Islam di Maladewa

artikel daftar Wikimedia

Islam merupakan agama resmi negara Maladewa yang dinyatakan secara tegas dalam Konstitusi Maladewa. Negara Maladewa menerapkan hukum Islam sebagai salah satu penentu status kewarganegaraan. Tiap warga negara diwajibkan memiliki ketaatan pada agama resmi.

Sejarah sunting

 
Sebuah plakat di Masjid Hukuru, Malé, Maladewa. Plakat ini diletakkan oleh Sultan Ibrahim Iskandhar. Dalam plakat ini tercantum nama Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari. Ia merupakan ulama yang berasal dari Somalia. Menurut cerita rakyat Maladewa, Yusuf al-Barbari merupakan orang yang mengubah Maladewa menjadi negara Islam pada abad ke-12 Masehi.
 
Menara Masjid Jumat Malé pada tahun 1981 M.
  • Keberadaan pedagang Arab di Samudra Hindia pada abad ke-12 sangat penting. Pada tahun 1153 M, Dhovemi menjadi raja Kerajaan Maladewa terakhir yang beragama Buddha sekaligus raja pertama yang beragama Islam.[1] (Plat tembaga tertentu memberikan tahun 1193).[butuh rujukan] Setelahnya raja mengubah gelarnya menjadi Sultan bersama dengan gelar kerajaan Maha Radun, Ras Kilege atau Rasgefānu.[butuh rujukan] Selanjutnya, Muhammad al-Adil menjadi pendiri dari enam dinasti Islam di Maladewa. Dinasiti ini menghasilkan delapan puluh empat sultan dan sultana. Dinasti ini bertahan hingga tahun 1932 ketika kesultanan menjadi elektif.[1] Sultan Maladewa memperoleh beberapa gelar resmi hingga tahun 1965. Beberapa di antaranta iakah Sultan Darat dan Laut, Penguasa dua belas ribu pulau dan Sultan Maladewa dengan panggilan Yang Mulia .[butuh rujukan]
  • Seorang pengunjung Muslim Sunni bernama Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari dianggap sebagai orang yang secara tradisional mengubah kerajaan Maladewa menjadi kesultanan.[1] Ia dimakamkan di Medhu Ziyaaraiy.[butuh rujukan]. Makamnya berdampingan dengan Masjid Hukuru Malé di Malé.[1] Masjid ini merupakan masjid tertua di Maladewa yang dibangun pada tahun 1656.[1] Sejarah Islam di Maladewa mengikuti konsep Islam bahwa masa sebelum kedatangan Islam disebut sebagai masa Jahiliah (kebodohan). Pengenalan Islam pada akhir aba[ penelitian asli?d ke-12 Masehi dianggap sebagai landasan awal pembentukan negara Maladewa saat ini.[riset asli?] ]

Perkembangan Islam di Maladewa pada abad ke-7 Masehi tidak berlangsung dengan pesat bila dibandingkan dengan wilayah lainnya di Asia Selatan. Pedagang Arab telah mengubah populasi di Pantai Malabar menjadi muslim sejak abad ke-7. Sementara itu, pada waktu yang bersamaan Muhammad Bin Qāsim telah mengubah penduduk Sindh dan Punjab Selatan menjadi muslim. Kerajaan Maladewa tetap menjadi kerajaan beragama Buddha selama lima abad sebelum mengubahnya menjadi kesultanan. [butuh rujukan]

