Hu Songshan

ulama nasionalis Tiongkok dari aliran Yihewani

Hu Songshan (1880–1955) adalah seorang ulama Yihewani dari suku Hui di Tiongkok. Ia lahir pada tahun 1880, di County Tongxin, Ningxia. Nama Arabnya adalah Sa'aduddin (Arab: سعد الدين; Hanzi sederhana: 赛尔敦丁; Hanzi tradisional: 賽爾敦丁; Pinyin: sài ěr dūn dīng). Meskipun ia terlahir sebagai seorang Sufi dan di kemudian hari menjadi tokoh Wahabi, ia mengubah pandangannya dan beralih dari Wahabisme setelah pergi haji ke Makkah dan kemudian menjadi imam, penulis kitab, dan pemimpin gerakan Islam Yihewani di Tiongkok. Dia merupakan seorang Muslim yang berpengaruh di negerinya dengan pemikirannya yang progresif dan reformis. Hu juga berperan dalam mengerahkan umat Islam dalam perjuangan melawan penjajahan Jepang di Tiongkok.[5]

Imam Hu Songshan
虎嵩山阿訇
GelarAhong
Informasi pribadi
Lahir1880
Meninggal1955 (usia 74–75)
AgamaIslam
Pemimpin Muslim
LokasiNingxia, Tiongkok
Lama menjabat1927–1955
KedudukanImam dan pemikir gerakan Yihewani,[1][2] penulis kitab,[3] teolog.[4]
Hu Songshan
Hanzi tradisional: 虎嵩山
Hanzi sederhana: 虎嵩山

Kehidupan awal dan pendidikan sunting

Ayah Hu adalah seorang ahong (imam atau kiai) di Gansu dari menhuan Khafiya, salah satu cabang tarekat Naqsyabandiyah yang ada di Tiongkok. Ketika Hu Songshan berusia 18 tahun, ia berguru pada Wang Naibi, seorang ulama Yihewani dari kota Haicheng. Pada usia 21 tahun, ia menjadi imam gerakan anti-Sufi Yihewani (Ikhwani dalam bahasa Arab), yang didirikan oleh tokoh Wahabi Ma Wanfu. Hu menentang ritual-ritual yang banyak menghamburkan uang dan pembayaran untuk layanan keagamaan, yang dipraktikkan oleh otoritas Sufi. Sebagai anggota Yihewani, dia sangat menentang Sufisme dan menhuan sampai-sampai dia menghancurkan gongbei (bangunan makam) ayahnya sendiri yang dibangun di Tongxin.[6]

Kehidupan sunting

Dia menunaikan ibadah haji pada tahun 1924 pada usia 45 tahun, melakukan perjalanan melalui Shanghai dan tiba di Makkah pada tahun 1925. Ketika Hu berada di Makkah, dia tidak merasakan solidaritas antara sesama Muslim, bahkan ia mengalami tindakan rasis selama berhaji hanya karena dirinya berasal dari Tiongkok. Sejak itu, ia menjadi seorang nasionalis Tiongkok yang berupaya untuk membangun Tiongkok yang kuat, serta mulai meninggalkan Wahabisme.[7][8][9][10][11][12] Alih-alih menginginkan negara Islam, ia ingin umat Islam tetap mempraktikkan agamanya di Tiongkok. Ia melihat orang Hui dan Han diperlakukan sama dan dilecehkan oleh bangsa asing. Dia menginginkan persatuan dalam menghadapi imperialisme asing dan mendakwahkan nasionalisme dan persatuan nasional di antara seluruh rakyat Tiongkok. Di County Wuzhong, Hu lalu menjadi kepala sekolah agama.[13] Hu Songshan berubah dari seorang Wahabi yang kolot menjadi seorang modernis dan memengaruhi Yihewani untuk mengubah pemikirannya.[14] Di antara pengikutnya adalah Muhammad Ma Jian[15] dan Imam Ma Fulong (wafat 1970)[16].

