Kehamilan dari pemerkosaan

Kehamilan adalah sebuah hasil potensial dari pemerkosaan. Kehamilan dari pemerkosaan telah dikaji dalam konteks perang, terutama sebagai alat untuk genosida, serta konteks tak terkait lain, seperti pemerkosaan oleh orang asing, pemerkosaan anak di bawah umur, incest, dan kehamilan remaja. Konsensus saintifik terkini menyatakan bahwa pemerkosaan tidaklah lebih menimbulkan kehamilan ketimbang hubungan seksual suka sama suku, dengan beberapa kajian menyatakan bahwa pemerkosaan sebenarnya dapat menimbulkan tingkat kehamilan yang lebih tinggi ketimbang hubungan suka sama suka.[1][2][3]

Pelacuran paksa digunakan oleh Angkatan Darat Jepang selama Perang Dunia II. Rangoon, Burma. 8 Agustus 1945. Seorang wanita muda etnis Tionghoa dari salah satu "Tentara Kekaisaran Jepang" ditanyai oleh seorang personil Sekutu.

Referensi

sunting
  1. ^ Dellorto, Danielle (22 August 2012). "Experts: Rape does not lower odds of pregnancy". CNN Health.
  2. ^ Begley, Sharon; Heavey, Susan (20 August 2012). "Rape trauma as barrier to pregnancy has no scientific basis". Reuters.
  3. ^ Gottschall, Jonathan A.; Gottschall, Tiffani A. (2003). "Are per-incident rape-pregnancy rates higher than per-incident consensual pregnancy rates?". Human Nature. 14 (1): 1–20. doi:10.1007/s12110-003-1014-0. PMID 26189986. RingkasanPolitico (21 August 2012). 

Daftar pustaka

sunting

Bacaan tambahan

sunting