Pengenalan islam sunting

Teori Maghribi/Berber

Pengenalan Islam di Maladewa dapat ditandai dengan adanya kediaman Ibnu Batutah yang singgah di Maladewa pada tahun 1340-an.[1] Ibnu Batutah berasal dari Maroko. Da[ penelitian asli?lam tulisannya, ia menulis kisah seorang Berber dari Maroko Utara bernama Abu Barakat Yusuf. Dalam catatannya, Abu Bakarat Yusuf merupakan orang yang menyebarkan Islam di pulau-pulau yang ada di wilayah Maladewa. Ia mampu meyakinkan raja untuk berpindah agama setelah menaklukkan iblis yang datang dari laut bernama Marlamman.[2] Laporan ini berbeda dengan beberapa sumber sejarah lainnya. Laporan ini hanya dapat dikaitkan dengan budaya Maladewa. Keberadaan Islam di Maladewa ditandai dengan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa utama administrasi di Maladewa. Bahasa Persia dan bahasa Urdu hanya digunakan oleh negara-negara Muslim di sekitar Maladewa. Selain itu, pengaruh Islam juga ditandai dengan penerapan mazhab Maliki hingga abad ke-17 Masehi di Maladewa sebagai mazhab resmi. Ini menandakan bahwa agama Islam di Maladewa dibawa langsung dari Afrika Utara yang mayoritas bermazhab Maliki.[3]

Teori Somalia sunting

Beberapa sarjana mengemukakan bahwa Ibnu Batutah mempunyai kemungkinan mengalami kesalahan dalam membaca naskah sejarah Maladewa mengenai Islam. Sementara, sarjana lainnya menganggap bahwa narasi Ibnu Batutah kurang mendukung teori Maghribi atau teori Berber. Para sarjana ini kemudian mengajukan teori bahwa Islam di Maladewa berasal dari Afrika Timur.[4] Landasannya adalah kondisi pemerintahan di Maladewa. Pada saat Ibnu Batutah mengunjungi pulau-pulau di Maladewa, gubernurnya adalah seorang Somalia bernama Abd Aziz Al Mogadishawi.[5]

Selain Ibnu Batutah, juga terdapat ulama lainnya yaitu Syekh Najib al Habashi Al Salih. orang terpelajar lainnya dari Tanduk Afrika. Ini menjadi alasan yang kuat untuk menandai kehadiran Islam di Maladewa berasal dari Afrika Timur.[6]

Para ahli juga memberikan kemungiknan bahwa Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari adalah penduduk Berbera. Lokasinya di sebuah pelabuhan perdagangan yang dekat dengan pantai barat laut Somaliland.[7] Berber menurut para ahli merupakan leluhur dari suku Somali. Suku ini merupakan ahli geografi di dunia Arab abad pertengahan dan mengetahui tentang bangsa Yunani.[8][9][10] Catatan Ibnu Batutah juga menunjukkan bahwa sultan Maladewa saat ia berkunjung ke Mogadishu bernama Abu Bakar bin Syaikh Omar'. Ia diketahui merupakan seorang Berber (Somali).

Para ulama mengenali Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari sebagaiYusuf bin Ahmad al-Kawneyn. Ia adalah seorang ulama Somalia.[11] Abu Barakat dalam bahasa Arab merupakan terjemahan langsung dari bahasa Somalia Aw Barkhadle. Keduanya berarti "Bapak yang terberkati" yang merupakan nama panggilan bagi syekh yang dihormati. Yusuf bin Ahmad al-Kawneyn merupakan pendiri dinasti Walashma di Tanduk Afrika.[12] Ia lahir di Somalia tepatnya di kota Zeila. Ia mengadakan penyebaran Islam di Afrika dan Asia. Ia menjadi penjaga masjid tertua di Afrika yang dibangun pada masa Nabi Muhammad, Masjid al-Qiblatayn (Somalia). Setelah konversi Syekh dari populasi Dogor (sekarang dikenal sebagai Aw Barkhadle, dinamai menurut namanya ), sebuah kota di Somalia. Dia juga dianggap bertanggung jawab menyebarkan Islam di pulau-pulau Maladewa, mendirikan Hukuru Miskiy, dan mengubah penduduk Maladewa menjadi Islam.[13][14] Ibnu Batutah menyatakan raja Maladewa itu ditobatkan oleh Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari (Bapak Terberkati Somalia) .[15]