Hu mendorong persatuan dan kerja sama baik antara sesama Muslim, maupun dengan non-Muslim di Tiongkok. Ia menggunakan bahasa Tionghoa Klasik untuk memajukan nasionalisme. Perlakuan rasis yang ia terima selama berhaji membuatnya berpikir bahwa Muslim Tionghoa perlu menguasai berbagai ilmu pengetahuan agar mereka tak dipandang rendah oleh bangsa lain.[17] Sejak itu, beliau mulai mempelajari ilmu pengetahuan modern, mengajarkan olahraga untuk murid-muridnya, dan mengizinkan orang-orang untuk memotret masjid dan dirinya, menjadikannya sosok yang berbeda dari tokoh-tokoh Yihewani arus utama yang ketat dalam beragama.[18] Tidak seperti gurunya Ma Wanfu, seorang ulama Wahabi yang menolak bahasa Tionghoa dan sains, Hu Songshan mendorong umat Islam untuk mempelajari bahasa Tionghoa serta sains modern. Beliau terus mempromosikan reformasi dalam pendidikan Islam sepanjang hidupnya.[19]

Hu Songshan dan panglima perang Muslim Hui di Ningxia, Jenderal Ma Hongkui bekerja sama dalam mendirikan beberapa sekolah dwibahasa Tionghoa-Arab (中阿學校) di Ningxia untuk mengajarkan Islam dalam bahasa Mandarin dan Arab bagi Muslim Tionghoa pada 1930-an dan 1940-an.[20] Pada tahun 1932, Songshan menjadi kepala Sekolah Tionghoa-Arab swasta di Masjid Dongdasi, yang didirikan oleh Ma Hongkui di Yinchuan, ibu kota Ningxia. Para santri dari berbagai penjuru Tiongkok berbondong-bondong mendaftar di sana setelah statusnya berubah menjadi sekolah negeri di tahun berikutnya. Sepuluh hari sebelum Ramadan berakhir pada tahun 1935, Ma Hongkui menyelenggarakan pawai perayaan Tahun Baru Imlek yang mengganggu orang-orang yang sedang beriktikaf di masjid. Hu Songshan memarahi Ma Hongkui karena hal ini, di mana ia menyampaikan khotbah yang agresif dan berapi-api di hadapan jemaah Salat Jumat. Karena tersinggung, Ma Hongkui kemudian memecat Hu dari jabatannya lalu mengasingkannya. Hu kemudian berdamai dengan Ma dan Hu memimpin Sekolah Tionghoa-Arab di Wuzhong pada tahun 1938.[21]

Ketika Jepang menyerbu Tiongkok pada tahun 1937 selama Perang Tiongkok-Jepang Kedua, Hu Songshan memerintahkan agar jemaah memberi hormat pada bendera Tiongkok seusai Salat Subuh. Ia mengarang sebuah doa dalam bahasa Arab dan Mandarin yang mengharapkan kekalahan Jepang dan kemenangan negaranya. Ayat-ayat Al-Qur'an digunakan untuk menyerukan jihad melawan Jepang.[22][23] Hu Songshan membantu menyebarkan propaganda anti-Jepang di kalangan Muslim selama perang.[24]

Para Imam seperti Hu Songshan memimpin gerakan Yihewani untuk mengajarkan nasionalisme Tiongkok dan menekankan pentingnya pendidikan dan kemerdekaan.[25]

Jenderal Muslim dari Kelompok Ma, Ma Fuxiang dan Ma Bufang menyatakan dukungannya pada Hu Songshan.[26]

Hu menambahkan sejumlah mata pelajaran seperti bahasa Mandarin dan mata pelajaran modern lainnya seperti sains, matematika, dan bahasa asing ke dalam kurikulum sekolahnya dan mulai menterjemahkan teks-teks Islam ke dalam bahasa Mandarin.[27] Hu juga menjalin hubungan dekat dengan Jenderal Muslim Kuomintang dan Gubernur Ningxia, Ma Hongkui, dan bekerja sama dengannya.[28] Semua Imam di Ningxia diwajibkan untuk mendakwahkan nasionalisme Tiongkok dalam ibadah di masjid selama perang melawan Jepang berkobar.[25][29] Hu aktif dalam mempromosikan kurikulum modern di sekolah-sekolah Tionghoa-Arab di Ningxia. Hu sering mengingatkan umat Muslim bahwa "Jika kita menolak membicarakan sains, kita tidak bisa membicarakan sandang, pangan, dan papan," setiap kali ada yang menentang reformasi pendidikan yang ia perkenalkan ke dalam kurikulum madrasah.

