Kereta api Pandanwangi (Semarang-Solo)
Kereta api Pandanaran merupakan layanan kereta api yang pernah dioperasikan oleh PT Kereta Api di Jawa untuk melayani relasi Semarang Tawang–Solo Balapan melalui Gundih.
Kereta api Pandanwangi | |
---|---|
PANDANARAN
Semarang Poncol-Solo Balapan
| |
Ikhtisar | |
Jenis | Ekonomi |
Sistem | Kereta api lokal jarak pendek |
Status | Tidak beroperasi |
Lokasi | Daerah Operasi 4 Semarang |
Terminus | Semarang Poncol Solo Balapan |
Stasiun | 6 |
Layanan | 1 |
Operasi | |
Dibuka | 1971 |
Ditutup | 24 Oktober 2011 |
Pemilik | PT Kereta Api Indonesia |
Operator | Daerah Operasi IV Semarang |
Data teknis | |
Lebar sepur | 1067 mm |
Titik tertinggi | - |
Jumlah rute | Tidak ada no. KA |
Layanan Pandanwangi dimaksudkan untuk mengurangi tekanan transportasi jalan raya antara Solo dan Semarang. Rangkaiannya terdiri dari tiga unit KRD yang dimiliki oleh PT KAI Daerah Operasi IV Semarang. Rute ini melayani perjalanan dua kali sehari, berangkat dari Stasiun Solo Balapan, ke arah utara melalui Gundih, Kedungjati, dan Brumbung hingga mencapai Stasiun Semarang Tawang. Waktu tempuh rata-rata adalah 2,5 jam, sama dengan waktu tempuh bus AKAP Semarang–Solo (Terminal Tirtonadi) pada waktu itu.
Walaupun dimaksudkan untuk mempercepat perjalanan antara Semarang dan Solo, trayek ini masih dibatasi oleh kondisi rel di daerah antara Gundih dan Gemolong yang masih di bawah standar rata-rata rel kereta api di Jawa, sehingga kereta api harus berjalan lambat. KRD yang sudah tua juga membuat terkadang bermasalah pada mesinnya, sehingga terkadang ditarik lokomotif, biasanya seri BB200.
Sejarah
suntingKereta ini muncul pada tahun 1970 yang awalnya merupakan kereta api unggulan lalu menjadi kereta api kelas campuran.
Awalnya, kereta ini mempunyai rute Semarang-Yogyakarta. Namun, kereta ini diperpendeki menjadi Semarang-Solo.
Memasuki 1980an, KA Pandanaran turun kelas menjadi kelas 3 saja. Pada 1990an, penurunan kelas ini semakin parah karena KA Pandanaran ditambah gerbong barang dan petikemas dan menjadi kelas campuran, walaupun dikembailkan menjadi kelas 3. KA Pandanaran sempat di diperpanjang ke Pekalongan.
Kereta api Pandawangi terakhir beroperasi tanggal 24 Oktober 2011 dikarena PT Kereta Api Indonesia sering mengalami kerugian dan setelah adanya Jalan tol yang menghubungkan Kota Semarang dengan Kota Solo dan kalah bersaing dengan mobil pribadi dan angkutan umum. Kini, kereta api yang melayani relasi Semarang–Solo adalah kereta api Banyubiru dan kereta api Joglosemarkerto. Berbeda dengan kereta api Pandanwangi, kereta ini hanya berhenti di stasiun besar.
Insiden
suntingPada 17 Juni 1973, pukul 19:50, KA Pandanaran 75 yang dihela lokomotif BB200 35 ditabrak KA Barang 2620 yang dihela lokomotif CC200 01. Tabrakan terjadi di jalur satu Stasiun Telawa, Boyolali. Awalnya, KA 75 direncanakan untuk bersilang dengan KA 2620. Namun, saat KA 75 belum sempurna memasuki jalur satu, tiba-tiba KA 2620 menabrak KA 75 dari depan. Tabrakan diakibatkan oleh matinya mesia CC 200 01, yang diikuti dengan kosongnya tangki udara, yang membuat masinis KA 2620 tidak bisa mengerem atau memberi semboyan ikat rem keras untuk PLRM (Pelayan Rem) maupun memberikan semboyan bahaya. Akibatnya, KA 2620 terus melaju tak terkendali di jalur yang menurun, menerobos sinyal masuk yang menunjukan aspek tidak aman dan menabrak KA 75 yang sedang memasuki jalur satu. Akibat kejadian ini, 11 orang meninggal dunia. BB 200 35 dan CC 200 01 rusak berat, dan akhirnya diafkirkan dan dirucat.[butuh rujukan]
Pranala luar
sunting- (Indonesia) situs resmi PT Kereta Api Diarsipkan 2015-11-25 di Wayback Machine.