Daud dalam Islam

Nabi dan Rasul dalam Islam

Dalam agama Islam, Daud atau Dawud (bahasa Arab: دَاوُوْد, translit. Dāwūd) digambarkan sebagai seorang nabi dan raja dari Bani Israil di dalam Al-Qur'an. Dawud dikenal sebagai sosok yang telah mengalahkan Jalut (Goliat) dan sebagai raja yang saleh. Agama-agama Abrahamik umumnya memandang Dawud sebagai sosok raja panutan yang ideal. Daud adalah ayah dari Sulaiman.

Nabi
Dāwūd
دَاوُوْد
Daud

'alaihissalam
Kaligrafi Dawud 'alaihis-salam
Lahir~ 1040 SM
Betlehem
Meninggal~ 970 SM (usia 70)
Israel
MakamYerusalem, israel
31°46′18″N 35°13′46″E / 31.771693°N 35.229353°E / 31.771693; 35.229353
Tempat tinggalIsrael
Nama lainDavid
GelarRaja Israil
PendahuluZulkifli
PenggantiSulaiman
AnakSulaiman
Orang tua

"Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.

— Qur'an Sad:26

Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud.
1 Samuel 16: 13

Nama Dawud disebutkan dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam) sebanyak enam belas kali[a] dan kisahnya disebutkan dalam Surah Al-Baqarah (2): 251, Al-Anbiya' (21): 78-80, An-Naml (27): 15-16, Saba' (34): 10-11, dan Shad (38): 17-26. Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), Dawud disebutkan dalam Kitab 1 Samuel 16-30, 2 Samuel (Sefer Shmuel), 1 Raja-Raja (M'lakhim) 1-2, dan 1 Tawarikh (Diḇrê Hayyāmîm).

Latar belakang

sunting

Alkitab menyebutkan bahwa setelah memasuki Palestina di bawah kepemimpinan Yusya' bin Nun (Yosua bin Nun), Bani Israil (Bangsa Israel) memasuki masa kesukuan. Tiap-tiap suku Bani Israil (Bangsa Israel) mendapat wilayah tertentu di Palestina. Tidak ada pemerintahan pusat pada masa ini. Saat masa-masa sulit, diangkatlah seorang hakim (Ibrani: שופט šōp̄êṭ/shofet) yang memimpin pengadilan hukum, juga berperan sebagai penguasa atau pemimpin militer.[1] Masa kesukuan ini berlangsung sampai Thalut (Saul) diangkat sebagai raja. Penobatannya menjadikan Bani Israil memasuki masa kerajaan.

Dawud (Daud) merupakan seorang Bani Israil (Bangsa Israel) dari suku Yehuda. Tanakh dan Alkitab menyebutkan silsilahnya adalah Dawud (Daud) bin Isai bin Obed bin Boas bin Salma (Salmon) bin Nahason bin Aminadab bin Ram bin Hezron bin Peres bin Yehuda bin Ya'qub (Yakub).[2]

Samuel

sunting
 
Kaligrafi Hadhrah Shamu'il 'alaihis-salam

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Bani Israil (Bangsa Israel) mendapat penindasan. Disebutkan bahwa mereka diusir dari kampung halaman dan dipisahkan dari anak-anak mereka. Para pemuka Bani Israil (Bangsa Israel) kemudian mengadukan hal itu kepada nabi mereka saat itu dan meminta dia mengangkat seorang raja sehingga mereka bisa berperang di bawah pimpinannya. Nabi mereka awalnya ragu karena bila benar-benar seorang raja telah dinobatkan, ditakutkan mereka malah justru tidak mau berperang. Namun para pemuka tersebut tetap kukuh dengan permintaan mereka.[3] Tanakh dan Alkitab menyebutkan bahwa pihak yang menindas Bani Israil (Bangsa Israel) itu adalah Bangsa Filistin dan nabi yang didatangi para pemuka tersebut adalah Samuel. Saat terjadi peperangan, bangsa Filistin berhasil merebut tabut perjanjian dari Bani Israil (Bangsa Israel).[4] Tabut adalah wadah yang berisikan luh-luh atau kepingan batu yang berukirkan sepuluh perintah Allah, gulungan Taurat, dan tongkat Harun.

