Bahasa Proto-Japonik
Bahasa Proto-Japonik (juga disebut sebagai bahasa Japonik Purba, bahasa Proto-Jepang–Ryukyu, atau bahasa Yayoi) adalah bahasa purba leluhur yang direkonstruksi dari semua ragam dalam rumpun bahasa Japonik.
Bahasa ini direkonstruksi dengan menggunakan kombinasi internal dari bahasa Jepang Kuno dan dengan menerapkan metode perbandingan terhadap bahasa Jepang Kuno (termasuk ragam timur, Hachijo) dan rumpun bahasa Ryukyu.[1] Rekonstruksi besar pada abad ke-20 dilakukan oleh Samuel Elmo Martin dan Shirō Hattori.[1][2]
Proto-Japonik | |
---|---|
Proto-Jepang–Ryukyu Yayoi | |
Reka ulang dari | Rumpun bahasa Japonik |
Wilayah | Kepulauan Jepang, Ryukyu, dan Semenanjung Korea |
Zaman | Yayoi (kira-kira 700–300 SM) |
Reka ulang tingkat rendah | |
Latar belakang
suntingRumpun bahasa Japonik modern terdiri dari bahasa Jepang (dituturkan di dataran utama Jepang), dan rumpun bahasa Ryukyu (dituturkan di Kepulauan Ryukyu).[3] Kebanyakan ahli bahasa percaya bahwa bahasa Japonik dibawa ke Kyushu dari Semenanjung Korea pada sekitar tahun 700 hingga 300 SM oleh petani padi dari Kebudayaan Yayoi dan menyebar ke seluruh Jepang, menggantikan bahasa setempat.[4][5] Bentuk tertua yang telah dibuktikan adalah bahasa Jepang Kuno, yang tercatat menggunakan aksara Tionghoa pada abad ke-7 dan ke-8 M.[6]
Rumpun bahasa Ryukyu dianggap sebagai dialek bahasa Jepang di Jepang, namun sebenarnya tingkat kesalingpahamannya sangat sedikit, sehingga lebih tepat disebut sebagai bahasa tersendiri.[7] Ryukyu dibagi menjadi kelompok utara dan selatan, sesuai dengan pembagian fisik yaitu Selat Miyako selebar 250 km.[8] Bentuk Bahasa Okinawa tertua secara tertulis dibuktikan pada abad ke-16..[8] Semua ragam bahasa Ryukyu terancam punah.[9]
Karena bahasa Jepang Kuno menampilkan beberapa inovasi yang tidak dimiliki oleh bahasa Ryukyu, kedua cabang tersebut telah berpisah dari satu bahasa sebelum abad ke-7.[10] Migrasi ke Ryukyu dari Kyushu selatan mungkin bertepatan dengan ekspansi pesat kebudayaan pertanian Gusuku pada abad ke-10 dan ke-11.[11] Setelah migrasi ini, ada pengaruh terbatas dari daratan Jepang hingga penaklukan Kerajaan Ryukyu oleh Domain Satsuma pada tahun 1609.[12]
Rekonstruksi awal bahasa proto, yang berpuncak pada karya Samuel Martin, didasarkan terutama pada rekonstruksi internal dari bahasa Jepang Kuno. Bukti dari dialek bahasa Jepang dan rumpun bahasa Ryukyu juga digunakan,terutama mengenai sejarah aksen intonasi, tetapi sebaliknya mengasumsikan peran sekunder. Pendekatan kedua yaitu metode perbandingan dari dialek Jepang and Ryukyu telah berkembang menjadi penting sejak sebuah karya yang diterbitkan oleh Shirō Hattori pada tahun 1970-an.[1]
Leksikon
suntingKata ganti
suntingKata ganti atau pronomina adalah *wa dan *a, tetapi kedua itu dibedakan dengan cara yang berbeda dalam bahasa turunan.[13] Bentuk *na, mungkin diserap dari Koreanik, menghasilkan kata ganti orang ambivalen dalam bahasa Jepang, kata ganti orang kedua di rumpun bahasa Ryukyu Utara, dan kata ganti refleksif di rumpun bahasa Ryukyu Selatan.[14][15] Bahasa Proto-Ryukyu memiliki kata ganti orang kedua lainnya, yaitu *ʔe atau *ʔo, yang dibuktikan di seluruh Kepulauan Ryukyu.[16][17]
