Jalur kereta api Purwosari–Wonogiri–Baturetno

jalur kereta api di Indonesia

Jalur kereta api Purwosari—Wonogiri–Baturetno merupakan salah satu jalur cabang di Pulau Jawa yang masih aktif beroperasi meskipun secara ekonomis dianggap tidak menguntungkan. Jalur ini termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta, menghubungkan Stasiun Purwosari di bagian barat Kota Surakarta dan Stasiun Wonogiri. Persaingan dengan angkutan jalan raya dan kualitas rel yang ada membuat jalur ini tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Jalur kereta api Purwosari–Wonogiri–Baturetno
Konvoi militer di jalur kereta api Purwosari-Wonogiri–Baturetno
Ikhtisar
JenisJalur lintas cabang
SistemJalur kereta api rel ringan
StatusBeroperasi (segmen Purwosari–Wonogiri) Tidak Beroperasi (segmen Wonogiri - Baturetno)
LokasiKota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
TerminusPurwosari
Wonogiri
Stasiun26
Operasi
Dibangun olehSolosche Tramweg Maatschappij
Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij
Dibuka1892-1922
PemilikDirektorat Jenderal Perkeretaapian
PT Kereta Api Indonesia (Persero) (pemilik aset tanah dan bangunan)
OperatorKereta Api Indonesia Daerah Operasi VI Yogyakarta
Data teknis
Panjang rel32 km (segmen Purwosari–Wonogiri)
52 km (segmen Purwosari–Baturetno)
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasi20 s.d. 60 km/jam
Peta rute
Baturetno
Gamping
Nguntoronadi
Waduk Gajah Mungkur
Gudangdongdong
Somoluhun
Wonogiri BK
Tekaran
Kalikatir
Pasarnguter
Nguter
Songgorunggi
Kepuh
Gayam (Sukoharjo)
Sukoharjo
Kalisamin
Kronelan
Solo Kota
Lojiwetan
Kauman
Coyudan
Pasarpon
Jl. Slamet Riyadi
Ngapenan
Bendo
Ngadisurian
Pesanggrahan
DAOP VI YK
KAI Commuter
ke Solo Balapan, Gundih, Surabaya Kota
Purwosari BK Y AS Kereta Api Indonesia
ke Kartasura, Boyolali
ke Yogyakarta, Bandung, Jakarta Kota

Sejarah

sunting

Segmen pertama dari jalur ini, yaitu jalur yang berada di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, merupakan bekas jalur Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM), perusahaan trem kuda swasta yang mengoperasikan jalur dari Purwosari menuju Solo Jebres melalui Benteng Vesterburg, serta Solo Jebres–Purwosari menuju Boyolali. Asal muasal perusahaan ini sangat tidak jelas, tetapi tercatat mendapat izin pada tahun 1890 dan mulai mengoperasikan jalur pertamanya pada tahun 1892.[1][2][3]

Fakta menarik dari SoTM adalah, perusahaan ini sudah berkeinginan untuk memiliki sebuah lokomotif uap sejak tiga tahun jalur beroperasi, yaitu tahun 1895. Hal ini diperparah dengan banyaknya unit kuda SoTM yang terjangkit penyakit pada tahun 1899. Akhirnya, pada tahun 1906, SoTM resmi menandatangani kontrak kerja sama operasional dengan Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS),[2] hingga pada 1 Mei 1908 SoTM mengumumkan telah selesai melakukan pergantian dari kuda menjadi lokomotif uap. Akibat dari pergantian mesin ini, SoTM melakukan pembangunan jalur KA yang pada mulanya dari Halte Benteng Vesterburg menuju Stasiun Jebres dengan melewati Pasar Gede dan menyebrangi Sungai Pepe.[4]

Segmen lanjutan dari Wonogiri menuju Baturetno

sunting

Konsesi baru akhirnya diterbitkan untuk perpanjangan jalur Solo–Wonogiri–Kakap, pada tanggal 9 Agustus 1920. Perpanjangannya diresmikan sejak tanggal 1 April 1922 ini semula tidak hanya menghubungkan Wonogiri dengan kota Solo namun juga mencapai Baturetno sejak 1 Oktober 1923.[5]