Setelahnya, Samuel menyatakan bahwa Allah mengangkat Thalut (disebut Saul dalam Yahudi dan Kristen) sebagai raja. Namun para pemuka tersebut awalnya menolak karena mereka memandang mereka lebih layak, juga karena Thalut (Saul) dipandang tidak memiliki kekayaan. Samuel menjawab bahwa Thalut diberi kelebihan baik dari segi ilmu dan fisik.[5] Ibnu Katsir menyebutkan bahwa penentangan Thalut (Saul) menjadi raja lantaran dia berasal dari Suku Benyamin, sedangkan tampuk kekuasaan harusnya dipegang Suku Yehuda.[6] Samuel juga menyatakan bahwa tanda Allah memilih Thalut sebagai raja adalah kembalinya tabut pada Bani Israil (Bangsa Israel).[7] Disebutkan bahwa saat dibawa bangsa Filistin, tabut tersebut membawa kesialan dan penyakit bagi mereka. Pada akhirnya mereka meletakkan tabut tersebut di atas gerobak yang ditarik dua sapi betina dan dilepaskan begitu saja. Malaikat kemudian mengarahkan sapi-sapi tersebut agar berjalan menuju wilayah Bani Israil (Bangsa Israel).[8]

Thalut (Saul)

sunting
 
David und Goliath, litograf berwarna karya pelukis Jerman Osmar Schindler (sekitar 1888) yang menggambarkan Dawud (Daud) dan Jalut (Goliat)

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Thalut (Saul) membawa tentaranya memimpin pasukan musuh yang dipimpin Jalut (Goliat). Dalam pertempuran tersebut, Dawud (Daud) berhasil membunuh Jalut (Goliat). Disebutkan bahwa setelahnya, Allah memberikan Dawud (Daud) kerajaan dan hikmah.[9]

Alkitab menjelaskan bahwa pertempuran tersebut terjadi antara Bani Israil (Bangsa Israel) dengan bangsa Filistin. Awalnya Dawud ke medan perang hanya karena diutus ayahnya untuk menanyakan kabar kakak-kakak Dawud (Daud) yang menjadi tentara Thalut (Saul), juga mengantarkan bekal makanan kepada mereka. Jalut dari pasukan Filistin menantang pasukan Bani Israil (Bangsa Israel) untuk maju bertanding satu lawan satu dengannya. Thalut mengumumkan bahwa orang yang berani menghadapi Jalut (Goliat) dan berhasil membunuhnya akan diberi hadiah besar, dinikahkan dengan putrinya, dan keluarganya dibebaskan dari pajak, tetapi tetap tidak ada yang berani menghadapinya. Dawud (Daud) kemudian mengajukan diri. Awalnya dia diberi zirah untuk maju, tapi kemudian ditanggalkannya karena Dawud merasa tidak bebas saat mengenakannya. Saat bertarung, Dawud (Daud) melontarkan batu dengan ketapel dan mengenai dahi Jalut (Goliat) hingga tengkoraknya pecah. Setelah dia tumbang, Dawud (Daud) mendekatinya dan memenggal Jalut dengan pedang Jalut (Goliat) sendiri.[10][11]

Al-Qur'an tidak mengisahkan Thalut (Saul) setelah peperangan melawan Jalut (Goliat). Alkitab menyebutkan bahwa Dawud (Daud) kemudian diangkat Thalut (Saul) sebagai kepala prajurit. Namun berbagai keberhasilan yang diraih Dawud (Daud) dalam pertempuran membuat Thalut (Saul) dengki. Dawud (Daud) kemudian dikirim ke berbagai peperangan dengan harapan agar dia terbunuh di medan perang, tetapi Dawud (Daud) selalu dapat memenangkan pertempuran. Thalut (Saul) kemudian menikahkan putrinya, Mikhal, dengan mahar seratus kulit kulup orang Filistin. Dawud (Daud) dan pasukannya kemudian maju berperang dan berhasil membunuh banyak orang Filistin, mengambil kulit kulup mereka untuk mahar Dawud (Daud). Setelahnya, Dawud (Daud) menikahi Mikhal dan menjadi menantu Thalut (Saul).[12] Saat Dawud (Daud) berada di kediaman Thalut (Saul), Thalut (Saul) tiba-tiba melemparkan tombaknya pada Dawud (Daud) untuk membunuhnya. Dawud (Daud) berhasil menghindar dan melarikan diri ke rumah Samuel.[13]