Kata ganti tanya berikut dapat direkonstruksi untuk bahasa Proto-Japonik.[18]
- *ta 'siapa'
- *n-anu- 'apa'
- *entu- 'kapan' (kemungkinan diserap dari rumpun bahasa Koreanik)
- *e-ka 'bagaimana'
Kata ganti demonstratif berikut dapat direkonstruksi untuk bahasa Proto-Japonik.[19]
Demonstratif mesial dari bahasa Jepang Kuno (so < *sə) dan bahasa Proto-Ryukyu (*ʔo) tidak berhubungan.[19]
Bilangan
suntingAngka dalam bahasa Proto-Japonik yang direkonstruksi (1-10) dan refleksnya pada turunan terpilih adalah sebagai berikut:
Angka | Proto-Japonik[20] | Jepang | Ryukyu | Japonik Semenanjung†[5] | |||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Kuno[21] | Modern | Shuri (Okinawa)[22] | Hatoma (Yaeyama)[23] | Yonaguni[24] | |||
1 | *pitə | pi1to2 | hito | tii- | pusu- | tʼu- | |
2 | *puta | puta | futa | taa- | huta- | tʼa- | |
3 | *mi(t)- | mi1 | mi | mii- | mii- | mii- | *mit |
4 | *jə | yo2 | yo | juu- | juu- | duu- | |
5 | *itu | itu | itsu | ici- | ici- | ici- | *yuci |
6 | *mu(t)- | mu | mu | muu- | muu- | muu- | |
7 | *nana | nana | nana | nana- | nana- | nana- | *nanən |
8 | *ja | ya | ya | jaa- | jaa- | daa- | |
9 | *kəkənə | ko2ko2no2 | kokono | kukunu- | (ku)kunu- | kugunu- | |
10 | *təwə | to2wo | tō | tuu | tuu- | tuu | *tək |
Bentuk bahasa Proto-Japonik untuk '2', '6', dan '8' tampaknya diturunkan dari kata-kata yang digandakan oleh pergantian vokal.[14]
Referensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ a b c Frellesvig & Whitman (2008a), hlm. 1.
- ^ Martin (1987).
- ^ Vovin (2010), hlm. 5.
- ^ Serafim (2008), hlm. 98.
- ^ a b Vovin (2017).
- ^ Frellesvig (2010), hlm. 12–20.
- ^ Shibatani (1990), hlm. 191.
- ^ a b Shimoji (2012), hlm. 352.
- ^ Shimoji (2012), hlm. 351.
- ^ Pellard (2015), hlm. 21–22.
- ^ Pellard (2015), hlm. 30–31.
- ^ Shimoji (2010), hlm. 4.
- ^ Vovin (2010), hlm. 62–63.
- ^ a b Whitman (2012), hlm. 33.
- ^ Vovin (2010), hlm. 63–65.
- ^ Vovin (2010), hlm. 65.
- ^ Thorpe (1983), hlm. 219–221.
- ^ Vovin (2010), hlm. 66–67.
- ^ a b Vovin (2010), hlm. 71.
- ^ Whitman (2012), hlm. 31, 33.
- ^ Bentley (2012), hlm. 199.
- ^ Shimoji (2012), hlm. 357.
- ^ Lawrence (2012), hlm. 387.
- ^ Izuyama (2012), hlm. 429.
Daftar pustaka
sunting- Bentley, John R. (2012), "Old Japanese", dalam Tranter, Nicolas, The Languages of Japan and Korea, Routledge, hlm. 189–211, ISBN 978-0-415-46287-7.
- Frellesvig, Bjarke (2010), A History of the Japanese Language, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-65320-6.
- Frellesvig, Bjarne; Whitman, John (2008a), "Introduction", dalam Frellesvig, Bjarne; Whitman, John, Proto-Japanese: Issues and Prospects, John Benjamins, hlm. 1–9, ISBN 978-90-272-4809-1.
- ———; ——— (2008b), "Evidence for seven vowels in proto-Japanese" (PDF), dalam Frellesvig, Bjarne; Whitman, John, Proto-Japanese: Issues and Prospects, John Benjamins, hlm. 15–41, ISBN 978-90-272-4809-1.
- Izuyama, Atsuko (2012), "Yonaguni", dalam Tranter, Nicolas, The Languages of Japan and Korea, Routledge, hlm. 412–457, ISBN 978-0-415-46287-7.
