Kekikiran (Buddhisme)
Kekikiran (Pali: macchariya; Sanskerta: मात्सर्य, mātsarya) adalah suatu faktor mental yang biasa dikategorikan sebagai tidak baik. Kekikiran diartikan sebagai tidak mampu menikmati harta milik sendiri dan objek-objek materi lainnya, bergantung padanya, dan tidak bersedia berpisah dengannya atau membaginya dengan orang lain.[1][2]
Terjemahan dari kekikiran | |
---|---|
Indonesia | kekikiran; kikir |
Inggris | avarice, envy/jealousy |
Pali | macchariya |
Sanskerta | matsarya, mātsarya |
Tionghoa | 慳 |
Tibetan | སེར་སྣ། (Wylie: ser sna; THL: serna) |
Myanmar | မစ္ဆရိယ |
Daftar Istilah Buddhis |
Bagian dari Abhidhamma Theravāda |
52 Faktor Mental |
---|
Buddhisme Theravāda |
Kekikiran diidentifikasi dalam konteks berikut:
- Salah satu dari empat belas faktor mental tidak baik dalam ajaran Abhidhamma Theravāda
- Salah satu dari sepuluh kotoran batin dalam aliran Theravada (menurut kitab Dhammasaṅgaṇī)
- Salah satu dari dua puluh faktor mental tidak baik yang termasuk dalam ajaran Abhidharma Mahayana
Definisi
suntingTheravāda
suntingKitab Aṭṭhasālinī (II, Kitab I, Bagian IX, Bab II, 257) memberikan definisi kekikiran sebagai berikut:
- Ciri khasnya adalah menyembunyikan harta benda seseorang, baik yang sudah diperoleh maupun yang akan diperoleh; tidak tahan berbagi harta benda dengan orang lain, sebagai fungsinya; enggan berbagi atau kikir/pelit atau perasaan masam sebagai manifestasinya; harta benda sendiri sebagai penyebab langsung; dan macchariya harus dianggap sebagai keburukan mental.[3]
Mahāyāna
suntingKitab Abhidharma-samuccaya menyatakan:
- Apa itu matsarya? Matsarya adalah kekhawatiran yang berlebihan terhadap hal-hal materi dalam hidup yang berasal dari kemelekatan yang berlebihan terhadap kekayaan dan kehormatan, dan termasuk dalam nafsu-nafsu. Kekikiran berfungsi sebagai dasar untuk tidak mengendurkan kekhawatiran seseorang terhadap hal-hal materi dalam hidup.[1]
Alexander Berzin menjelaskan:
- Kekikiran (ser-sna) adalah bagian dari nafsu-keinginan yang sangat besar (Sanskerta: rāga) dan merupakan kemelekatan pada keuntungan atau rasa hormat materi dan, karena tidak ingin melepaskan harta benda apa pun, melekat padanya dan tidak ingin membaginya dengan orang lain atau menggunakannya sendiri. Jadi, kekikiran lebih dari sekadar kata bahasa Inggris stinginess. Stinginess hanyalah merujuk pada keengganan untuk berbagi atau menggunakan sesuatu yang kita miliki. Stinginess tidak memiliki aspek menimbun seperti yang dimiliki oleh faktor-mental kekikiran.[4]
Referensi
suntingDaftar pustaka
sunting- Berzin, Alexander (2006), Primary Minds and the 51 Mental Factors
- Goleman, Daniel (2008). Destructive Emotions: A Scientific Dialogue with the Dalai Lama. Bantam. Kindle Edition.
- Guenther, Herbert V. & Leslie S. Kawamura (1975), Mind in Buddhist Psychology: A Translation of Ye-shes rgyal-mtshan's "The Necklace of Clear Understanding". Dharma Publishing. Kindle Edition.
- Kunsang, Erik Pema (penerjemah) (2004). Gateway to Knowledge, Vol. 1. North Atlantic Books.