Setelah pergi dari kediaman Samuel, Dawud (Daud) hidup berpindah-pindah demi menghindari kemarahan Thalut (Saul). Meski demikian, Dawud (Daud) tidak mau membunuh Thalut (Saul) saat ada kesempatan. Saat Thalut (Saul) kembali dari perang melawan Filistin dan buang hajat di sebuah gua yang ternyata merupakan tempat persembunyian Dawud (Daud) dan beberapa pengikutnya. Dawud (Daud) kemudian menyelinap dan memotong bagian pinggir jubah Thalut (Saul). Saat Thalut (Saul) keluar gua, Dawud (Daud) memanggilnya dan menunjukkan potongan jubah Thalut (Saul), menunjukkan bahwa Dawud (Daud) sebenarnya bisa membunuh Thalut (Saul) tadi, tapi tidak Dawud (Daud) lakukan, menunjukkan bahwa Dawud tidak berniat jahat pada Thalut (Saul) sejak awal. Thalut (Saul) menyadari kesalahannya, mengakui bahwa Dawud (Daud) akan menjadi raja, dan meminta agar Dawud (Daud) kelak tidak membunuh keturunannya. Dawud (Daud) bersumpah akan melakukan permintaan Thalut (Saul). Keduanya kemudian berpisah.[14] Meski demikian, Dawud (Daud) masih tidak yakin dengan Thalut (Saul) sehingga tetap hidup berpindah-pindah.

Samuel wafat pada sekitar tahun kedelapan belas masa kekuasaan Thalut.[15] Saat perang kembali pecah antara Bani Israil (Bangsa Israel) dengan Bangsa Filistin, putra-putra Thalut (Saul) terbunuh. Thalut (Saul) sendiri kemudian menjatuhkan dirinya pada pedangnya sendiri dan kemudian tewas.[16]

Masa kekuasaan

sunting

Alkitab menyebutkan bahwa setelah Thalut mangkat, Dawud dilantik sebagai raja saat di Hebron.[17] Jauh sebelumnya, Samuel sebenarnya telah menobatkan Dawud sebagai raja, bahkan sebelum Dawud membunuh Jalut. Namun pelantikan oleh Samuel hanya disaksikan oleh keluarga Dawud saja.[18] Pelantikan Dawud oleh Samuel ini disebabkan karena Thalut telah melanggar beberapa perintah Allah sehingga Allah tidak mengakuinya lagi sebagai raja secara keagamaan.[19] Secara politis, Dawud dilantik sebagai raja setelah Thalut mangkat. Dawud saat itu berusia tiga puluh tahun.[20]

Kedudukan Raja Israel secara bersamaan juga diklaim putra Thalut yang masih hidup, Isyboset, dengan mantan panglima Thalut, Abner, sebagai pendukung utamanya.[21] Terjadi perang saudara di antara kedua belah pihak. Namun Abner kemudian beralih pihak, mendatangi dan menyatakan kesetiaan pada Dawud karena Isyboset telah menuduh Abner berbuat asusila dengan selir Thalut. Namun seorang panglima Dawud, Yoab, mencurigai bahwa Abner datang kepada Dawud untuk memata-matai, juga membalaskan dendam adiknya yang tewas, sehingga dia kemudian membunuh Abner. Dawud mengecam tindakan Yoab yang dilakukan tanpa sepengetahuannya dan ikut berduka untuk Abner, bahkan turut mengiringi jenazahnya saat hendak dimakamkan.[22] Di tempat lain, Isyboset dibunuh dua perwiranya sendiri saat sedang tidur di kediamannya. Mereka kemudian membawa kepala Isyboset pada Dawud, tetapi Dawud justru memerintahkan kedua perwira tersebut dihukum mati karena mereka dipandang sebagai penjahat yang telah membunuh orang yang tidak bersalah dan sedang tidur di rumahnya sendiri.[23] Kematian Isyboset menjadikan Dawud sebagai raja tunggal atas Bani Israil.

Perang

sunting

Alkitab menjelaskan bahwa pada masa kekuasaannya, Dawud berhasil merebut Yerusalem dan menamakannya Kota Dawud (Ibrani: עיר דוד, Ir David).[24] Dawud juga beberapa kali menang melawan bangsa Filistin, di antaranya saat pertempuran di daerah bernama Baal-Perasim dan Lembah Refaim.[25]

Disebutkan dalam Alkitab bahwa salah satu putra Dawud, Absalom, melakukan pemberontakan sampai Dawud harus mengungsi dari Yerusalem.[26] Saat sebelum pertempuran antara kedua belah pihak, Dawud berpesan pada bawahannya untuk jangan membunuh Absalom. Namun kemudian Yoab menikam Absalom dengan tombak di dadanya. Mengetahui putranya tewas, Dawud sangat sedih sampai meratap.[27] Setelahnya, Dawud kembali ke Yerusalem.