- Lawrence, Wayne P. (2012), "Southern Ryukyuan", dalam Tranter, Nicolas, The Languages of Japan and Korea, Routledge, hlm. 381–411, ISBN 978-0-415-46287-7.
- Martin, Samuel Elmo (1987), The Japanese Language through Time, New Haven and London: Yale University Press, ISBN 978-0-300-03729-6.
- Miyake, Marc Hideo (2003), Old Japanese: A Phonetic Reconstruction, London; New York: RoutledgeCurzon, ISBN 978-0-415-30575-4.
- Osterkamp, Sven (2017), "A mokkan Perspective on Some Issues in Japanese Historical Phonology", dalam Vovin, Alexander; McClure, William, Studies in Japanese and Korean Historical and Theoretical Linguistics and Beyond, Languages of Asia, 16, Brill, hlm. 45–55, doi:10.1163/9789004351134_006, ISBN 978-90-04-35085-4.
- Pellard, Thomas (2008), "Proto-Japonic *e and *o in Eastern Old Japanese", Cahiers de Linguistique Asie Orientale, 37 (2): 133–158, doi:10.1163/1960602808X00055.
- ——— (2015), "The linguistic archeology of the Ryukyu Islands", dalam Heinrich, Patrick; Miyara, Shinsho; Shimoji, Michinori, Handbook of the Ryukyuan languages: History, structure, and use, De Gruyter Mouton, hlm. 13–37, doi:10.1515/9781614511151.13, ISBN 978-1-61451-161-8.
- Serafim, Leon A. (2008), "The uses of Ryukyuan in understanding Japanese language history", dalam Frellesvig, Bjarne; Whitman, John, Proto-Japanese: Issues and Prospects, John Benjamins, hlm. 79–99, ISBN 978-90-272-4809-1.
- Shibatani, Masayoshi (1990), The Languages of Japan, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-36918-3
- Shimabukuro, Moriyo (2008), "A reconstruction of proto-Japanese accent for disyllabic nouns", dalam Frellesvig, Bjarne; Whitman, John, Proto-Japanese: Issues and Prospects, John Benjamins, hlm. 126–139, ISBN 978-90-272-4809-1.
- Shimoji, Michinori (2010), "Ryukyuan languages: an introduction", dalam Shimoji, Michinori; Pellard, Thomas, An Introduction to Ryukyuan Languages (PDF), Tokyo: Research Institute for Languages and Cultures of Asia and Africa, hlm. 1–13, ISBN 978-4-86337-072-2.
- ——— (2012), "Northern Ryukyuan", dalam Tranter, Nicolas, The Languages of Japan and Korea, Routledge, hlm. 351–380, ISBN 978-0-415-46287-7.
- Thorpe, Maner Lawton (1983), Ryūkyūan language history (PhD thesis), University of Southern California.
- Vovin, Alexander (2010), Korea-Japonica: A Re-Evaluation of a Common Genetic Origin, University of Hawaii Press, ISBN 978-0-8248-3278-0, JSTOR j.ctt6wqz03.
- ——— (2017), "Origins of the Japanese Language", Oxford Research Encyclopedia of Linguistics, Oxford University Press, doi:10.1093/acrefore/9780199384655.013.277 , ISBN 978-0-19-938465-5.
- Whitman, John (2012), "The relationship between Japanese and Korean" (PDF), dalam Tranter, Nicolas, The Languages of Japan and Korea, Routledge, hlm. 24–38, ISBN 978-0-415-46287-7.
Bacaan lebih lanjut
sunting- Pellard, Thomas (2010), "Bjarke Frellesvig and John Whitman (2008). Proto-Japanese: Issues and Prospects", Cahiers de Linguistique Asie Orientale, 39 (1): 95–114, doi:10.1163/1960602810X00089.
- Pellard, Thomas (2020). "Ryukyuan and the reconstruction of proto-Japanese-Ryukyuan". Dalam Frellesvig, Bjarke; Kinsui, Satoshi; Whitman, John. Handbook of Japanese Historical Linguistics. Berlin: De Gruyter Mouton. ISBN 978-1-61451-285-1.
- Vovin, Alexander (1994), "Long-distance Relationships, Reconstruction Methodology, and the Origins of Japanese", Diachronica, 11 (1): 95–114, doi:10.1075/dia.11.1.08vov.