Keubitbit adalah grup musik etnik asal Jakarta, Indonesia. Terbentuk pada tahun 2014, nama Keubitbit sendiri diambil dari bahasa Aceh yang berarti Kesungguhan.

Keubitbit
AsalJakarta, Indonesia
Genre
Tahun aktif2014–sekarang
LabelSolemnity
Situs webkeubitbit.com
Anggota
  • Safrullah ‘Aloel’
  • Indra Fahmi Hakim
  • Raden Trio Ananda Bagus Prakoso
  • Trinanda Imawan Wibisono
  • Teuku Hariansyah ‘Apoen’
  • Fahmil Arabi
Informasi YouTube
Kanal
Genre
Pelanggan7,55 ribu subscribers (saat ini)[1]

Penghargaan
Penghargaan AMI untuk Karya Produksi World Music Terbaik[2]
Dipersembahkan olehAnugerah Musik Indonesia
Diberikan perdana2020

Grup musik ini terdiri dari tujuh anggota: Safrullah ‘Aloel’ (bass elektrik/vokal utama/pemimpin band/produser), Indra Fahmi Hakim (drum, perkusi), Raden Trio Ananda Bagus Prakoso (saksofon), Trinanda Imawan Wibisono (kibor, piano akustik), Teuku Hariansyah ‘Apoen’ (perkusi Rapa’i, gendrang), Fahmil Arabi (vokal utama), dan Didin Marlin (gitar).

Berdasarkan semangat dan nuansa musik pesisir Sumatra yang berasal dari Aceh, Keubitbit berupaya menggali lebih dalam tentang tradisi musik Aceh, yang kemudian dikemas dengan paduan musik etnik dalam bentuk modern dan kontemporer. [3] Genre yang dibawakan oleh Keubitbit mencakup musik dunia, musik rakyat, hingga fusion jazz.

Diskografi Keubitbit secara keseluruhan hingga saat ini mencakup tiga album pada tahun 2017, 2021, dan 2023, serta tiga singel pada tahun 2018 dan 2019. Salah satu lagu yang berjudul "Peumulia Jamee" adalah hasil kolaborasi dengan tari urban dari Aceh yang dikenal sebagai Ratoeh Jaroe.

Keubitbit meraih predikat tertinggi untuk musik dan musisi Indonesia yang pertama kali diperoleh Aceh, sekaligus menjadikan sejarah baru bagi dunia musik di Aceh dengan menerima penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards untuk kategori “Karya Produksi World Music Terbaik” melalui lagu yang berjudul “Saban Sabee” pada Anugerah Musik Indonesia tahun 2020.[4][5][6][7][8][9]

Latar belakang

sunting

Keubitbit terinspirasi oleh kecemasan terhadap budaya yang perlahan memudar seiring berjalannya waktu. Dengan cinta yang dulu menjadi acuan kini memudar, Keubitbit berusaha menumbuhkan kembali kerinduan terhadap proses dan peristiwa budaya.

Filosofi berkesenian Keubitbit berpusat pada penciptaan karya yang lahir dari kegelisahan atas kisah-kisah masa lalu, yang kini seringkali hanya menjadi cerita di kalangan orang tua, terlebih di kalangan generasi muda saat ini.

Keubitbit hadir sebagai jembatan antara budaya modern dan tradisional, menghadirkan keduanya berdampingan untuk dinikmati dunia.

Selain itu, Keubitbit berfokus untuk menjadi wadah di dalam negeri yang mendorong pembangunan peradaban musik baru dalam lanskap musik Indonesia, khususnya musik Aceh. Karya-karya Keubitbit banyak mengangkat tema kondisi sosial, keragaman budaya, dan tradisi yang utamanya berakar dari Aceh, hingga berbagai masalah dari berbagai aspek kehidupan.[10]

Keunikan Keubitbit terletak pada penggunaan perkusi dari alat musik khas Aceh, serta melodi yang memiliki nuansa musik Timur Tengah, yang kemudian dilengkapi dengan ritme unik dari Rapa'i.[11] Penggunaan lirik lagu bahasa Aceh dengan teknik bernyanyi cepat yang dipadukan dengan musik ritmis memberikan karakter kuat pada musik Keubitbit.

Rapai atau Rapa'i (alat musik pukul tradisional dari Aceh) adalah alat musik utama yang digunakan untuk memperkuat karakter lagu-lagu Keubitbit. Keubitbit mengombinasikan alat musik yang berasal dari Aceh ini dengan alat musik modern untuk menghasilkan kesempurnaan harmoni.

Sejarah

sunting

2014: Pembentukan dan penampilan awal

sunting

Ide awal Keubitbit dimulai dari Safrullah ‘Aloel’ yang datang kepada Indra Fahmi Hakim untuk menginisiasi pembentukan sebuah band atau grup musik. Sebelum ada nama Keubitbit, mereka sudah mulai membawakan musik etnik Aceh dengan dua lagu utama, "Paloeng Meuasoe" dan "Haro Hara." Namun, di tahun 2014, formasi berubah dengan masuknya rapa’i. Ketika Teuku Hariansyah ‘Apoen’ bergabung, nama Keubitbit muncul, dan grup musik ini resmi berdiri di tahun yang sama.

Formasi awal Keubitbit terdiri dari Safrullah ‘Aloel’ (bass elektrik/vokal utama/pemimpin band/produser), Indra Fahmi Hakim (drum, perkusi), Teuku Hariansyah ‘Apoen’ (perkusi Rapa’i, gendrang), Indra Maulana (Rapa’i), Ivan Alidiyan (synthesizer), dan Faiz Pradana (gitar).

