Kabupaten Wakatobi

kabupaten di Indonesia, di pulau Sulawesi


Kabupaten Wakatobi adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kecamatan Wangiwangi, dibentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2003, tanggal 18 Desember 2003. Luas wilayahnya adalah 473,62 km² dan pada tahun 2021 berpenduduk 111.402 jiwa.[1] Sementara pada pertengahan 2024, jumlah penduduk kabupaten ini sebanyak 118.434 jiwa.[2]

Kabupaten Wakatobi
Kampung Bajau
Pantai Wakatobi
Bawah laut Wakatobi
Lambang resmi Kabupaten Wakatobi
Julukan: 
Caribbean van Celebes
Peta
Peta
Kabupaten Wakatobi di Sulawesi
Kabupaten Wakatobi
Kabupaten Wakatobi
Peta
Kabupaten Wakatobi di Indonesia
Kabupaten Wakatobi
Kabupaten Wakatobi
Kabupaten Wakatobi (Indonesia)
Koordinat: 5°19′10″S 123°35′41″E / 5.31934°S 123.5948°E / -5.31934; 123.5948
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Tenggara
Tanggal berdiri18 Desember 2003
Dasar hukumUU RI No. 29/2003
Ibu kotaWangiwangi
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 8
  • Kelurahan: 25
  • Desa: 75
Pemerintahan
 • BupatiHaliana
 • Wakil BupatiIlmiati Daud
 • Sekretaris DaerahNadar
Luas
 • Total473,62 km2 (182,87 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[2]
 • Total118.434
 • Kepadatan250/km2 (650/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 99,95% Islam
 • BahasaIndonesia
Bahasa Tukang Besi
 • IPMKenaikan 72,03 (2024)
 sedang [3]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
7407 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon040x
Pelat kendaraanDT xxxx
Kode Kemendagri74.07 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 824.180.000.000,- (2024)[4]
PADRp 42.880.000.000,- (2024)[4]
DAURp 473.534.251.000,- (2024)[5]
DAKRp 197.264.258.000,- (2024)[6]
Situs webwww.wakatobikab.go.id

Taman Nasional Kepulauan Wakatobi di kabupaten ini merupakan nama kawasan taman nasional yang ditetapkan pada tahun 1996, dengan luas keseluruhan 1,39 juta hektare, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia.

Sejarah

sunting

Sebelum menjadi daerah otonom wilayah Kabupaten Wakatobi lebih dikenal sebagai Kepulauan Pande Besi. Penduduk Awal yg mendiami Kepulauan Wakatobi merupakan Keturunan Ras Melanesia.

Masa sebelum kemerdekaan

sunting

Pada masa sebelum kemerdekaan di Wakatobi telah berdiri Kerajaan-Kerajaan Tradisional atau Kerajaan Lokal. Kerajaan-Kerajaan Lokal di Wakatobi diperkirakan sdh ada sekitar tahun 1200 an dengan Bahasa Wakatobi sebagai bahasa penghubung antar pulau, Bahasa Wakatobi telah lama menjadi penghubung Komunikasi antar Wilayah di Wakatobi, Kerajaan-Kerajaan yg ada di Wakatobi, Kemudian bergabung menjadi bagian dari Kesultanan Buton yang pada saat itu merupakan Gabungan atau Persekutuan Kerajaan-Kerajaan Lokal yang ada di Pulau Muna, Pulau Buton dan Kepulauan Wakatobi. Pada Masa Pemerintahan Hindia-Belanda, Wakatobi menjadi Salah satu Onderafdeling pada Wilayah Afdeling Van Oost Celebes (Afdeling Sulawesi Timur). Afdeling Van Oost Celebes (Afdeling Sulawesi Timur) terdiri dari empat wilayah yaitu: 1.Onderafdeling Boeton (Buton), 2.Onderafdeling Moena (Muna), 3.Onderafdeling Laiwoei (Kendari), 4.Onderafdeling Toekang Besi Eiland (Wakatobi). Kemudian tahun 1924 Afdeling Van Oost Celebes (Afdeling Sulawesi Timur) diubah menjadi Afdeling Boeton en Laiwoei dimana Onderafdeling Toekang Besi Eilands (Wakatobi) di gabung dalam Onderafdeling Boeton (Buton)

Masa sesudah kemerdekaan

sunting

Setelah Indonesia Merdeka dan SulawesiTenggara berdiri sebagai satu provinsi, wilayah Wakatobi masih satu wilayah administrasi Kabupaten dengan Buton pemerintahan Kabupaten Buton.