Berdasarkan surat SS No. 3639 tertanggal 8 Maret 1902, diwacanakan akan dibangun jalur kereta dari Stasiun Jetis menuju Stasiun Tugu (Trenggalek) menghubungkan jalur kereta api Ponorogo–Slahung dengan jalur kereta api Tulungagung–Tugu, serta dari Stasiun Badegan menuju Stasiun Baturetno menghubungkan jalur kereta api Ponorogo–Badegan dengan jalur kereta api Purwosari–Baturetno yang ditujukan untuk mendukung jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa dengan rute Yogyakarta–Wonogiri–Ponorogo–Trenggalek–Tulungagung.[6] Jalur yang terwujud hanyalah Tulungagung–Tugu dan Ponorogo–Badegan, namun pada akhirnya rencana itu berhenti total karena Depresi Besar. Kedua jalur ini berakhir riwayatnya karena dibongkar romusa Jepang, dan jalur yang aktif hanyalah Purwosari–Baturetno.

Tetapi, sejak 1 Mei 1978 lintas Wonogiri–Baturetno ditutup. Soekirlan, Kepala Humas PJKA Eksploitasi Tengah menyatakan bahwasanya jalur kereta api dari Wonogiri menuju Baturetno telah dinonaktifkan sehubungan dengan dimulainya pembangunan Bendung Gajah Mungkur di Wonogiri.[7]

Semasa aktifnya, selain mengangkut penumpang juga mengangkut batu gamping untuk memenuhi kebutuhan beberapa pabrik gula seperti Pabrik Gula Tasikmadu, Gondang Baru, Colomadu dan Mojo. Pada tahun 1975, jalur ini telah berhasil memenuhi kebutuhan pabrik gula dengan mengangkut gamping sebanyak 22.539 ton dengan pendapatan sebesar Rp23.374.380,00. Lalu pada tahun 1976 sebanyak 21.470 ton gamping dengan pendapatan sebesar Rp22.265.280,00, kemudian pada tahun 1977 tercatat mengangkut 9.310 ton dengan pendapatan Rp9.655.110,00. Terakhir pada tahun 1978 (satu kuartal/tiga bulan pertama) mengangkut batu gamping sebanyak 5.717 ton dengan pendapatan Rp4.888.470,00.[7]

Perjalanan kereta api terakhirnya sendiri berangkat dari Stasiun Baturetno pada 30 April 1978 pukul 12.20 WIB dan tiba di Stasiun Wonogiri pada pukul 13.22 WIB.[7]