Hu juga mengutip sebuah Hadis (聖訓)[30] yang berbunyi "Cinta tanah air sebagian dari Iman" (Hanzi tradisional: 愛護祖國是屬於信仰的一部份; Hanzi sederhana: 爱护祖国是属于信仰的一部份; Pinyin: àihù zǔguó shì shǔyú xìnyǎng de yī bùfèn) (Arab: حب الوطن من الایمان ḥubb al-waṭan min al-imān).[31] Hu Songshan dengan keras mengkritik mereka yang tidak mencintai tanah airnya sendiri dan mereka yang mengajarkan pemikiran antinasionalis, dengan menyebut mereka sebagai Muslim palsu.

Doa kehancuran Jepang sunting

Hanzi Tradisional

祈禱詞的內容如下:真主啊!求您援助我們的政府,使我們的國家永存,使我們的抗戰勝利,消滅我們的敵人。求您保佑我們免遭敵人侵略和殘殺的暴行。求您差遣狂風,使他們的飛機墜落,軍艦葬身大海,士兵厭戰,使他們的經濟崩潰,求您降天災懲罰他們!真主啊!求您賞准我們的祈禱!就這樣吧!

Hanzi Sederhana

祈祷词的内容如下:真主啊!求您援助我们的政府,使我们的国家永存,使我们的抗战胜利,消灭我们的敌人。求您保佑我们免遭敌人侵略和残杀的暴行。求您差遣狂风,使他们的飞机坠落,军舰葬身大海,士兵厌战,使他们的经济崩溃,求您降天灾惩罚他们!真主啊!求您赏准我们的祈祷!就这样吧!

Alihaksara (Pinyin)

qídǎo cí de nèiróng rúxià : Zhēnzhǔ ā!qiú nín yuánzhù wǒmen de zhèngfǔ , shǐ wǒmen de guójiā yǒngcún,shǐ wǒmen de kàngzhàn shènglì,xiāomiè wǒmen de dírén。qiú nín bǎoyòu wǒmen miǎnzāo dírén qīnlüè hé cánshā de bàoxíng。qiú nín chāiqiǎn kuángfēng,shǐ tāmen de fēijī zhuìluò,jūnjiàn zàng shēn dàhǎi,shìbīng yàn zhàn,shǐ tāmen de jīngjì bēngkuì,qiú nín jiàng tiānzāi chéngfá tāmen!Zhēnzhǔ ā!qiú nín shǎng zhǔn wǒmen de qídǎo!Jiù zhèyàng ba!

Arab

بِسْمِ اللهِ الرّحْمنِ الرَّحيمِ اللّهُمَّ أَيِّدْ حُكومَتَنا وَأَيِّدْ دَوْلَتَنا وَامْطُر بِثرانا وَدَمِّرْ أَعْداءَنا وَأَعِذّنا مِنْ شَرِّ أَهْلِ الْيابان الْظالِمينَ ألَّذينَ طَغَوا في الْبِِلادِ وّقََتَلوا فينا الْعِبادَ وَأَرْسِلْ عَلَيْهِمْ عاصِفَةً تُسْقِطْ طَيّاراتهِِمْ في صَحاراهُمْ وَتَرَسِّبْ بارِجاتِهِمْ في بِحارِهِمْ وَبُعْثَرَتْ أجْنادُهُمْ وَحَرِّقْ أَمْوالَهُم وَأَنْزِلْ عَلَيْهِمْ جَزاءً يا إله الحقِّ آمين

[32][33][34][35]

Allāhumma ayyid ḥukūmatanā wa-ayyid dawlatanā wa-mṭur bi-tharānā wa-dammir aʻdāʼanā wa-aʻidhnā min sharri ahli al-Yābān al-ẓālimīna alladhīna ṭaghaw fī al-bilādi wa-qatalū fīnā al-ʻibāda wa-arsil ʻalayhim ʻāṣifatan tusqiṭ ṭayyārātihim fī ṣaḥārāhum wa-tarassib bārijātihim fī biḥārihim wa-buʻthirat ajnādahum wa-ḥarriq amwālahum wa-anzil ʻalayhim jazāʼan, yā Ilāha al-Ḥaqqi, āmīn.