Masa reformasi

sunting

Wakatobi kemudian menjadi salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara.[7] Perubahan status ini ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2003. Wakatobi resmi ditetapkan sebagai salah satu kabupaten pemekaran di Sulawesi Tenggara berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara. Saat pertama kali terbentuk Wakatobi hanya terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Wangi-wangi, Kecamatan Wangi Selatan, Kecamatan Kaledupa, Kecamatan Tomia dan Kecamatan Binongko.

Pada tahun 2005, melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 19 Tahun 2005 dibentuk Kecamatan Kaledupa Selatan dan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 20 Tahun 2005 dibentuk Kecamatan Tomia Timur. Pada tahun 2007, melalui Peraturan Daerah Kabupaten Wakatobi Nomor 41 Tahun 2007 dibentuk Kecamatan Togo Binongko sehingga jumlah kecamatan di Kabupaten Wakatobi menjadi 8 kecamatan yang terbagi menjadi 100 desa dan kelurahan (25 kelurahan dan 75 desa).

Pemerintahan di awal pembentukan

sunting

Pemerintahan Kabupaten Wakatobi sebagai daerah otonom secara resmi ditandai dengan pelantikan Syarifudin Safaa, SH, MM sebagai pejabat Bupati Wakatobi pada tanggal 19 Januari 2004 sampai dengan tanggal 19 Januari 2006. Kemudian dilanjutkan oleh H. LM. Mahufi Madra, SH, MH sebagai pejabat bupati selanjutnya sejak tanggal 19 Januari 2006 sampai dengan tanggal 28 Juni 2006.

Pemerintahan hasil pemilu kepala daerah

sunting

Berdasarkan hasil pemilihan kepala daerah secara langsung maka pada tanggal 28 Juni 2006 Bupati dan Wakil Bupati Wakatobi yang terpilih yaitu Ir. Hugua dan Ediarto Rusmin, BAE dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi, S.H., atas nama Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132.74-314 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan pengangkatan Bupati Wakatobi Ir. Hugua dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 132.74-315 tanggal 13 Juni 2006 tentang pengesahan pengangkatan Wakil Bupati Wakatobi Ediarto Rusmin, BAE untuk masa bakti 2006 - 2011 .

Saat ini kepemimpinan daerah di Kabupaten Wakatobi dijabat oleh pasangan bupati dan wakil bupati Ir. Hugua dan H. Arhawi, SE sejak dilantik oleh Gubernur Sulawesi Tenggara H. Nur Alam, SE pada tanggal 28 Juni 2011 atas nama Menteri Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Dalam Negeri Nomor: 132.74-403, tanggal 30 Mei 2011 tentang pengesahan pengangkatan Bupati Wakatobi Ir. Hugua dan Wakil Bupati Wakatobi H. Arhawi, S.E., untuk masa bakti 2011-2016.

Geografi

sunting

Batas Koordinat

sunting

Kabupaten Wakatobi berbentuk kepulauan dan terletak di tenggara Pulau Sulawesi. Secara astronomis, Kabupaten Wakatobi berada di selatan garis khatulistiwa, membujur dari 5,00º sampai 6,25º Lintang Selatan (sepanjang ± 160 km) dan melintang dari 123,34º sampai 124.64º Bujur Timur (sepanjang ± 120 km).

Batas wilayah

sunting

Adapun batas wilayah kabupaten Wakatobi ialah:[1]

Utara Laut Banda
Timur Laut Banda
Selatan Laut Flores
Barat Laut Flores, Kabupaten Buton

Kabupaten Wakatobi sama seperti daerah–daerah lain di Indonesia mengalami dua musim, yakni musim hujan dan musim kemarau. Wilayah daratan Kabupaten Wakatobi umumnya memiliki ketinggian di bawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa, sehingga daerah ini beriklim tropika.

