Petro Ferdinandus Vermeulen Krieger

Petro Ferdinandus Vermeulen Krieger (1782 - Etten, Etten-Leur, 27 September 1865) ialah seorang kolonel berkebangsaan Belanda yang berdinas di Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger.

Kolonel Ferdinand Vermeulen Krieger. Sumber: 1870. W.A. van Rees.

Masa muda sunting

Pada masa kecilnya, Vermeulen Krieger kehilangan orang tuanya, lalu meninggalkan tempat kelahirannya dan ditolong ketika bertemu dengan resimen Kol. Achenbach, di mana ia menyelesaikan pendidikan militernya. Ia ditempatkan di garda kerajaan di Den Haag dan kemudian mengikutinya ke Wesel. Raja Louis Bonaparte menyetujui komando atas korps pasukan tersebut dan mencanangkan agenda, di mana ia menjadi terkenal atas pengumuman perangnya pada Prusia; Vermeulen Krieger mengikuti barisan tersebut sebagai kopral atas Kassel, Lippstadt, Hameln, dll. Kemudian, komandan pasukan Prusia menyerah, garda Belanda kembali ke Den Haag.

Vermeulen Krieger diangkat sebagai sersan pada bulan Januari 1807 dan dipindahtugaskan ke Frisia Timur di dalam Infanteri Resimen IX, yang dipimpin oleh Marsekal Guillaume Brune. Atas keberaniannya selama berdinas dalam Kampanye Jerman Utara, Vermeulen Krieger dianugerahi medali perak pada tahun 1809.

Kekaisaran Rusia sunting

Dalam penyerbuan ke Kekaisaran Rusia, Vermeulen Krieger yang menjabat sebagai letnan dua, dimasukkan ke Brigade II dari Divisi XII dari Korps IX, di bawah pimpinan Marsekal Claude Victor-Perrin. Pasukan tersebut menderita kekalahan dan pada musim dingin antara tahun 1812-1813 Vermeulen Krieger berada di Vitebsk. Barulah pada tanggal 3 September 1814, ia kembali ke tanah air.

Hindia Belanda sunting

Tak lama setelah itu, ia diangkat menjadi letnan satu. Pada masa Pertempuran Waterloo, Vermeulen Krieger ditempatkan di batas medan pertempuran sebagai pasukan cadangan, dan maju ke palagan bersama garda depan, dan ia juga aktif dalam aksi di Quesnoy dan Valenciennes, dan kemudian kembali ke Belanda.

Pada tanggal 15 Oktober 1815, Brigade Indian yang dipimpin oleh LetJend Carl Heinrich Wilhelm Anthing menaiki kapal yang bermuatan skuadron yang siap diluncurkan dari Nieuwediep (sekarang Den Helder); baru pada tanggal 10 Juni 1816, kapal tersebut tiba di Batavia (sekarang Jakarta, Indonesia). Pada bulan Juni 1817, ketika terjadi pergolakan di Pulau Saparua dan akan diluncurkan ekspedisi militer, Vermeulen Krieger yang saat itu menjabat sebagai kapten ikut serta. Ekspedisi pertama telah diluncurkan. Dalam ekspedisi kedua pada bulan Oktober 1817, Vermeulen Krieger dan Dorus Poland mendapatkan keberhasilan pada tanggal 5 November pada tahun itu juga. Kemudian terjadi pertempuran berdarah, di mana Vermeulen Krieger juga terluka namun ia mendapatkan julukan "pahlawan dari Saparua" dan GubJend Godert van der Capellen memberinya jaminan sehingga ia "digaji kemudian bekerja" dan Vermeulen Krieger diangkat sebagai komandan di Cirebon. Pada tahun 1 Januari 1819, ia naik pangkat sebagai mayor dan dianugerahi gelar ksatria dalam Militaire Willems-Orde Kelas IV untuk gerakannya di Saparua. Lagi-lagi Mayor Vermeulen Krieger memimpin semua tindakan terhadap perlawanan daerah setempat. Atas operasi militer di Melaka, pada tahun 1820, ia dianugerahi Militaire Willems-Orde Kelas III. Setelah itu, ia mengambil cuti ke Belanda pada bulan Januari 1822. Setelah kematian isterinya, Vermeulen Krieger mulai gelisah, dan pada tahun 1826, Raja Willem I dari Belanda mengangkatnya sebagai komandan untuk memimpin korps senapan, yang ditugaskan dalam Perang Diponegoro di Jawa hingga ditangkapnya Pangeran Diponegoro. Namun, baru ketika Vermeulen Krieger kembali ke Batavia, Perang Diponegoro berakhir.

Perang Paderi sunting

Pada saat yang sama, Bonjol belum ditaklukkan. Dari sini, semua komando musuh mencakup seluruh daerah. Pembukaan jalan dekat titik yang diperkuat ini dilakukan oleh Vermeulen Krieger dan atas alasan ini ia menuai keberhasilan besar dan sebagai akibatnya, ketika Mayor De Quay tidak ada, ia juga menjadi bagian dari otoritas sipil di Dataran Tinggi Padang itu juga (1832).

Pemberontakan tahun 1833 sunting

Namun, mereka semua sudah siap menghadapi perlawanan. Pada tahun 1833, seluruh garnisun yang ada di Bonjol dibunuh dan semua jalan masuk ditutup. Detasemen Vermeulen Krieger menyertai. Dengan ancaman kematian, Vermeulen Krieger mencba melarikan diri. Ekspedisi terhadap pegunungan dan lembah tersebut, yang menetap sepanjang adanya semangat kaum paderi, yang berlangsung pada hari itu dan di mana 63 orang dari kelompok 80 pemburu itu terbunuh, semua karena Vermeulen Krieger. Lalu ia menerima perintah ke Batavia atas komando dari Infanteri Batalyon VII. Penarikan tersebut membuatnya dikritik oleh pemerintah karena huru-hara tersebut terjadi akibat dinas kuli berkelanjutan yang dipimpin oleh penduduk.

Hari-hari terakhir sunting

 
Kol. Ferdinand Vermeulen Krieger pada hari-hari terakhirnya. Sumber: 1900. G. Kepper

Vermeulen Krieger menghabiskan 1,5 tahun sebagai kepala Batalyon VII dan kemudian dengan komando yang beranggotakan pasukan dari Vorstenlanden. Iapun meninggalkan dinas dan pada bulan April 1834 ia pensiun. Alasan resminya ialah bahwa ia telah berusia 52 tahun, menghabiskan lebih dari 57 tahun berdinas, mengalami 22 pertempuran penting dan pada akhirnya terluka 4 kali. Alasan yang tidak ada dalam catatan permohonan tersebut membuat ia tidak menerima kenaikan pangkat apapun. Raja Willem II dari Belanda menyangkal Vermeulen Krieger dan tak menganugerahinya Salib Ksatria dari Orde Mahkota Ek.

Rujukan sunting

  • Van Rees WA. 1870. Vermeulen Krieger: Taferelen uit het Indische Krijgsleven. Arnhem: D.A. Thieme.