Mukjizat dan ibadah

sunting

Al-Qur'an menjelaskan bahwa Dawud memiliki mukjizat membuat zirah.[28][29] Beberapa ulama memberikan keterangan bahwa Allah melunakkan besi untuk Dawud sehingga dia dapat memintalnya dengan tangannya sendiri tanpa alat atau api. Disebutkan bahwa Dawud kemudian menjual zirah buatannya dengan harga setara 6.000 dirham.[30]

Disebutkan pula bahwa gunung-gunung dan burung-burung turut bertasbih bersama Dawud saat dia membaca Zabur.[31] Para ulama menyebutkan bahwa Allah mengaruniakan Dawud suara yang sangat merdu yang belum pernah dikaruniakan pada orang lain. Disebutkan bahwa orang-orang yang mendengarnya akan meloncat-loncat seperti menari.[32] Ibnu Abbas menyebutkan bahwa Dawud dapat melantunkan Zabur dengan tujuh puluh jenis suara. Suaranya yang merdu membuat orang yang sedih dan sakit menjadi lupa akan kesedihan dan penyakitnya.[33]

Alkitab menyebutkan bahwa Dawud pandai memainkan kecapi. Saat Dawud memainkan kecapinya, roh jahat yang mengganggu Thalut lenyap.[34]

Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Dawud puasa berselang-seling: sehari berpuasa dan sehari berbuka. Dawud juga disebutkan tidur pada separuh malam, bangun untuk ibadah malam pada sepertiganya, dan tidur lagi pada seperenamnya.[35][36]

Sebuah riwayat hadits menyebutkan bahwa Dawud wafat pada usia seratus tahun. Disebutkan bahwa Allah menampakkan kepada Adam keturunan-keturunannya kelak. Saat melihat Dawud, disebutkan bahwa jatah umurnya adalah enam puluh tahun, dan Adam meminta agar umur Dawud ditambah empat puluh tahun dari umurnya sendiri. Namun saat malaikat maut mendatangi Adam, Adam mengelak dengan alasan usianya masih tersisa empat puluh tahun lagi dan dia lupa pernah memberikannya kepada Dawud.[37][38]

Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Dawud meninggal pada hari Rabu secara mendadak. Selain Harun dan Musa, tidak ada kematian nabi yang membuat Bani Israil sangat gelisah dan bersedih melebihi kematian Dawud. Prosesi pemakamannya dihadiri banyak orang dan Sulaiman memerintahkan burung-burung berkumpul membuat naungan dan menghembuskan angin agar mereka tidak kepanasan.[39]

Sumber Alkitab menyebutkan bahwa Dawud wafat pada usia tujuh puluh tahun setelah berkuasa selama empat puluh tahun.[40] Dia dimakamkan di Yerusalem.[41] Dalam Midras, disebutkan bahwa Adam memberikan tujuh puluh tahun dari usianya pada Dawud.[42]

Kedudukan

sunting

Dawud dipandang sebagai nabi dalam Islam. Dalam Al-Qur'an, penyebutan Dawud lebih ditekankan pada kelebihan atau mukjizatnya, bukan pada alur kronologi kehidupannya sebagaimana dalam kisah Yusuf atau Musa.

Al-Qur'an menyebutkan Dawud sebagai sosok yang dianugerahi kerajaan, hikmah, kebijaksanaan,[43][44] diberi petunjuk,[45] ilmu,[46] hamba Allah yang taat dan memiliki kekuatan,[47] dan khalifah yang memiliki kedudukan yang dekat di sisi Allah dan tempat kembali yang baik.[48] Namanya juga dirangkaikan dengan nabi lain, khususnya Sulaiman yang merupakan putranya sendiri.[45][49] Muslim juga mengenal Dawud dari puasanya yang disebut Puasa Dawud.