Data iklim Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Indonesia
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30.8
(87.4)
30.6
(87.1)
31.1
(88)
31
(88)
30.9
(87.6)
30.4
(86.7)
29.9
(85.8)
30.2
(86.4)
31.6
(88.9)
32
(90)
31.9
(89.4)
31.3
(88.3)
30.98
(87.8)
Rata-rata harian °C (°F) 27
(81)
26.8
(80.2)
27.1
(80.8)
27.4
(81.3)
27.3
(81.1)
26.8
(80.2)
26.1
(79)
25.7
(78.3)
26.2
(79.2)
27.6
(81.7)
28.2
(82.8)
27.7
(81.9)
26.99
(80.62)
Rata-rata terendah °C (°F) 24
(75)
23.7
(74.7)
23.6
(74.5)
23.2
(73.8)
23.4
(74.1)
22.9
(73.2)
22.1
(71.8)
21.7
(71.1)
21.9
(71.4)
22.4
(72.3)
24.1
(75.4)
23.6
(74.5)
23.05
(73.48)
Presipitasi mm (inci) 256
(10.08)
242
(9.53)
229
(9.02)
234
(9.21)
208
(8.19)
200
(7.87)
90
(3.54)
43
(1.69)
42
(1.65)
69
(2.72)
136
(5.35)
236
(9.29)
1.985
(78,14)
Rata-rata hari hujan 13 12 12 12 11 9 7 4 4 6 10 14 114
% kelembapan 76 75 76 77 79 74 68 65 64 66 67 72 71.6
Rata-rata sinar matahari bulanan 207 218 237 190 187 261 294 302 306 303 273 226 3.004
Sumber #1: Climate-Data.org[8][9]
Sumber #2: BMKG[10]

Pemerintahan

sunting

Daftar Bupati

sunting
Nomor urut Bupati Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Periode Wakil Ref.
1   Hugua
(lahir 1961)
  Non Partai 28 Juni 2006 28 Juni 2011 5 tahun, 0 hari 1
(2005)
Ediarto Rusmin
28 Juni 2011 28 Juni 2016 5 tahun, 0 hari 2
(2010)
Arhawi
2 Arhawi
(lahir 1964)
  PAN 28 Juni 2016 28 Juni 2021 5 tahun, 0 hari 3
(2015)
Ilmiati Daud [11]
3 Haliana
(lahir 1973)
  PDI-P 28 Juni 2021 Petahana 3 tahun, 182 hari 4
(2020)
[12]


Dewan Perwakilan

sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Wakatobi sejak pembentukannya pada tahun 2003.[13][14]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2003–2004a 2004–2009b[15] 2009–2014[16] 2014–2019 2019–2024
PKB (baru) 1 1   0
Gerindra (baru) 1   1
PDI-P (baru) 2   5   8   5
Golkar (baru) 4 1   9
NasDem (baru) 0   3
Hanura (baru) 4   2
PAN (baru) 2   3   7   2
PBB (baru) 2 0   1
Demokrat (baru) 1   2   2   2
PPP (baru) 2 1   0
PNBK (baru) 2   3
Patriot (baru) 1
Merdeka (baru) 1
PBR (baru) 2
ABRI (baru)
Jumlah Anggota (baru) 40   20   25   25   25
Jumlah Partai (baru) 11 8   8
Keterangan:
aParlemen periode pertama dan masih bergabung dengan DPRD Kabupaten Buton (termasuk DPRD Kabupaten Bombana, DPRD Kabupaten Buton Utara, DPRD Kabupaten Buton Tengah, dan DPRD Kabupaten Buton Selatan).
bParlemen periode pertama dan telah terpisah dengan DPRD Kabupaten Buton.