Terjemahan

Ya Allah! Tolonglah pemerintah dan negara kami, kalahkan para penjajah dan hancurkan musuh-musuh kami. Lindungilah kami dari kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Jepang yang zalim. Mereka telah menduduki kota-kota dan membantai rakyat kami. Kirimkanlah badai kepada mereka, yang menghempaskan pesawat-pesawat mereka ke belantara dan menenggelamkan kapal-kapal mereka di lautan! Hancurkanlah tentara mereka dan runtuhkan ekonomi mereka! Balaslah tindakan mereka! Ya Allah Yang Maha Benar, perkenankanlah doa kami! Amin.

Referensi sunting

  1. ^ Manger, Leif O., ed. (1999). Muslim Diversity: Local Islam in Global Contexts. Studies in Asian Topics. 26 of NIAS studies in Asian topics: Nordisk Institut for Asienstudier (edisi ke-illustrated). Psychology Press. hlm. 149. ISBN 070071104X. ISSN 0142-6028. 
  2. ^ Gladney, Dru C. (1996). Muslim Chinese: Ethnic Nationalism in the People's Republic. Harvard East Asian Monographs. 149 of Harvard East Asian monographs (edisi ke-illustrated). Harvard Univ Asia Center. hlm. 459. ISBN 0674594975. ISSN 0073-0483. 
  3. ^ Joint Committee on Chinese Studies (U.S.) (1987). Papers from the Conference on Chinese Local Elites and Patterns of Dominance, Banff, August 20-24, 1987, Volume 3. Schwarz. hlm. 48. 
  4. ^ Lin, Chang-kuan (1991). Chinese Muslims of Yunnan, Southwest China, with special reference to their revolt 1855-1873, Volume 2. King's College, University of Aberdeen. hlm. 446. 
  5. ^ 海宝明 (2009-05-26). "著名经学家虎嵩山阿訇的爱国情". 中国民族报电子版 (第07版). hlm. 3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Juli 2014. 
  6. ^ 虎嵩山会晤白崇禧
  7. ^ Hershatter, Gail, ed. (1996). Remapping China: Fissures in Historical Terrain (edisi ke-illustrated). Stanford University Press. hlm. 107. ISBN 0804725098. 
  8. ^ Goossaert, Vincent; Palmer, David A. (2011). The Religious Question in Modern China. University of Chicago Press. hlm. 88. ISBN 978-0226304168. 
  9. ^ Goossaert, Vincent (2008). "8 Republican Church Engineering The National Religious Associations in 1912 China". Dalam Yang, Mayfair Mei-hui. Chinese Religiosities Afflictions of Modernity and State Formation (PDF). University of California Press. hlm. 222. ISBN 978-0-520-09864-0. 
  10. ^ Archives de sciences sociales des religions, Issues 113-116. Contributor Institut de sciences sociales des religions. Centre national de la recherche scientifique (France). 2001. hlm. 17. 
  11. ^ ALLÈS, ÉLISABETH; CHÉRIF-CHEBBI, LEÏLA; HALFON, CONSTANCE-HÉLÈNE (2003). Translated from the French by Anne Evans. "Chinese Islam: Unity and Fragmentation" (PDF). Archives de Sciences Sociales des Religions. Keston Institute. 31 (1): 8. doi:10.1080/0963749032000045837. ISSN 0963-7494. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal May 21, 2012.  Alt URL
  12. ^ Reiser, Esther (July 2, 2011). "Between Expectations and Ideals:Hui Women Finding a Place in the Public Sphere through Islamic Education". The Islam in China Project: A project on Sino-Islamic Art, History, Culture. Past & Present. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-16. 
  13. ^ "著名经学家虎嵩山阿訇的爱国情". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-15. 
  14. ^ Dudoignon, Stephane A.; Hisao, Komatsu; Yasushi, Kosugi, ed. (2006). Intellectuals in the Modern Islamic World: Transmission, Transformation and Communication. 3 of New Horizons in Islamic Studies. Routledge. hlm. 261. ISBN 1134205988. 
  15. ^ Dudoignon, Stephane A.; Hisao, Komatsu; Yasushi, Kosugi, ed. (2006). Intellectuals in the Modern Islamic World: Transmission, Transformation and Communication. 3 of New Horizons in Islamic Studies. Routledge. hlm. 342. ISBN 1134205988. 
