Tembok laut

(Dialihkan dari Dinding laut)

Tembok laut (atau dinding laut) adalah salah satu bentuk perlindungan kawasan pesisir yang terdampak langsung dengan laut atau proses pantai lainnya. Tujuan dibangunnya tembok laut adalah untuk melindungi area permukiman penduduk, konservasi, dan rekreasi dari pasang, ombak, dan tsunami.[1] Sifat statik tembok laut akan melindungi dampak dinamis dari garis pantai yang dilindunginya, seperti perpindahan sedimen dari pantai ke laut dan sebaliknya.[2]

Salah satu contoh tembok laut modern di Ventnor, Isle of Wight, Inggris
Orang-orang bersosialisasi di tembok laut Malecón, Havana
Tembok laut di Urangan, Queensland

Garis pantai merupakan lingkungan yang sangat dinamis.[3] Wilayah ini terdampak langsung oleh erosi akibat aliran sungai, angin, dan laut, sehingga kombinasi proses denudasi akan berdampak pada struktur tembok laut.[4] Karena hal ini, tembok laut harus dirawat secara rutin dan diganti apabila sudah mencapai umur pakainya supaya struktur ini tetap efektif.

Tembok laut dapat dibangun menggunakan berbagai macam material. Material yang umum ditemui antara lain beton bertulang, batu-batuan, baja, atau gabion. Material lain yang dapat digunakan antara lain: vinyl, kayu, aluminium, komposit serat kaca, dan kantong pasir yang terbuat dari jerami atau sabut kelapa.[5] Di Britania Raya, dinding laut juga merujuk pada tanggul dari tanah untuk membuat polder atau kontruksi tanggul.

Tembok laut bekerja dengan cara memantulkan ombak yang datang dari laut sehingga mencegah terjadinya erosi.[6] Tembok laut dapat memiliki dua kekurangan spesifik. Pertama, pantulan ombak dari tembok laut dapat menurunkan kedalaman pasir di depan pantai.[7] Kedua, tembok laut dapat mempercepat erosi wilayah pesisir yang tidak terlindungi di dekatnya.[8]

Rancangan dan jenis tembok laut tergantung pada karakteristik lokasi, termasuk proses erosi di sekitarnya.[9] Terdapat tiga jenis utama tembok laut, yakni vertikal, melengkung, dan gundukan/tumpukan:

Jenis tembok laut
Jenis Ilustrasi Keuntungan Kelemahan Contoh
Vertikal Tembok laut dibangun secara langsung di tepi laut. Tembok laut jenis ini memantulkan energi dari gelombang yang datang. Kondisi badai dapat menyebabkan terbentuknya gelombang berdiri yang tidak pecah. Gelombang ini dapat menimbulkan gelombang klapotis diam yang bergerak naik turun, tetapi tidak bergerak secara horizontal.[10][11] Gelombang seperti ini dapat merusak bagian dasar tembok laut.[12] Pada beberapa kasus, sebuah tiang pancang diletakkan di depan tembok untuk sedikit mengurangi energi gelombang sebelum menyentuh tembok.
 
  • Jenis yang pertama kali diimplementasikan
  • Jenis tembok laut yang paling mudah dirancang dan dibangun.
  • Memantulkan energi gelombang supaya menjauh dari area pesisir.
  • Kerikil yang bebas bertebaran akan mendisipasi energi.
  • Dapat mengalami kerusakan dalam waktu singkat.
  • Dapat rusak ketika berada di lingkungan yang memiliki gelombang berenergi tinggi.
 
Melengkung Desain melengkung memungkinkan gelombang untuk pecah dan mendisipasi energi sebelum memantulkannya kembali ke laut. Desain yang melengkung juga dapat mencegah ambruknya gelombang dan menambah perlindungan pada bagian dasar tembok.
 
  • Struktur cekung menambah elemen disipatif.
  • Lengkungan dapat mencegah tembok ambruk akibat hantaman gelombang dan menambah perlindungan bagi dasar tembok.
  • Bertujuan untuk mengalihkan energi sehingga terbentuk gelombang pantulan yang rendah dan tidak terlalu turbulen.
  • Proses rekayasa yang lebih kompleks.
  • Gelombang yang dipantulkan dapat menggesek material di permukaan tembok dan membuatnya semakin lemah.
 