Referensi sunting

  1. ^ a b c d e f Ryavec. (edisi ke-3rd). Federal Research Division, Library of Congress. ISBN 0-8444-0857-3. OCLC 32508646.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan) Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama ":0" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ Ibn Battuta, Travels in Asia and Africa 1325-1354, tr. and ed. H. A. R. Gibb (London: Broadway House, 1929)
  3. ^ The Adventures of Ibn Battuta: A Muslim Traveller of the Fourteenth Century
  4. ^ Honchell, Stephanie (2018), Sufis, Sea Monsters, and Miraculous Circumcisions: Comparative Conversion Narratives and Popular Memories of Islamization, Fairleigh Dickinson University and the University of Cape Town, hlm. 5, In reference to Ibn Battuta's Moroccan theory of this figure, citation 8 of this text mentions, that other accounts identify Abu al-Barakat Yusuf al-Barbari as East African or Persian. But as fellow Maghribi, Ibn Battuta likely felt partial to the Moroccan version. 
  5. ^ Defremery, C. (December 1999). Ibn Battuta in the Maldives and Ceylon. Asian Educational Services. ISBN 9788120612198. 
  6. ^ Takahito, Mikasa no Miya (1988). Cultural and Economic Relations Between East and West: Sea Routes (dalam bahasa Inggris). Otto Harrassowitz Verlag. ISBN 9783447026987. 
  7. ^ "Richard Bulliet – History of the World to 1500 CE (Session 22) – Tropical Africa and Asia". Youtube.com. 23 November 2010. Diakses tanggal 23 September 2013. 
  8. ^ F. R. C. Bagley et al., The Last Great Muslim Empires (Brill: 1997), p. 174.
  9. ^ Mohamed Diriye Abdullahi, Culture and Customs of Somalia, (Greenwood Press: 2001), p. 13.
  10. ^ James Hastings, Encyclopedia of Religion and Ethics Part 12: V. 12 (Kessinger Publishing, LLC: 2003), p. 490.
  11. ^ Somalia; Wasaaradda Warfaafinta iyo Hanuuninta Dadweynaha (1972). The Writing of the Somali Language: A Great Landmark in Our Revolutionary History (dalam bahasa Inggris). Ministry of Information and National Guidance. hlm. 10. Aw Barkhadle, he was a native, who lived in about 1,000 years ago and is buried now in a ruined town named after him, Aw Barkhadle, which is a few miles away from Hargeisa. 
  12. ^ Nehemia Levtzion; Randall Pouwels (Mar 31, 2000). The History of Islam in Africa (dalam bahasa Inggris). Ohio University Press. hlm. 242. Aw Barkhadle, is the founder and ancestor of the Walashma dynasty 
  13. ^ Mackintosh-Smith, Tim (2010). Landfalls: On the Edge of Islam from Zanzibar to the Alhambra (dalam bahasa Inggris). Hodder & Stoughton. hlm. 384. 
  14. ^ Galaal, Musa (1980). "Les liens historiques entre la corne de l'Afrique et les îles du golfe Persique et de l'océan Indien par les voies de l'Islam". Relations historiques à travers l'océan Indien. Belgique: l'Organisation des Nations Unies pour l'éducation, la science et la culture. hlm. 28. ISBN 92-3-201740-7. Translated from French to English: Now this holy man - this is the new point (Al Kownayn) - seems to be the same as that which the people of the Maldive Islands, near India, called Barakath Al-Barbari who spread Islam in this region as he did in the Horn of Africa. We only know in which of these two regions he lived first and this prompted him to change sectors of business. The tomb of Sheik Barkhadle (Yusuf Al Kownayn) is in a ruined city called Dhogor, near Hargeisa, in the north of the Democratic Republic of Somalia. 
  15. ^ Ibn Battuta (1968). Monteil, Vincent, ed. Voyages d'Ibn Battuta:Textes et documents retrouves (dalam bahasa Arab). Anthropos. hlm. 127.