Yudaisme

sunting

Dawud merupakan seorang nabi dan salah satu tokoh terpenting dalam Yahudi. Dawud dipandang sebagai raja teladan yang ideal, prajurit tangguh, penyembah Yahweh yang taat, ekspansionis, dan administrator yang cakap.[50] Dalam eskatologi Yahudi, istilah mesias merujuk pada raja masa depan yang berasal dari keturunan Dawud dan memimpin bangsa Yahudi pada akhir zaman.[51][52][53]

Kristen

sunting

Gereja-gereja Ritus Barat (Lutheran, Katolik Roma) merayakan pesta liturginya pada tanggal 29 Desember, ritus Timur pada tanggal 19 Desember.[54] Gereja Ortodoks Timur dan Gereja-Gereja Katolik Timur merayakan perayaan liturginya pada hari Minggu para Bapa Suci (dua hari Ahad sebelum Pesta Besar Kelahiran Tuhan), ketika ia diperingati bersama dengan leluhur Yesus lainnya. Dia juga diperingati pada hari Ahad setelah Natal bersama para saudara Yesus.

Dawud juga dipandang sebagai pemimpin ideal dan perlambang raja yang dipilih Tuhan pada Eropa Abad Pertengahan. Dawud juga dipandang sebagai pendahulu dari para Kaisar Romawi Kristen dan istilah "Dawud baru" digunakan sebagai sapaan kehormatan bagi mereka.[55]

Skandal Batsyeba

sunting

Al-Qur'an menyebutkan bahwa suatu hari, datanglah dua orang yang masuk ke ruangan Dawud secara tiba-tiba dan membuat Dawud terkejut. Salah seorang dari mereka mengatakan bahwa saudaranya memiliki 99 kambing betina, sedangkan dia sendiri hanya memiliki seekor saja, kemudian saudaranya memaksa mengambil kambingnya dan mengalahkan dirinya dalam perdebatan. Dawud menyatakan bahwa saudaranya tersebut telah berlaku zalim. Namun kemudian Dawud menyadari bahwa Allah mengujinya, kemudian dia sujud menyungkur dan bertobat. Disebutkan bahwa Allah mengampuninya.[56]

Sebagian pihak menyatakan bahwa ayat tersebut berbicara mengenai skandal Dawud dan Batsyeba yang disebutkan dalam tradisi Yahudi dan Kristen. Disebutkan dalam Tanakh dan Alkitab bahwa suatu hari saat berjalan-jalan di sotoh (atap datar) istana, Dawud melihat seorang perempuan mandi. Dia adalah Batsyeba binti Eliam, istri dari Uria yang merupakan panglima Dawud. Dawud mengutus orang untuk memanggil Batsyeba dan mereka kemudian berhubungan seksual, membuat Batsyeba hamil. Dawud kemudian memerintahkan agar Uria maju ke garis depan pertempuran agar dia terbunuh. Setelah Uria gugur, Dawud menikahi Batsyeba.[57]

Skandal Dawud dan Batsyeba pada umumnya ditolak dalam tradisi Muslim karena bertentangan dengan sifat ma'shum (terjaga dari dosa) yang dimiliki para nabi. Sebagian memberikan penafsiran bahwa wanita yang suaminya terbunuh di medan perang tidak akan menikah lagi. Dawud mematahkan tradisi tersebut dan menikahi Batsyeba setelah Uria terbunuh, tetapi orang-orang sulit untuk menerima pernikahan yang tidak lazim ini.[58] Penafsiran lain menyebutkan bahwa Dawud melamar Batsyeba yang sebenarnya sudah dilamar Uria terlebih dahulu. Namun keluarga Batsyeba lebih menerima lamaran Dawud yang merupakan seorang raja. Ada juga penafsiran lain dari para ulama terkait masalah ini.

Dalam literatur Rabinik diterangkan bahwa secara teknis, Batsyeba bukan berstatus istri orang karena pasukan Dawud selalu memberi istri mereka perceraian bersyarat, jikalau seorang tentara hilang dalam pertempuran sehingga istrinya tidak dapat menikah lagi karena keberadaan suaminya belum jelas.[59] Namun, Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa Dawud bertindak tidak patut, dan orang bijak menjelaskan bahwa walaupun Dawud tidak melakukan perzinahan dalam arti harfiah, ia melanggar roh hukum.[60]

 
Makam Nabi Dawud di Yerusalem

Sebuah situs di Gunung Sion, Yerusalem, dipandang sebagai tempat Dawud dikebumikan menurut tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam sejak abad ke-12 M.[61][62] Makam tersebut terletak di sudut ruangan lantai bawah di sisa-sisa bekas Hagia Zion, sebuah rumah ibadah kuno. Lantai atas dari bangunan ini dipercaya sebagai Senakel atau tempat perjamuan terakhir Yesus dalam tradisi Kristen.[62]