Kecamatan

sunting
  1. Kecamatan Binongko
  2. Kecamatan Kaledupa
  3. Kecamatan Kaledupa Selatan
  4. Kecamatan Togo Binongko
  5. Kecamatan Tomia
  6. Kecamatan Tomia Timur
  7. Kecamatan Wangi-Wangi
  8. Kecamatan Wangi-Wangi Selatan

Desa/kelurahan

sunting

Seluruh kecamatan di Kabupaten Wakatobi dibagi lagi ke dalam 61 desa/kelurahan, tepatnya 45 desa dan 16 kelurahan. Dari 61 desa/kelurahan pada tahun 2003 tersebut, 10 desa telah mencapai desa swasembada (15,63%), 16 desa swakarya (25,00%), dan 38 desa swadaya (59,38%).

Demografi

sunting

Jumlah penduduk

sunting
 
Rumah warga Bajau.

Jumlah penduduk menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah 87.793 jiwa yang terdiri dari laki-laki 42.620 jiwa dan perempuan 45.173 jiwa. Tiga tahun kemudian, yaitu pada tahun 2003 diadakan pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan yang disingkat P4B secara sensus dengan hasil jumlah penduduk sebanyak 91.497 jiwa atau selama tiga tahun naik sejumlah 3.704 jiwa atau sekitar 1,41 persen per tahun. Sementara pada tahun 2021, jumlah penduduk Wakatobi sebanyak 111.402 jiwa.[1]

Sebaran penduduk

sunting

Jumlah penduduk berada di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, 23,37% berada di Kecamatan Wangi-Wangi, 19,05% berada di Kecamatan Kaledupa, 17,86% berada di Kecamatan Tomia dan 15,01% berada di Kecamatan Binongko.

Jumlah penduduk bila dibandingkan dengan luas wilayah, maka kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Kaledupa 166 jiwa/km², menyusul Kecamatan Tomia 141 jiwa/km², kemudian Kecamatan Wangi-Wangi Selatan 109 jiwa/km².

Mayoritas Penduduk Wakatobi Menganut Agama Islam. Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk yang manganut agama Islam sebanyak 99,86%. Dan sebagian kecil menganut agama Kristen yakni 0,05%, dan lainnya 0,09%.[17] Tempat ibadah menurut agama 2021, Masjid sebanyak 142 bangunan dan Mushollah 20 bangunan. Sementara Gereja, Pura dan Vihara tidak ada.[1]

Struktur umur, jenis kelamin dan suku

sunting
 
Penari Larinagi Wakatobi

Keadaan struktur penduduk pada tahun 2003, 34,55% atau 31.610 jiwa adalah tergolong usia muda yang berusia 15 tahun ke bawah. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Wakatobi pada tahun 2003 sebesar 96,12%. Terdapat 8 suku bangsa yang mendiami daerah Kabupaten Wakatobi dengan data tahun 2000 sebanyak 87.793, suku bangsa yang terbanyak adalah Suku Wakatobi 91,33%, Bajau 7,92%, dan suku lainnya yang berjumlah kurang dari 1%.[butuh rujukan]

Ketenagakerjaan

sunting

Penduduk usia kerja sebanyak 70.343 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 23.981 jiwa atau 34,09% dan perempuan sebanyak 36,362 jiwa atau 65,91%. Terdapat angkatan kerja 40.395 jiwa terdiri dari yang bekerja 37.678 jiwa atau 93,27% atau 53,56% terhadap penduduk usia kerja dan pengangguran terbuka sebanyak 6,73%. Bukan angkatan kerja sebanyak 29.408 jiwa atau 41,81% dari usia kerja yang terdiri dari sekolah 15.740 jiwa atau 53,52%, mengurus rumah tangga dan lainnya sebesar 13.668 jiwa atau 46,48%.

Bila dilihat menurut lapangan usaha maka yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian dengan jumlah 43,609 jiwa atau 61,99%, kemudian sektor perdagangan 15.635 jiwa atau 17,02%, disusul sektor jasa, industri dan transportasi.

Pendidikan

sunting
 
Anak-anak Bajau.

Jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak pada tahun 2003 ada sebanyak 22 unit yang tersebar di lima kecamatan. Sementara itu jumlah guru ada sebanyak 47 orang, sedangkan jumlah murid ada sebanyak 989 orang. Pada Tahun 2003 rasio antara guru terhadap sekolah rata-rata 2 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 45 orang, dan murid terhadap guru rata-rata 21 orang.

Dari jenjang Pendidikan Sekolah Dasar tercatat jumlah sekolah pada tahun 2003 sebanyak 101 unit. Jumlah guru sebanyak 684 orang, sedangkan jumlah murid sebanyak 14.742 orang. Rasio di tingkat SD pada tahun 2003 antara guru terhadap sekolah tercatat dengan rata-rata 7 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 145 orang, dan murid terhadap guru rata-rata 22 orang.

Pada jenjang pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) terdapat 16 unit sekolah pada tahun 2003, sedangkan jumlah guru dan murid masing-masing ada sebanyak 235 dan 4.287 orang. Sehingga rasio antara guru terhadap sekolah tercatat dengan rata-rata 15 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 268 orang, dan murid terhadap guru rata-rata 18 orang.

Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) tahun 2003 terdapat 4 unit sekolah. Jumlah guru pada tahun 2003 ada sebanyak 93 orang dan jumlah murid ada sebanyak 2.212 orang. Rasio yang tercatat pada tahun 2003 antara guru terhadap sekolah rata-rata 23 orang, murid terhadap sekolah rata-rata 553 orang, dan murid terhadap guru rata-rata 24 orang.

Terdapat pula sekolah berbasis pendidikan agama seperti pondok pesantren, seperti Pondok Pesantren Tahfid Amal Quran Wakatobi yang terdapat di wilayah Kec. Wangi-Wangi Selatan.

Kesehatan

sunting

Sampai tahun 2003 di Kabupaten Wakatobi belum ada Rumah Sakit Umum Daerah. Terdapat 7 unit Puskesmas dan 12 unit Puskesmas Pembantu, Dokter Umum sebanyak 5 orang, SKM sebanyak 2 orang, Paramedis sebanyak 85 orang dan Pembantu Paramedis sebanyak 9 orang.

Ekonomi

sunting
 
Kekayaan alam laut Wakatobi

Pertanian, perkebunan, dan kehutanan

sunting

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wakatobi berdasarkan harga berlaku pada tahun 2003 sebesar Rp.179.774,04,- juta, sedikit lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 160.473,67,- juta. Berdasarkan harga berlaku,PDRB per kapita Kabupaten Wakatobi pada tahun 2002 adalah sebesar Rp. 1.833.775,23,- menjadi Rp. 2.026.993,35,- pada tahun 2003 atau naik sebesar 10,54%.

Dari lima jenis tanaman bahan makanan yang diusahakan, tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang paling tinggi produksinya, di mana Pada tahun 2003 sebesar 40.199 ton, menyusul jagung sebesar 1.715 ton, kemudian ubi jalar sebesar 58 ton, sedangkan padi ladang dan kacang tanah masing-masing hanya sebesar 8 dan 4 ton.

Pada tahun 2003 produksi buah-buahan yang terbanyak dihasilkan, yaitu mangga sebanyak 9.229 kw diikuti pisang sebanyak 5.788 kw dan jeruk sebanyak 4.134 kw. Produksi sayur-sayuran yang terbanyak adalah kacang panjang sebanyak 229 kw, menyusul terung sebanyak 210 kw, kangkung sebanyak 205 kw, bawang merah sebanyak 160 kw.

Pada tahun 2003 produksi perkebunan rakyat yang terbanyak adalah kelapa dalam yaitu sebanyak 225 ton, menyusul jambu mete 59 ton, kelapa hibrida 8 ton, kakao 6 ton, kopi 3 ton dan kurang produksinya adalah pala yang hanya sebanyak 0,35 ton. Jenis hutan pada tahun 2003 hanyalah hutan lindung dengan lahan seluas 11.300 ha.

