? (Apa khabar?)
  • Bok át / Bok wat/ Bok bok wat: baik saja/Baik-baik saja

Ungkapan sehari-hari

sunting
Bahasa Kei Arti Penjelasan
Usob o (dialek kepulauan) atau Tet ya (dialek daratan) Terima kasih Secara harfiah usob o berarti kusembah engkau, sementara tet ya mungkin berasal dari ungkapan tet yaryar atau tet yar yang dapat berarti beranda depan maupun sudah selesai (perkara, permasalahan)
Am yen-te tel Kami bertiga anak-beranak Ungkapan kekerabatan bahasa Kei mirip dengan yang dimiliki bahasa Melayu
Oho Ya, iya Kerap pula digunakan kata ken (tepat, kena, benar) atau tunan (sungguh, sebenar-benarnya, asli, sejati) untuk mengiyakan atau mengungkapkan persetujuan
Wa'id, wa'aid, aid, ed (dialek kepulauan) atau Dem, war (dialek daratan) Tidak kata negasi dalam bahasa Kei berbeda-beda menurut dialeknya, kerap pula digunakan kata sa (salah, keliru) untuk mengungkapkan bantahan atau pengingkaran
Felbe he Apa khabar? Sapaan umum, secara harfiah berarti bagaimana (keadaan di) situ
Ti ma ro do Mondar-mandir tidak menentu gabungan empat kata kerja, pergi, datang, menjauh, mendekat
Betkai? Saya tidak tahu ringkasan dari be itkai?, (bagai)mana kita tahu?
Harmes wat Sama saja sama saja, setara, sederajat

Fonologi

sunting
Konsonan Vokal dan Diftong
Fonem Alofon Fonem Alofon
/b/ [b] /i/ [i], [ɪ], [ə]
/t/ [t] /u/ [u]
/d/ [d] /e/ [e], [ə]
/k/ [k] /ɛ/ [ɛ], [ɪ]
/ʔ/ [ʔ] /o/ [o]
/m/ [m] /ɔ/ [ɔ]
/n/ [n] /a/ [a], [a:], [ə]
/ŋ/ [ŋ] /ɑ/ [ɑ], [a]
/r/ [r] /ɛɪ/ [ɛɪ]
/f/ [f], [v] /ɛɑ/ [ɛɑ]
/h/ [h] /ɑɪ/ [ɑɪ]
/ʋ/ [ʋ], [v] /ɔi/ [ɔi], [ui]
/s/ [s]
/j/ [j]
/ɲ/ [ɲ]
/w/ [w]
/ʤ/ [ʤ]
/l/ [l]

Sebagaimana lazimnya bahasa-bahasa Austronesia, penggunaan kluster konsonan biasanya dihindari. Penekanan biasanya diberikan pada suku kata terakhir.

c, g, p, q, x, z adalah konsonan yang hanya digunakan untuk menulis kata-kata serapan.

Kata Majemuk

sunting

Keterbatasan kosakata untuk mengungkapkan gagasan tertentu diatasi dengan penggunaan kata majemuk, yakni gabungan-kata yang mewakili gagasan atau makna baru yang berbeda dari gagasan atau makna yang dikandung masing-masing kata pembentuk gabungan-kata tersebut. Berikut ini adalah beberapa kata majemuk dalam bahasa Kei.

Bahasa Kei Arti harfiah Arti frasa
isu - maneran pinang - sirih sekapur sirih, suguhan, sesaji, persembahan
ken - sa benar - salah segera, cepat, lekas, singkat
dir - u berdiri - depan pemuka, ketua, pemimpin
ham - wang membagi - jatah administrator, penadbir, pengelola
ye(a) - lim(a) kaki - tangan sumbangan, bantuan, sokongan
yaman - ubun ayah(nya) - kakek(nya)/dua generasi sebelum ego datuk(nya), tetua(nya), leluhur(nya)
yanan - ubun anak(nya) - cucu(nya)/dua generasi sesudah ego keturunan(nya)
renan - te ibu(nya) - nyonya/sapaan hormat untuk perempuan ibu mertua(nya)
yaman - toran ayah(nya) - tuan/sapaan hormat untuk laki-laki bapak mertua(nya)
ingan - lulin semangat(nya)/gairah(nya) - baik/indah (ia) rajin
ingan - sian semangat(nya)/gairah(nya) - buruk/rusak (ia) malas
bes - atmaan besi - tembaga logam
mas - kubang mas (1/16 tahil) - kupang (1/4 mas) uang