Gundukan

atau Tumpukan

Tembok laut tipe ini menggunakan revetmen atau riprap yang digunakan pada lingkungan dengan energi erosi yang rendah. Struktur ini dapat memungkinkan air untuk melaluinya setelah energi gelombang terdisipasi.[13]
 
  • Desain yang umum saat ini menggunakan beton atau baru.
  • Material berongga dapat menyebabkan disipasi energi maksimum.
  • Opsi paling murah.
  • Usia pakai relatif pendek.
  • Tidak dapat bertahan pada kondisi lingkungan berenergi tinggi secara efektif.
 

Pelindung alami

sunting

Sebuah laporan yang dirilis oleh United Nations Environment Programme (UNEP) menjelaskan bahwa tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 menimbulkan kerusakan yang lebih kecil pada area yang dilindungi oleh bakau, koral, atau tanaman pesisir.[14] Pelindung alami seperti koral dan hutan bakau mencegah pesebaran gelombang tsunami dan banjir rob.[15]

Lihat pula

sunting

Dasar:

Jenis tembok lainnya:

Referensi

sunting
  1. ^ Kamphuis, W J. (2010) Introduction to Coastal Engineering and Management. World Scientific Publishing Co Ltd. Singapore.
  2. ^ Shipman, Brian; Stojanovic, Tim (2007), "Facts, Fictions, and Failures of Integrated Coastal Zone Management in Europe", Coastal Management, 35 (2–3): 375–398, doi:10.1080/08920750601169659 
  3. ^ Allan, J C, Kirk, R M, Hemmingsen, M & Hart, D. (1999) Coastal Processes in Southern Pegasus Bay: A Review – A Report to Woodward-Clyde New Zealand Ltd. and the Christchurch City Council. Land and Water Studies Ltd. Christchurch.
  4. ^ Fletcher C H, Mullane R A & Richmond B M. (1997) “Beach loss along armored shorelines on Oahu, Hawaiian Islands” in Journal of Coastal Research. Vol. 13, No 3. P 209-215
  5. ^ Clarke, J R. 1994. Integrated Management of Coastal Zones. Fao Corporate Document Repository, USA.
  6. ^ Kajendra, R. (2011)
  7. ^ Masselink, G and Hughes, M J. (2003) Introduction to Coastal Processes and Geomorphology. Oxford University Press. New York. Ch 11.
  8. ^ NOAA. (2007) Shoreline Management: Alternatives to Hardening the Shore. Retrieved online 15 April 2011 from: http://coastalmanagement.noaa.gov/shoreline.html
  9. ^ GeoResources. (2001) Coastal management. Retrieved online 18 April 2011 from: "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-01. Diakses tanggal 2011-04-30. 
  10. ^ Carter, Bill (1989). Coastal environments: an introduction to the physical, ecological, and cultural systems of coastlines. Boston: Academic Press. hlm. 50. ISBN 0-12-161856-0. 
  11. ^ Matzner, Richard A. (2001). Dictionary of geophysics, astrophysics, and astronomy (PDF). Boca Raton: CRC Press. hlm. 81. Bibcode:2001dgaa.book.....M. ISBN 0-8493-2891-8. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-07-22. 
  12. ^ Beer, Tom (1997). Environmental oceanography. Boca Raton: CRC Press. hlm. 44. ISBN 0-8493-8425-7. ... the reflected wave energy interacted with the incoming waves to produce standing waves known as clapotis, which promote erosion at the toe of the wall. 
  13. ^ Milligan J, O'riordan T (2007). "Governance for Sustainable Coastal Futures". Coastal Management. 35 (4): 499–509. doi:10.1080/08920750701525800. 
  14. ^ [1] Diarsipkan 2011-07-16 di Wayback Machine. Satellite imagery and modelling show how forests cushion the impact of tsunamis
  15. ^ "Tsunami Barriers". Science NetLinks. Diakses tanggal March 30, 2011. 

Pranala luar

sunting