Peternakan dan perikanan

sunting

Populasi ternak besar pada tahun 2003 yang ada hanya sapi sebanyak 308 ekor. Bila dibandingkan dengan tahun 2002 jumlah sapi mengalami peningkatan sebesar 60,42%, di mana pada tahun 2002 mencapai 192 ekor dan tahun 2003 meningkat menjadi 308 ekor. Populasi ternak kecil tahun 2003 yang ada hanya kambing sebanyak 9.789 ekor. Bila dibandingkan dengan tahun 2002 kambing mengalami penurunan sebesar 5,43% di mana tahun 2002 ada sebanyak 10.351 ekor dan tahun 2003 mencapai 9,789 ekor. Produksi perikanan tahun 2003 berjumlah 17.985,60 ton yang terdiri dari perikanan laut 17.453,60 ton dan hasil budidaya laut berupa rumput laut sebanyak 532 ton.

Industri dan energi

sunting
 
Bandara Matahora Wakatobi

Hingga tahun 2003 belum ada industri besar maupun industri sedang, yang ada baru industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Jumlah industri kecil sebanyak 107 unit dengan tenaga kerja sebanyak 514 orang dan industri kerajinan rumah tangga (home industry) sebanyak 1.290 unit dengan tenaga kerja sebanyak 1.863 orang.

Jumlah pelanggan Listrik Negara pada tahun 2003 sebanyak 9.652 dengan daya terpasang sebesar 6.047.905 VA, sedangkan produksi listrik ada sebesar 6.278.762 kwh dengan tenaga listrik terjual sebesar 5.367.403 kwh dan nilai penjualan sebesar 2.791.737.755 ribu rupiah.[butuh rujukan]

Perdagangan

sunting

Untuk tahun 2003 total volume komoditas yang diperdagangkan adalah sebesar 233.650,13 ton dengan nilai 28.639.873 ribu rupiah, di mana komoditas kehutanan merupakan komoditas tertinggi yang diperdagangkan, yaitu sebesar 231.529,68 ton dengan nilai sebesar 13.761.355 ribu rupiah, menyusul komoditas hasil pertanian tanaman pangan sebesar 1.355,29 ton dengan nilai 3.756.470 ribu rupiah, sedangkan yang terendah adalah komoditas peternakan yang hanya mencapai 3,95 ton dengan nilai 5.928 ribu rupiah, menyusul perkebunan dengan nilai 9,59 ton dengan nilai 1.902.403 ribu rupiah.

Pariwisata

sunting

[butuh rujukan]

Pesta Adat dan Tradisi

sunting
 
Tradisi Karia'a, salah satu Daftar Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
  • Pesta adat Karia’a merupakan tradisi khas masyarakat Kaledupa dan Wangi-Wangi. Usungan 15 sampai 20 dalam sekali upacara.
  • Tradisi adat Pencak Silat Mansa'a, tradisi adat masyarakat Wakatobi.
  • Tradisi Kabuenga. tradisi mencari jodoh oleh muda-mudi Pulau Wangi-Wangi, Wakatobi

Masyarakat Adat Kadie Liya

sunting
  • Tradisi Tenun Hemoru, merupakan tradisi menenun kain secara tradisional, menggunakan alat-alat yang terbuat dari kayu besi sehingga menghasilkan hasil tenunan kain yang berkualitas dan di pakai sebagai kain pada upacara maupun acara-acara kebudayaan
  • Tradisi adat Posepa'a, satu satunya tradisi adu kekuataan yang ada di pulau wakatobi, menggunakan tendangan kaki sebagai alat untuk menyerang dan bertahan, pada masanya di gunakan sebagai sarana merekrut dan melatih kekuatan prajurit pada kerajaan liya. Tradisi yang dihadiri ratusan orang tersebut hanya di selenggarakan pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha setiap tahunnya.
  • Tari Honari Mosega, merupakan tari tradisional yang menceritakan dan sekaligus menampilkan kedikdayaan para pemuda Liya
  • Tamburu, penampilan dalam memainkan alat musik gendang, biasa di tampilkan pada acara acara resmi pemerintah kabupaten Wakatobi, dan acara kebudayaan Liya

Tari Tradisional Kaledupa

sunting
  • Tari Lariangi, merupakan tari tradisional kecamatan Kaledupa yang lahir pada tahun 1634 dikala Raja Buton yang pertama berkuasa yaitu Wa Kaka.
  • Tari Hebalia, merupakan tari tradisional kecamatan Kaledupa, diciptakan oleh para dukun pada zaman dahulu,
  • Tari Sombo Bungkale, merupakan tari tradisional kecamatan Kaledupa Selatan. Tarian ini dilakoni oleh penari gadis cantik sebanyak 12 orang.

