Ekosistem laut
Ekosistem laut atau disebut juga tata lingkungan bahari merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/litoral, dan ekosistem pasang surut.[1]
Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.[2]
- Memiliki salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi.
- NaCl mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
- Iklim dan cuaca tidak terlalu berpengaruh pada ekosistem laut.
- Memiliki variasi perbedaan suhu di permukaan dengan di kedalaman.
Ekosistem laut juga berperan penting bagi lingkungan di daratan. 50% oksigen yang dihisap organisme di daratan berasal dari fitoplankton di lautan. Habitat pantai (estuari, hutan bakau, dan sebagainya) merupakan kawasan paling produktif di bumi. Ekosistem terumbu karang menyediakan sumber makanan dan tempat berlindung bagi berbagai jenis organisme dengan keanekaragaman hayati tingkat tinggi di lautan.[3]
Ekosistem lautan pada umumnya memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga diperkirakan memiliki ketahanan yang baik terhadap spesies invasif. Namun beberapa kasus yang melibatkan spesies invasif telah ditemukan dan mekanisme yang menentukan kesuksesan spesies invasif ini belum dipahami secara pasti.[4]
Zonasi
suntingLaut merupakan wilayah yang sangat luas, lebih kurang dua pertiga dari permukaan bumi. Wilayah ekosistem laut sangat terbuka sehingga pengaruh cahaya Matahari sangat besar. Daya tembus cahaya Matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem laut terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya Matahari, disebut daerah fotik, daerah laut yang gelap gulita, disebut daerah afotik. Di antara keduanya terdapat daerah remangremang cahaya yang disebut daerah disfotik.[2]
Berdasarkan jarak dari pantai dan kedalamannya ekosistem laut dibedakan menjadi zona litoral, neritik, dan oseanik. Secara vertikal kedalaman dibedakan menjadi epipelagik, mesopelagik, batio pelagik, abisal pelagik, dan hadal pelagik.[2]
Zona litoral/ekosistem perairan dangkal
suntingKomunitas ekosistem perairan dalam di Indonesia belum banyak diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan belum dikuasainya perangkat teknologi untuk meneliti hingga mencapai perairan dalam, tetapi secara umum keanekaragaman komunitas kehidupan yang ada pada perairan dalam tersebut tidaklah setinggi ekosistem di tempat lain. Komunitas yang ada hanya konsumen dan pengurai, tidak terdapat produsen karena pada daerah ini cahaya Matahari dapa sampai ke permukaan. Makanan konsumen berasal dari plankton yang melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen. Jadi, di dalam laut ini terjadi peristiwa makan dan dimakan. karena gerakan air dalam pantai ke tengah laut pada lapis atas. .[1]
Zona neritik
suntingKomunitas ekosistem pantai pasir dangkal terletak di sepanjang pantai pada saat air pasang. Luas wilayahnya mencakup pesisir terbuka yang tidak terpengaruh sungai besar atau terletak di antara dinding batu yang terjal/curam. Komunitas di dalamnya umumnya didominasi oleh berbagai jenis tumbuhan ganggang dan atau rerumputan.[1]
Jenis ekosistem pantai pasirdangkal ada tiga, yaitu sebagai berikut.[1]
Zona oseanik
suntingZona oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya Matahari sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu. Batas dari kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, daerah ini banyak ikannya.[2]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c d Buku sekolah elektronik [Kistinnah, Endang Sri Lestari] (2009). Biologi 1 : Makhluk Hidup dan Lingkungannya Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-129-3 (no. jilid lengkap) / ISBN 978-979-068-131-6. Periksa nilai
|author-link1=
(bantuan) - ^ a b c d Buku sekolah elektronik [Anshori, Djoko Martono] (2009). Biologi 1 : Untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)-Madrasah Aliyah (MA) Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 978-979-068-129-3 ( no.jil.lengkap) / ISBN 978-979-068-130-9. Periksa nilai
|author-link1=
(bantuan) - ^ "Marine Ecosystems | Biological Indicators of Watershed Health | US EPA".
- ^ Stachowicz, Fried, Osman, Whitlatch ESA Online Journals - BIODIVERSITY, INVASION RESISTANCE, AND MARINE ECOSYSTEM FUNCTION: RECONCILING PATTERN AND PROCESS. http://www.esajournals.org/doi/abs/10.1890/0012-9658%282002%29083%5B2575%3ABIRAME%5D2.0.CO%3B2?journalCode=ecol[pranala nonaktif permanen].
Bahan bacaan terkait
sunting- Barange M, Field JG, Harris RP, Eileen E, Hofmann EE, Perry RI and Werner F (2010) Marine Ecosystems and Global Change Oxford University Press. ISBN 978-0-19-955802-5
- Boyd IL, Wanless S and Camphuysen CJ (2006) Top predators in marine ecosystems: their role in monitoring and management Volume 12 of Conservation biology series. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-84773-5
- Davenport J (2008) Challenges to Marine Ecosystems: Proceedings of the 41st European Marine Biology Symposium Volume 202 of Developments in hydrobiology. ISBN 978-1-4020-8807-0
- Levner E, Linkov I and Proth J (2005) Strategic management of marine ecosystems Springer. Volume 50 of NATO Science Series IV. ISBN 978-1-4020-3158-8
- Mann KH and Lazier JRN (2006) Dynamics of marine ecosystems: biological-physical interactions in the oceans Wiley-Blackwell. ISBN 978-1-4051-1118-8
- Moustakas A and Karakassis I (2005) "How diverse is aquatic biodiversity research?" Diarsipkan 2016-07-16 di Wayback Machine. Aquatic Ecology, 39: 367-375.]