Justin Sihombing

Ephorus Huria Kristen Batak Protestan ke-7

Pdt. Dr. (H.C.) Justin Sihombing Hutasoit (disingkat sebagai J. Sihombing) adalah seorang pendeta Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan kemudian Ephorus HKBP ke-7.[1] Ia merupakan pengarang utama Konfessi HKBP, yaitu pengakuan iman HKBP yang mengombinasikan pokok-pokok Konfesi Augsburg dengan warisan Reformed dari RMG. Berdasarkan konfesi ini, HKBP diterima sebagai anggota Lutheran World Federation (LWF) pada tahun 1952.[2]

Ompu i
Pdt. Dr. (H.C.)

Justin Sihombing
Ephorus HKBP
GerejaHuria Kristen Batak Protestan
Masa jabatan
1942—1962
PendahuluKasianus Sirait
PenerusTunggul Sumuntul Sihombing
Jabatan tandingan
Jaulung Wismar Saragih Sumbayak (sebagai Penjabat Ephorus HKBP Simalungun 1952—1960)
Informasi pribadi
Lahir1890 (1890)
Pangaribuan, Bataklanden, Keresidenan Tapanuli, Hindia Belanda
Wafat17 Juli 1979(1979-07-17) (umur 88–89)
Pematang Siantar, Sumatera Utara
Orang tua
  • Ompu Mallata Sihombing (ayah)
  • boru Pakpahan (ibu)
Pasangan hidup
  • Rena br. Gultom
    (1913—1957)
  • Lamian br. Saragih Sidauruk
    (1957—1979)
Anak10 orang
(7 orang dari boru Gultom; 3 orang dari boru Saragih Sidauruk)

Karier dan Pendidikan sunting

Pendidikan sunting

  • 1908-1912 : Sekolah Tinggi
  • 1923-1925 : Sekolah Pendeta lembaga zending Jerman.[3]

Karier sunting

  • 1907-1908 : guru bantu di Sekolah Dasar (Sikola Metmet) zending, di Sibingke, Pangaribuan
  • 1912-1923 : guru kepala Sekolah Dasar dan guru jemaat di Pakpahan, Pangaribuan
  • 1925-1928 : pendeta evangelis
  • 21 Oktober 1928-1935 : pendeta jemaat di Medan (F.H. Sianipar, 1978: 51-54).
  • Oktober 1935 : pendeta ressort di HKBP Resort Medan sekaligus pendeta Batak pertama bergelar pendeta ressort.[3][4]

Kehidupan sunting

Pada sinode Juli 1940 banyak pendeta yang menominasikan Justin Sihombing menjadi ephorus. Ia meraih suara terbanyak dalam pemungutan suara. Tetapi ia mengalah sebagai wujud rasa hormatnya kepada seniornya, Pdt. K. Sirait, dan demi keutuhan bersama.[5][6]

Pdt. Justin Sihombing merupakan pemrakarsa nama Nommensen untuk dijadikan sebagai nama Universitas milik HKBP saat ini, yang kemudian disetujui oleh Sinode Agung HKBP, walau pun pada awalnya banyak nama yang diusulkan.[1] Kiprah Justin Sihombing mendapat perhatian dari Fakultas Teologi Universitas Fredrich Wilhelm, Jerman. Ia dianggap dapat memimpin dengan ikhtiar menata dan merawat keutuhan gereja Batak. Ia juga berkomitmen mempertahankan eksistensi gereja agar tidak menjadi instrumen politik kekuasaan. Karenanya pada tahun 1951, Universitas Fredrich Wilhelm menganugerahkan gelar doktor honoris causa kepada Justin Sihombing.[3]

Pemerintah kabupaten Tapanuli Utara dan kota Pematangsiantar juga menunjukkan apresiasi. Nama Justin Sihombing ditetapkan sebagai nama ruas jalan di Tarutung dan Pematangsiantar. Namun di gereja Batak, pikiran dan gagasan Justin Sihombing nyaris terlupakan, kecuali sekadar dikenang pernah menjadi ephorus.[3]

Pandangan sunting

Pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, Justin Sihombing menjadi salah satu dari antara pimpinan HKBP yang menolak untuk melakukan seikerei. Ia menganggap bahwa ritual tersebut menyamakan Kaisar Jepang dengan Tuhan.[7]

Karya tulis sunting

Beberapa tulisan yang dikarang oleh Justin Sihombing, di antaranya adalah:

  • Barita ni Tuan Markus (1955)
  • Saratus Taon Huria Kristen Batak Protestan (1960)
  • Unang Hamu Dipaotooto (1977)
  • Banua Ginjang Do Sambulo Ni Tondinta

Referensi sunting

  1. ^ a b "Terbongkar, Ternyata Pdt. DR. Justin Sihombing, Pengusul Nama Universitas HKBP Nommensen, Ini Faktanya". Lintas Publik. 17 Juli 2020. Diakses tanggal 6 Agustus 2021. 
  2. ^ Lohrmann, Martin J. (12 Januari 2021). Stories from Global Lutheranism: A Historical Timeline (dalam bahasa Inggris). Fortress Press. hlm. 159. ISBN 978-1-5064-6458-9. 
  3. ^ a b c d Siburian, Sahat P. (14 Agustus 2015). "Nasionalisme dalam Jejak Justin Sihombing". Analisa Daily. Diakses tanggal 6 Agustus 2021. 
  4. ^ Sianipar, F. H. (1978*). Barita ni Ompu i, Dr. Justin Sihombing (dalam bahasa Batak Toba). 
  5. ^ Nyhus, Edward O. V. (1987). An Indonesian Church in the Midst of Social Change: The Batak Protestant Christian Church, 1942-1957 (dalam bahasa Inggris). University of Wisconsin--Madison. 
  6. ^ Hasselgren, Johan (2008). Batak Toba di Medan: perkembangan identitas etno-religius Batak Toba di Medan, 1912-1965. Bina Media Perintis. ISBN 978-979-751-272-9. 
  7. ^ Aritonang, Jan Sihar; Steenbrink, Karel Adriaan (2008). A History of Christianity in Indonesia (dalam bahasa Inggris). Brill. hlm. 552. ISBN 978-90-04-17026-1.