Wisata Taman Nasional

sunting
 
Pantai Sousu di Taman Nasional Wakatobi

Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu dari 50 taman nasional di Indonesia, yang terletak di kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Taman nasional ini ditetapkan pada tahun 1996, dengan total area 1,39 juta ha, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang; yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Kedalaman air di taman nasional ini bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter di bawah permukaan air laut.

Taman Nasional Wakatobi, memiliki:

  1. Terumbu karang
  2. Ikan
  3. Satwa lain
  4. Keistimewaan, dan
  5. Pulau Hoga

Wisata Alam

sunting

Pulau Wangi-Wangi

sunting

[butuh rujukan]

  • Benteng Tindoi, merupakan salah satu objek wisata budaya berada di kecamatan Wangi-Wangi, berjarak ± 5 Km, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat selama ±15 menit dari pusat kota.
  • Benteng Liya dan Masjid Keraton Liya, terletak di desa Liya Togo, kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Benteng Liya terdiri dari 3 lapis Benteng dengan luas 52,9 Hektar terdiri dari 17 Lava (Pintu), 17 lava tersebut merupakan pintu keluar yang digunakan masyarakat kerajaan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya dengan rincian 14 lava pintu keluar yang umum digunakan masyarakat & 3 Lava Lingu Pintu rahasia Emergency. Di dalam benteng terdapat Masjid Keraton Liya. Benteng ini berjarak 8 Km atau 15 menit dari Ibu kota Kabupaten, dapat ditempuh menggunakan alat transportasi roda dua dan empat.
  • Benteng Mandati Tonga. Benteng Mandati Tonga terletak di desa Mandati Kecamatan Wangi-Wangi Selatan. Benteng tersebut berbentuk persegi panjang dengan luas ± 1 hektare. Pagar tertinggi benteng sekitar 7 meter terletak di bagian barat dan selatan.
  • Benteng Togo Molengo, terletak di puncak gunung Pulau Kapota, dapat ditempuh ± 20 menit menggunakan perahu tradisional dari Wangi-Wangi, lalu dengan kendaraan roda dua ±10 menit.
  • Tradisi Bangka Mbule-mbule

Pulau Keledupa

sunting
  • Makam Tua dan Kamali, berada di Desa Pale’a Kecamatan Kaledupa Selatan.
  • Benteng Ollo dan Masjid Tua, merupakan situs sejarah peninggalan kebudayaan masyarakat di Pulau Kaledupa yang hingga kini tetap terjaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat. Di dalam Benteng Ollo terdapat Masjid Tua yang berukuran 6,5 x 7 meter.
  • Benteng La Donda, merupakan salah satu situs sejarah peninggalan kebudayaan masyarakat Kaledupa.

Pulau Tomia

sunting
  • Benteng Nata-Suosuo, berada di Desa Kahianga kecamatan Tomia timur, berjarak ± 3 km dari ibu kota kecamatan yakni Usuku. Benteng Nata i Suosuo memiliki selendang sejarah tentang peradaban Pulau Tomia.
  • Benteng Patua, adalah salah satu situs sejarah kebudayaan masyarakat Tomia.
  • Masjid Tua Onemay, merupakan berada di kelurahan Onemay, kecamatan Tomia.

Pulau Binongko

sunting
  • Benteng Palahidu, merupakan salah satu peninggalan sejarah masyarakat Binongko yang berada di Desa Palahidu Kecamatan Binongko. Benteng Palahidu terletak di atas tebing bagian utara pinggir pantai Pulau Binongko.
  • Benteng Wali, adalah salah situs sejarah peninggalan masyarakat Togo Binongko.