Jalur terhubung

sunting

Lintas aktif

sunting

Lintas nonaktif

sunting

Layanan kereta api

sunting

Penumpang

sunting

Daftar stasiun

sunting
Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 16 PurwosariWonogiri
Segmen Purwosari–Solo Kota
Diresmikan pada tanggal 1892
oleh Solosche Tramweg Maatschappij
Termasuk dalam Daerah Operasi VI Yogyakarta
3120 Purwosari PWS Jalan Slamet Riyadi 502, Purwosari, Laweyan, Surakarta km 110+750 lintas Semarang Tawang-Brumbung-Gundih-Solo Balapan-Yogyakarta
km 5+840 lintas Solo Kota-Purwosari-Boyolali
+98 m Beroperasi  
3528 Pasanggrahan PGH km 5+107 Tidak beroperasi
3527 Ngadisurian NDS km 4+312 Tidak beroperasi
3526 Bendo (Surakarta) BED km 3+658 Tidak beroperasi
3525 Ngapeman NGP km 3+245 Tidak beroperasi
3524 Pasar Pon PSP km 2+871 Tidak beroperasi
3523 Coyudan COU km 2+515 Tidak beroperasi
3522 Kauman KAU km 1+877 Tidak beroperasi
3521 Lojiwetan LWT km 1+555 Tidak beroperasi
Segmen Solo Kota–Wonogiri
Diresmikan pada tanggal 1 April 1922
oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij
3520 Solo Kota STA Jalan Sungai Sambas, Sangkrah, Pasar Kliwon, Surakarta km 0+000 (lintas Solo Kota–Wonogiri dan Solo Kota–Purwosari) +98 m Beroperasi  
3517 Kronelan KNL Plumbon, Mojolaban, Sukoharjo km 3+400 Tidak beroperasi  
3516 Kalisamin KIM Bugel, Polokarto, Sukoharjo km 7+027 Tidak beroperasi  
3515 Sukoharjo SKH Gayam, Sukoharjo, Sukoharjo km 13+246 +98 m Beroperasi  
3514 Gayam (Sukoharjo) GAM km 14+253 Tidak beroperasi
3513 Kepuh KEH Kepuh, Nguter, Sukoharjo km 16+792 Tidak beroperasi  
3512 Songgorunggi SGR km 18+764 Tidak beroperasi
3511 Nguter NGT km 20+433 Tidak beroperasi
3509 Pasarnguter PNT Jalan Raya Nguter, Nguter, Nguter, Sukoharjo km 21+278 +105 m Beroperasi  
3508 Kalikatir KLK km 24+207 Tidak beroperasi
3507 Tekaran TER Gemantar, Selogiri, Wonogiri km 25+736 Tidak beroperasi  
3506 Wonogiri WNG Jalan Manyar II, Giripurwo, Wonogiri, Wonogiri km 31+859 +144 m Beroperasi  
Segmen Wonogiri–Baturetno
Diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1923
oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij
Ditutup pada 1 Mei 1978
3505 Somohulun SHL km 35+200 Tidak beroperasi
3504 Gudangdongdong GDO km 38+578 Tidak beroperasi
3503 Nguntoronadi NTN km 43+059 Tidak beroperasi
3502 Gamping GPG km 47+274 Tidak beroperasi
3501 Baturetno BRO Baturetno, Baturetno, Wonogiri km 51+590 +149 m Tidak beroperasi  

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [8]
  • Stasiun nonaktif: [9][10]
  • Pengidentifikasi stasiun: [11]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [12]:106-124


Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Nusantara., Tim Telaga Bakti; Indonesia., Asosiasi Perkeretaapian (1997). Sejarah perkeretaapian Indonesia (edisi ke-Cet. 1). Bandung: Angkasa. ISBN 9796651688. OCLC 38139980. 
  2. ^ a b X., Nadar, F.; Rochani., Adi, Ida; Dwi., Hardjanto, Tofan; Budaya., Universitas Gadjah Mada. Fakultas Ilmu (2009). Lenses : thoughts on culture, literature and linguistics (edisi ke-Ed. 1., cet. 2). Bulaksumur, Yogyakarta: Faculty of Cultural Sciences, University Gadjah Mada Yogyakarta. ISBN 9789799821850. OCLC 593669122. 
  3. ^ Widi Wardoyo, Waskito (2018). Sejarah Kereta Api Kota Solo 1864 - 1930. Temanggung: Kendi. hlm. 71. ISBN 978-602-25130-4-9. 
  4. ^ Widi Wardoyo, Waskito (2018). Sejarah Kereta Api Kota Solo 1864 - 1930. Temanggung: Kendi. hlm. 74. ISBN 978-602-25130-4-9. 
  5. ^ Reitsma, S.A. (1916). Indische Spoorweg-Politiek. Landsdrukkerij. 
  6. ^ Reitsma, S. A. (1920). Indische spoorweg-politiek. Landsdrukkerij. hlm. 286–289. 
  7. ^ a b c "Setelah dipakai 54 tahun: Lintas KA Baturetno–Wonogiri ditutup". Semarang: Pelita. 
  8. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  9. ^ Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  10. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  11. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  12. ^ Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co. 

Pranala luar

sunting

Peta rute:

KML is not from Wikidata