Terapi lintah
Terapi lintah atau hirudoterapi adalah terapi kesehatan yang menggunakan media lintah.[1] Terapi lintah telah dikenal sejak lama, bahkan sebelum masa kedokteran modern. Dahulu terapi lintah diyakini dapat mengatasi kelainan sistem saraf, masalah gigi dan kulit, meringankan nyeri, mengobati peradangan, serta infeksi.[2] Gigitan lintah itu akan meninggalkan bekas berbentuk huruf Y, yang nantinya akan sembuh tanpa bekas luka. Lintah yang digunakan untuk pengobatan adalah jenis Hirudo, yaitu Hirudo medicinalis, Hirudo troctina, Hirudo nipponia, Hirudo quinquestriata, Poecilobdella granulosa, Hirudinaria javanica, Hirudinaria manillensis, Haementeria officinalis, Hirudo orientalis, dan Haementeria depressa dan yang dikembangkan dalam lingkungan khusus.[2]
Manfaat
suntingLintah yang khusus digunakan untuk pengobatan, umumnya mengeluarkan air liur yang mengandung lebih dari 100 jenis protein saat mengisap darah, meski baru beberapa yang teruji dapat menyembuhkan. Protein inilah yang memiliki efek medis, seperti memperlancar peredaran darah, meredakan nyeri, hingga efek antiperadangan dan antimikroba.[2]
Risiko
suntingTerapi lintah banyak dipilih karena relatif mudah dilakukan dan risiko efek sampingnya terbilang kecil. Meski demikian, terapi lintah juga memiliki risiko yang harus dipertimbangkan baik untuk terapi medis ataupun untuk prosedur kecantikan.[2]
Yang pertama harus diperhatikan adalah jenis lintah yang digunakan. Walau dinamakan terapi lintah, namun yang digunakan bukanlah lintah liar yang ada di lingkungan bebas. Lintah yang digunakan harus jenis Hirudo khusus pengobatan, disimpan dalam air bersih yang sudah diberikan klorin, dan harus berada dalam suhu 5-27 °C. Kemudian, lintah juga harus terlindungi dari paparan langsung sinar matahari.[2]
Selain itu, perlu diingat bahwa tidak semua orang bisa menjalani terapi lintah.[2]
Referensi
sunting- ^ "Blutegeltherapie". www.carstens-stiftung.de (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2019-09-20.
- ^ a b c d e f "Jangan Geli, Terapi Lintah Banyak Manfaatnya". Alodokter. 2018-10-16. Diakses tanggal 2019-09-20.
Pranala luar
sunting