Pulau Tomia

sunting
  • Pesta adat Safara, pesta adat masyarakat Tomia yang dilakukan pada setiap Bulan Safar.
  • Tradisi Bose-Bose, tradisi yang dilakukan dengan menghiasi perahu dengan hiasan berwarna-warni, dan dimuati sajian masakan tradisional, seperti Liwo, lalu diarak mengelilingi pantai dari dermaga Patipelong menuju dermaga Usuku sampai ke selat One Mobaa, sambil menabuh gendang. Pesta adat ini dilaksanakan bertujuan agar semua dosa dapat hanyut bersama riaknya air laut.
  • Tari Sajo Moane, tarian sakral yang dimaikan oleh kaum laki – laki.
  • Tari Sajo Wowine, tarian sakral yang dimainkan oleh kaum wanita, tarian ini dipentaskan dengan sebuah nyanyian yang menceritakan kehidupan masyarkatan Tomia pada masa lampau.
  • Tari Saride merupakan tarian tradisional yang berarti persatuan dan kebersamaan dalam menyelesaikan suatu kegiatan yang menyangkut kepentingan umum.

Pulau Binongko

sunting

Tari Balumpa, Tari Balumpa adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Pulau Binongko.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e "Kabupaten Wakatobi Dalam Angka 2021" (pdf). wakatobikab.bps.go.id. hlm. 3, 9, 62. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-26. Diakses tanggal 21 Februari 2022. 
  2. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 23 November 2024. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020), 2023-2024". www.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. Diakses tanggal 23 November 2024. 
  4. ^ a b "Postur APBD Kabupaten Wakatobi Tahun 2024". djpk.kemenkeu.go.id. (2024). Diakses tanggal 23 November 2024. 
  5. ^ "Rincian Dana Transfer Umum T.A 2024 Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2024). Diakses tanggal 23 November 2024. 
  6. ^ "Buku Alokasi dan Rangkuman Kebijakan Transfer Ke Daerah T.A 2024 Provinsi Sulawesi Tenggara". djpk.kemenkeu.go.id. (2024). hlm. XXI-30. Diakses tanggal 23 November 2024. 
  7. ^ Prasetyo,B. E., dkk. (2015). Dampak Pembangunan Smelter di Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tenggara (PDF). Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. hlm. 9. ISBN 978-602-0836-13-3. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-08-14. Diakses tanggal 2023-05-26. 
  8. ^ "Waloindi, Wakatobi, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 19 Agustus 2020. 
  9. ^ "Wangi-wangi, Wakatobi, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 19 Agustus 2020. 
  10. ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 87 & 152. Diakses tanggal 19 September 2024. 
  11. ^ "Arhawi-Ilmiati Dilantik Bupati-Wabub Wakatobi 28 Juni". banggaikab.go.id. 25 Juni 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-14. Diakses tanggal 26 Desember 2016. 
  12. ^ "Haliana dan Ilmiati Daud Resmi Bupati-Wakil Bupati Wakatobi 2021-2024, Dilantik Gubernur Ali Mazi". sultra.tribunnews.com. 2021-06-28. Diakses tanggal 2023-05-14. 
  13. ^ Perolehan Kursi DPRD Wakatobi 2014-2019
  14. ^ "Perolehan Kursi DPRD Wakatobi 2019-2024". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-07. Diakses tanggal 2020-06-07. 
  15. ^ Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi (2008). Kabupaten Wakatobi Dalam Angka 2008 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Wakatobi: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi. hlm. 31. 
  16. ^ Masrafi, Laode (4 Mei 2014). "PDIP Raih Delapan Kursi DPRD Wakatobi". sultra.antaranews.com. Diakses tanggal 10 September 2023. 
  17. ^ "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama Yang Dianut di Wilayah Kabupaten Wakatobi". sp2010.bps.go.id. 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-17. Diakses tanggal 21 Februari 2022. 

Pranala luar

sunting