Pada tahun 1332, Ordo Fransiskan yang merupakan wakil resmi gereja Katolik Roma di Tempat-Tempat Suci setelah pengusiran Tentara Salib oleh umat Muslim, memindahkan markas mereka ke Senakel, setelah memperolehnya pada tahun 1332 dari Sultan Mamluk An-Nashir Muhammad seharga 30.000 dukat.[63]

Menurut peziarah Dominika, Felix Fabri,[64] Sultan Mamluk Mamluk Barsbay mengambil bagian dari lantai bawah kompleks situs tersebut pada tahun 1429 dari para Fransiskan dan mengubah ruang makam menjadi masjid.[65] Meskipun dikembalikan setahun kemudian, kepemilikan berganti-ganti sampai tahun 1524 ketika Sultan Utsmani Süleyman Al-Qanuni mengeluarkan para Fransiskan dari seluruh kompleks.[66] Tempat yang kemudian menjadi situs Islam tersebut kemudian dipercayakan kepada Syeikh Sufi Ahmad Dajani dan keturunannya.

Lantai bawah kemudian langsung diubah menjadi sinagoge setelah Perang Palestina 1948. Penutup Muslim di makam diganti dengan bendera Israel dan kemudian diganti sebuah parochet.[67] Pada bulan Desember 2012, orang-orang tak dikenal menghancurkan sejumlah besar ubin Islam abad ke-17 yang ada di makam. Pihak berwenang Israel telah memutuskan untuk tidak merekonstruksinya.[68]

Sebuah patung Raja Daud, dipasang di Gunung Sion pada tahun 2008 di dekat makam[69] oleh Yayasan Amal Rusia Santo Nikolas the Wonderworker, dibongkar pada tahun 2018. Patung itu sebelumnya telah dirusak beberapa kali. Pemasangan patung tersebut diterima secara negatif oleh banyak perwakilan komunitas Yahudi Haredi.[70][71] Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan meningkat di situs tersebut, dengan beberapa aktivis Yahudi berusaha mencegah dan menghalangi peziarah Kristen untuk beribadah.[72][73]

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Dalam Al-Qur'an, nama Dawud disebutkan enam belas kali, yakni pada surah:
    1. Al-Baqarah (2): 251
    2. An-Nisa' (4): 163
    3. Al-Ma'idah (5): 78
    4. Al-An'am (6): 84
    5. Al-Isra' (17): 55
    6. Al-Anbiya' (21): 78, 79
    7. An-Naml (27): 15, 16
    8. Saba' (34): 10, 13
    9. Shad (38): 17, 22, 24, 26, 30