  16. ^ Dudoignon, Stéphane A., ed. (2004). Devout societies vs. impious states?: transmitting Islamic learning in Russia, Central Asia and China, through the twentieth century : proceedings of an international colloquium held in the Carré des Sciences, French Ministry of Research, Paris, November 12-13, 2001. 258 of Islamkundliche Untersuchungen. Schwarz. hlm. 281. ISBN 3879973148. 
  17. ^ "Riwayat Ulama Wahabi Nasionalis di Cina". Historia. 13 April 2018. Diakses tanggal 30 April 2022. 
  18. ^ Lipman, Jonathan Neaman (1998). Familiar strangers: a history of Muslims in Northwest China. University of Washington Press. hlm. 211. ISBN 0295800550. 
  19. ^ LI, Xing-hua (March 2008). "Research on Islam of Yinchuan City". Journal of Hui Muslim Minority Studies. Institute of World Religions of China Social Science Academy, Beijing 100732. 
  20. ^ HU, Xi-bo (Februari 2002). "Hu Songshan's Three Times Cooperation with Ma Hongkui in Running Schools". Researches on the Hui. The Chemical Plant in Ningxia,Ningxia Yinchuan 750026. 
  21. ^ Dudoignon, Stéphane A., ed. (2004). Devout societies vs. impious states?: transmitting Islamic learning in Russia, Central Asia and China, through the twentieth century : proceedings of an international colloquium held in the Carré des Sciences, French Ministry of Research, Paris, November 12-13, 2001. 258 of Islamkundliche Untersuchungen. Schwarz. hlm. 67. ISBN 3879973148. 
  22. ^ Jonathan Neaman Lipman (2004). Familiar strangers: a history of Muslims in Northwest China. Seattle: University of Washington Press. hlm. 210. ISBN 0-295-97644-6. 
  23. ^ Zhufeng Luo (1991). Religion under socialism in China. 80 Business Park Drive, Armonk New York 10504: M.E. Sharpe. hlm. 50. ISBN 0-87332-609-1. 
  24. ^ Luo, Zhufeng, ed. (1991). Religion Under Socialism in China (edisi ke-illustrated). M.E. Sharpe. hlm. 50. ISBN 0873326091. 
  25. ^ a b Papers from the Conference on Chinese Local Elites and Patterns of Dominance, Banff, August 20–24, 1987, Volume 3. 1987. hlm. 30. 
  26. ^ Stéphane A. Dudoignon; Hisao Komatsu; Yasushi Kosugi (2006). Intellectuals in the modern Islamic world: transmission, transformation, communication. Taylor & Francis. hlm. 261. ISBN 978-0-415-36835-3. 
  27. ^ Gail Hershatter (1996). Remapping China: fissures in historical terrain. Stanford California: Stanford University Press. hlm. 107. ISBN 0-8047-2509-8. 
  28. ^ Stéphane A. Dudoignon (2004). Devout societies vs. impious states?: transmitting Islamic learning in Russia, Central Asia and China, through the twentieth century: proceedings of an international colloquium held in the Carré des Sciences, French Ministry of Research, Paris, November 12–13, 2001. Schwarz. hlm. 74. ISBN 3-87997-314-8. 
  29. ^ Leif O. Manger (1999). Muslim diversity: local Islam in global contexts. Routledge. hlm. 149. ISBN 0-7007-1104-X. 
  30. ^ Sebenarnya, ini bukanlah hadis, tetapi merupakan slogan yang populer di antara penutur bahasa Arab di Timur Tengah pada abad ke-19 dan 20. Slogan ini dibawa ke Tiongkok oleh para pelajar Muslim Hui seperti Muhammad Ma Jian yang belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir.
  31. ^ Stéphane A. Dudoignon; Hisao Komatsu; Yasushi Kosugi (2006). Intellectuals in the modern Islamic world: transmission, transformation, communication. Taylor & Francis. hlm. 279. ISBN 978-0-415-36835-3. 
  32. ^ http://mmbiz.qpic.cn/mmbiz/vr8oVEryVHhDEaqXshbsofbbJmQavDzxbGq2rgNN4sn63MN5PxcWHHvDPrDZCp8KibNATnDeEeSK0j3S0Vm3RvA/640?tp=webp Templat:Bare URL image
  33. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. 
  34. ^ "Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. 
  35. ^ "虎嵩山阿訇的《抗战祈祷词》". 

Pranala luar sunting