Peribahasa

sunting
  • Adat en'ot rat na'a dunyai, adat menciptakan raja di dunia. Artinya, tinggi martabat karena beradat.
  • Vu'ut ain mehe ngivun ne manut ain mehe ni tilur, telur seekor ikan saja, dan telur seekor ayam belaka. Artinya, semua orang pada hakikatnya bersaudara, laksana banyak telur yang berasal dari satu ekor ikan atau satu ekor ayam saja. Kalimat ini merupakan peribahasa terpopuler di Kepulauan Kei.
  • Sar sangongo weat yaf, Laksana ngengat menggoda api. Pepatah ini adalah peringatan halus bagi para pemberani yang suka bermain-main dengan bahaya.
  • Lakur roa loat nangan, Ikan kakatua di pesisir, ikan lele di pedalaman. Kedua jenis ikan ini hidup dan berenang dengan tenang di perairan dangkal sehingga tampak seakan-akan orang cukup membungkuk dan meraup dengan tangan untuk menangkapnya, akan tetapi kenyataannya sangat sukar menangkapnya dengan cara demikian. Oleh karena itu, kedua jenis ikan ini dijadikan perumpamaan untuk hal-hal yang tampak mudah dalam wacana tetapi nyatanya sangat sukar dilaksanakan.
  • Flur nit sob Duad, fo hoar tovlai, menyemahlah kepada leluhur menyembahlah kepada Tuhan, agar riam lancar menghanyutkan. Kalimat ini adalah petuah klasik dalam masyarakat Kei yang percaya bahwa tindakan menyemah kepada arwah leluhur dan penyembahan kepada Tuhan dapat meluputkan orang dari celaka dan guna-guna.
  • Teen fo teen, yanat fo yanat, induk jadilah induk, anak jadilah anak. Artinya, bilamana menghadapi generasi muda maka generasi tua patut berperilaku selayaknya orang tua menghadapi anak-anaknya sendiri, sebaliknya generasi muda patut berperilaku selayaknya anak-anak menghadapi orang tuanya sendiri.
  • Toil u ne savak mur, tilik haluan dan toleh buritan. Artinya, orang senantiasa mesti mengupayakan masa depan yang lebih baik sambil belajar dari pengalaman masa lampau.
  • Umval vuan fo ler, ler fo vuan, afa ken neblo entub ni wai, entauk ni wain, kau jungkirkan bulan jadi matahari, matahari jadi bulan, yang benar dan lurus tetap jua pada tempatnya, tertumpu jua pada tumpuannya. Artinya, sehebat-hebatnya orang memutarbalikkan fakta, tidak akan mampu mengubah kebenaran.

Bilangan dalam bahasa Kei

sunting
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ain(mehe)/(ain)sa (ain)ru (ain)tel (ain)faak (ain)lim (ain)nean (ain)fit (ain)wau (ain)siuw (ain)vut
Angka Kata
11 vut ainsa
12 vut ainru
13 vut aintel
14 vut ainfaak
15 vut ainlim
16 vut ainnean
17 vut ainfit
18 vut ainwau
19 vut ainsiu
20 vutru
21 vutru ainsa
22 vutru ainru
23 vutru aintel
30 vuttel
40 vutfaak
50 vutlim
60 vutnean
100 ratut
101 ratut ainsa
102 ratut ainru
120 ratut vutru
121 ratut vutru ainsa
200 ratru
500 ratlim
1.000 rivun
1.001 rivun ainsa
1.002 rivun ainru
1.010 rivun ainvut
1.011 rivun vut ainsa
1.020 rivun vutru
1.021 rivun vutru ainsa
1.500 rivun ratlim
1.520 rivun ratlim vutru
1.522 rivun ratlim vutru ainru
2.000 rivunru
5.000 rivunlim
10.000 rivunvut
99.999 rivunvutsiu rivunsiu ratsiu vutsiu ainsiu

Contoh kalimat: nuur rivunvutsiu rivunsiu ratsiu vutsiu vatu siu (99.999 butir kelapa)

  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Kei". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  2. ^ "Bahasa Kei". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.