Referensi

sunting
  1. ^ Coogan 2009, hlm. 426
  2. ^ 1 Tawarikh 2:1–15
  3. ^ Al-Baqarah (2):246
  4. ^ 1 Samuel 4:1–22
  5. ^ Al-Baqarah (2):247
  6. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 680.
  7. ^ Al-Baqarah (2):248
  8. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 681.
  9. ^ Al-Baqarah (2):249-251
  10. ^ 1 Samuel 17:1–55
  11. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 683-684.
  12. ^ 1 Samuel 18:6–30
  13. ^ 1 Samuel 19:1–24
  14. ^ 1 Samuel 24:1–22
  15. ^ Flavius Yosefus, Antiquitates Iudaicae, Volume VI, Bab 14, alinea 9.
  16. ^ 1 Samuel 31:1–13
  17. ^ 2 Samuel 2: 1–7
  18. ^ 1 Samuel 16: 1–13
  19. ^ 1 Samuel 15: 10–35
  20. ^ 2 Samuel 5: 4
  21. ^ 2 Samuel 2: 8–10
  22. ^ 2 Samuel 3: 6–39
  23. ^ 2 Samuel 4: 1–12
  24. ^ 2 Samuel 5: 6–10
  25. ^ 2 Samuel 5: 17–25
  26. ^ 2 Samuel 15: 1–37
  27. ^ 2 Samuel 18: 1–33
  28. ^ Al-Anbiya' (21): 80
  29. ^ Shad (38): 10-11
  30. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 689.
  31. ^ Saba' (34): 18-19
  32. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 691.
  33. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 700.
  34. ^ 1 Samuel 16: 23
  35. ^ HR. Bukhari dan Muslim
  36. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 690.
  37. ^ HR. Ahmad (5/136)
  38. ^ Al-Qarni 2006, hlm. 61-63.
  39. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 703.
  40. ^ 1 Samuel 5: 4–5
  41. ^ 1 Raja–raja 2 : 10
  42. ^ Zohar Bereishis 91b
  43. ^ Al-Baqarah (2): 251
  44. ^ Shad (38): 20
  45. ^ a b Al-An'am (6): 84
  46. ^ An-Naml (27): 15
  47. ^ Shad (38): 17
  48. ^ Shad (38): 25
  49. ^ An-Nisa' (6): 163
  50. ^ Lemaire, Andre. "The Many Faces of King David". My Jewish Learning. Diakses tanggal 2 Juni 2020. 
  51. ^ Schochet, Jacob Immanuel. "Moshiach ben Yossef". Tutorial. Moshiach.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 December 2002. Diakses tanggal 2 December 2012. 
  52. ^ Blidstein, Prof. Dr. Gerald J. "Messiah in Rabbinic Thought". MESSIAH. Jewish Virtual Library and Encyclopaedia Judaica 2008 The Gale Group. Diakses tanggal 2 December 2012. 
  53. ^ Telushkin, Joseph (1991). "The Messiah". William Morrow and Co. Diakses tanggal 2 December 2012. 
  54. ^ Saint of the Day Diarsipkan 2008-05-30 di Wayback Machine.
  55. ^ Garipzanov, Ildar H. (2008). The Symbolic Language of Royal Authority in the Carolingian World (c. 751–877). Brill. hlm. 128, 225. ISBN 978-9004166691. 
  56. ^ Shad (38): 21-25
  57. ^ 2 Samuel 11: 1–27
  58. ^ Tafsir Nemooneh, vol. 19, hlm. 257; Oyoun Akhbar Ar-Ridha, vol. 1, hlm. 154; Amali Saduq, hlm. 91.
  59. ^ Talmud, Shabbat 56b
  60. ^ Talmud, Sanhedrin 107b
  61. ^ Isabel Kershner, Mass on Mount Zion Stirs Ancient Rivalries, New York Times, May 26, 2014
  62. ^ a b Rabbi Dr. Ari Zivotofsky, 'Where is King David Really Buried?,' The Jewish Press, May 15th 2014.
  63. ^ Cust 1929, Chapter The Status Quo : its Origin and History till the Present Time section B quote: "in A.D. 1230, the Franciscan Order was established in Jerusalem and became the official representatives of Roman Catholicism in the Holy Places, with their headquarters in the Cenacle on Mount Zion, obtained from the Egyptian Sultan, Melek-el-Nasr, in 1332, for 30,000 ducats".
  64. ^ Fabri, Félix; Hassler, Konrad Dieterich (1848). Fratris Felicis Fabri Evagatorium in Terrae Sanctae, Arabiae et Egypti peregrinatoniem. 1. sumptibus Societatis litterariae Stuttgardiensis. hlm. 253. 
  65. ^ Pringle, Denys (2007). The Churches of the Crusader Kingdom of Jerusalem: A Corpus. Vol. 3. The City of Jerusalem. Cambridge University Press. hlm. 270. 
  66. ^ Pringle 2007, hlm. 271.
  67. ^ Bar 2004, hlm. 263.
  68. ^ Nir Hasson (August 3, 2013). "Who is 'Judaizing' King David's Tomb?". Haaretz. 
  69. ^ The statue of King David, google.com/maps, 2017.
  70. ^ "Monument to King David gifted by Russian charity dismantled in Jerusalem". Orthochristian.com. March 27, 2018. 
  71. ^ "Haredim want King David statue moved". Ynetnews.com. September 21, 2010. 
  72. ^ Eetta Prince-Gibson, Jewish Radicals Disrupt Greek Orthodox Pentecost Prayer in Jerusalem, Calling Worshipers 'Evil', Haaretz, Jun 21, 2016
  73. ^ Yair Ettinger, Police Evacuate Scores of Jewish Activists Barricading in King David’s Tomb. Hardline Jews barricade inside flash-point religious site, attempting to prevent Christian prayer service., Haaretz, Jun 01, 2015

Daftar pustaka

sunting