Jalur trem uap Pasuruan–Warungdowo–Winongan

jalur kereta api di Indonesia

Jalur trem uap Pasuruan–Warungdowo–Winongan merupakan salah satu jalur kereta api nonaktif di Jawa Timur. Jalur ini merupakan segmen pertama Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (PsSM) sepanjang kurang-lebih 17 km; termasuk dalam Wilayah Aset IX Jember dan jalurnya dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.

Jalur trem uap Pasuruan–Warungdowo–Winongan
Perlintasan sebidang jalur trem PsSM di Hoofdstraat (Jalan Soekarno-Hatta).
Ikhtisar
JenisJalur trem lintas cabang
SistemJalur trem uap
StatusTidak beroperasi
LokasiKota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan
TerminusPasuruan
Warungdowo
Winongan
Stasiun18
Operasi
Dibangun olehPasoeroean Stoomtram Maatschappij
Legalitas pembangunanGouvernements besluit 18 Maret 1893 No. 2
Dibuka1896–1898
Ditutup1 Februari 1988
PemilikDirektorat Jenderal Perkeretaapian (pemilik aset jalur dan stasiun sesuai UU No. 23 Tahun 2007)
OperatorWilayah Aset IX Jember
Karakteristik lintasLintas datar
DepoPasuruan
Data teknis
Panjang rel17 km
Lebar sepur1.067 mm
Kecepatan operasi30 s.d. 40 km/jam

Dalam sejarahnya, PsSM mengajukan konsesi kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk membangun jaringan rel ke pedalaman Pasuruan. Pembangunan jalur ini untuk melayani angkutan baik itu penumpang, hasil bumi perkebunan dan mobilisasi angkutan gula untuk didistribusikan ke daerah lain maupun dikirim ke pelabuhan. Pabrik-pabrik gula (suikerfabrieken) yang dilayani pada jalur ini antara lain, Sf. Pleret (sekarang bekas pabrik benang Nebritex/Inbritex Pleret), Sf. de Goede Hoop (Pengkol), Sf. Gajam (Gayam) dan Sf. Bekassie-Oost (Winongan).[1][2][3]

Segmen Pertama

sunting

Pengelola memperoleh konsesi awal untuk pembangunan jalur Pasuruan-Warungdowo sepanjang 6 km, seperti yang tertuang pada Gouverneur Besluit no.1 pada 26 Maret 1891. Maka dimulai pada 12 Mei 1893, PsSM mulai membangun jaringan rel di seputar Pasuruan berbasis trem untuk jalur segmen Pasuruan–Warungdowo, dan dibuka pada tanggal 21 Mei 1896.[4][5]

Segmen Kedua

sunting

Pengelola mendapatkan lagi izin konsesi untuk perpanjangan, yaitu jalur percabangan dari Waroengdowo ke arah timur, yaitu ke Suikerfabriek atau Pabrik Gula Bekasi-Oost (Winongan) sepanjang 10 km berdasarkan Gouverneur Besluit no.37 pada 29 Agustus 1895, dibuka untuk umum pada tanggal 26 Maret 1897.[6][7]

Penutupan

sunting

Jalur ini ditutup pada tahun 1 Februari 1988. Sebagian besar segmen Warungdowo–Winongan kemudian diubah menjadi jalur decauville (lori) 700 mm dan masih aktif dipakai untuk jalur lori tebu Pabrik Gula Kedawung.

Jalur terhubung

sunting

Lintas aktif

sunting

Lintas nonaktif

sunting

Daftar stasiun

sunting
Nomor Nama stasiun Singkatan Alamat Letak Ketinggian Status Foto
Lintas 26 Pasuruan
Segmen Pasuruan–Warungdowo
Diresmikan pada tanggal 21 Mei 1896
oleh Pasoeroean Stoomtram Maatschappij
Termasuk dalam Daerah Operasi IX Jember
5160 Pasuruan PS Jalan Stasiun Pasuruan, Trajeng, Panggungrejo, Pasuruan km 62+976 lintas Surabaya KotaProbolinggoKalisatPanarukan
km 0+000 lintas PasuruanWarungdowoWinongan
+3 m Beroperasi  
5193 Pasuruan Pecinan PSTR km 0+348 Tidak beroperasi
Pasuruan Alun-alun PSAL km 0+732 Tidak beroperasi
Pasuruan Bui PSBU km 1+435 Tidak beroperasi
Kebonagung (Pasuruan) KEB km 3+266 Tidak beroperasi
Rogoitan ROG km 4+212 Tidak beroperasi
Pohjentrek POJ km 4+866 Tidak beroperasi
Pleret PLT km 5+500 Tidak beroperasi
Warungdowo WDO Warung Dowo, Pohjentrek, Pasuruan km 6+205 Tidak beroperasi  
Segmen Warungdowo–Winongan
Diresmikan pada tanggal 26 Maret 1897
Pengkol PKL km 7+342 Tidak beroperasi
Pengkol Wesel PGW km - Tidak beroperasi
Ranggeh RGG km 9+367 Tidak beroperasi
Gayam (Pasuruan) GAY Gayam, Gondang Wetan, Pasuruan km 9+873 Tidak beroperasi
Wonosalam WSA km 11+203 Tidak beroperasi
Tenggilis TII km 13+043 Tidak beroperasi
Kletek KEK km 14+421 Tidak beroperasi
Penataan km 15+379 Tidak beroperasi
5178 Winongan WON Jalan Raya Winongan Lor, Winongan Lor, Winongan, Pasuruan km 16+957 Tidak beroperasi  

Keterangan:

  • Stasiun yang ditulis tebal merupakan stasiun kelas besar dan kelas I.
  • Stasiun yang ditulis biasa merupakan stasiun kelas II/menengah, III/kecil, dan halte.
  • Stasiun yang ditulis miring merupakan halte atau stasiun kecil yang nonaktif.

Referensi:

  • Stasiun aktif: [8]
  • Stasiun nonaktif: [9][10]
  • Pengidentifikasi stasiun: [11]
  • Penomoran lintas:
  • Tanggal pembukaan jalur: [12]:106-124


Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Subarkah, Iman (1992). Sekilas 125 Tahun Kereta Api Kita, 1867-1992. Perum Kereta Api. 
  2. ^ Santoso, Roesdi. Kereta Api dari Masa ke Masa. 
  3. ^ Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Kluwer Technische Boeken B.V. 
  4. ^ Reitsma, Steven Anne (1920). Indische spoorweg-politiek. Landsdrukkerij. 
  5. ^ Weijerman, A. W. E. (1904). Geschiedkundig overzicht van het ontstaan der spoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indië. Javasche Boekhandel & Drukkerij. 
  6. ^ Reitsma, Steven Anne (1920). Indische spoorweg-politiek. Landsdrukkerij. 
  7. ^ Weijerman, A. W. E. (1904). Geschiedkundig overzicht van het ontstaan der spoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indië. Javasche Boekhandel & Drukkerij. 
  8. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Sumatra Bagian Selatan Tahun 2023 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 14 April 2023. Diakses tanggal 12 Mei 2023. 
  9. ^ Subdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  10. ^ Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa. 
  11. ^ Arsip milik alm. Totok Purwo mengenai Nama, Kode, dan Singkatan Stasiun Kereta Api Indonesia
  12. ^ Reitsma, S.A. (1928). Korte Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. Kolff & Co.