Di penghujung tahun 2014, Keubitbit sebagai musisi etnik tampil dalam festival Jazz Kota Tua.

2015: Anggota baru dan debut di Java Jazz Festival

sunting

Di tahun 2015, Madra Primana (kibor, piano) dan Raden Trio Ananda Bagus Prakoso (saksofon) bergabung dengan Keubitbit.

Pada tahun yang sama, Keubitbit mencoba peruntungan dengan mengikuti audisi Jakarta International Java Jazz Festival, salah satu festival musik jazz terbesar di Indonesia yang menampilkan musisi jazz nasional dan internasional. Keubitbit berhasil memenangkan audisi tersebut dan berhak tampil di panggung Java Jazz on the Move, Jakarta International Java Jazz Festival,[12] yang membuka jalan bagi mereka untuk tampil di festival musik tersebut pada tahun-tahun berikutnya.

2016: Penampilan festival dan kehadiran yang semakin dikenal

sunting

Di tahun 2016, Keubitbit kembali tampil di Jakarta International Java Jazz Festival. Selain itu, mereka juga tampil di tiga festival lainnya, yaitu Sabang Jazz Festival, Sabang Marine Festival, dan Rapai International Festival.

Di penghujung tahun, Keubitbit tampil di pusat kebudayaan Amerika Serikat di Jakarta, @america, dalam acara Youth Jazz Showcase and Masterclass.

2017: Album perdana dan debut internasional

sunting

Keubitbit melakukan debutnya di Sapa Indonesia, program berita dan talkshow yang ditayangkan di Kompas TV, sebuah stasiun televisi swasta nasional di Indonesia. Keubitbit juga tampil di Jakarta International Java Jazz Festival[13] serta Holland Paradiso Festival di Amsterdam, Belanda.

Namun, di tahun yang sama, Ivan Alidiyan dan Faiz Pradana resmi keluar dari Keubitbit.

Pada bulan Juni, Keubitbit merilis album debut mereka Story Of Aceh.[14] Album ini menjadi pintu gerbang perjalanan Keubitbit untuk pertama kalinya merilis karya secara digital dan fisik. Story Of Aceh mengeksplorasi lebih dalam karya-karya leluhur di Aceh dan menjadi fondasi utama keberlanjutan karya Keubitbit hingga saat ini. Intensi dari karya ini adalah untuk menyatukan visi dan misi mencintai dunia budaya tradisional Aceh melalui suara.

2018: Apresiasi budaya dan rilisan single baru

sunting

Pada tahun 2018, Keubitbit tampil di Aceh Culinary Festival.

Setelah merilis album perdana pada tahun 2017, Keubitbit kembali melahirkan sebuah singel terbaru yang beredar di platform digital berjudul "Peumulia Jamee." Berbeda dengan video klip sebelumnya, kali ini Keubitbit mengangkat tarian Ratoh Jaroe, tarian urban yang berkembang di Jakarta, yang merupakan pengembangan dari beberapa tarian duduk khas adat tradisional yang berasal dari Aceh. Ini juga menjadi bentuk apresiasi dan rasa terima kasih Keubitbit terhadap Yusri Saleh (D'gam) yang telah memperkenalkan tarian Ratoh Jaroe ke kancah internasional.

2019: Identitas musik

sunting

Di tahun 2019, Keubitbit tampil di Aceh Sumatera Expo.

Pada bulan November, Keubitbit merilis singel "3 Minutes About Us," yang merupakan rangkuman dari tiga karya maestro Rafly Kande. Keubitbit mencoba merangkum tiga karya tersebut menjadi cerita perjalanan yang membentuk identitas musik Keubitbit hari ini. Pada lagu ini, Keubitbit juga menggunakan alat musik tiup tradisional atau seruling dari Aceh yang bernama Serune Kalee.

Pada bulan Desember, Keubitbit merilis singel "Saban Sabee."[15] Lagu ini sebelumnya diproduksi pada tahun 2006 oleh Kande, sebuah band asal Aceh. Namun, Keubitbit kemudian mengambil alih lagu ini dan melakukan aransemen ulang untuk memberikan sentuhan yang lebih segar. "Saban Sabee" berhasil memukau acara penghargaan bergengsi di Indonesia, Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards, dan dinominasikan dalam kategori "Karya Produksi World Music Terbaik." Keubitbit juga memenangkan penghargaan pada kategori ini di tahun berikutnya.

2020: Pengakuan penghargaan dan vokalis baru

sunting

Keubitbit masuk dalam nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2020 sebagai "Karya Produksi World Music Terbaik" untuk singel "Saban Sabee"[16][17][18] dan berhasil memenangkan penghargaan di kategori musik dunia tersebut.[19]

Sejak akhir tahun 2020, Fahmil Arabi memulai perjalanannya dengan Keubitbit sebagai vokalis tambahan.

2021: Album kolaboratif dan eksperimen musik budaya

sunting

Keubitbit merilis album Keubitbit Live Session ft Fahmil Arabi. Album ini menjadi penanda awal perjalanan Keubitbit bersama vokalis Fahmil Arabi, mengaransemen ulang karya Maestro Rafly Kande, dan menciptakan perjalanan baru untuk musik pop Aceh.

Mereka juga merilis EP Semua Rindu Bali, sebuah eksperimen kecil yang menggabungkan nuansa Bali dengan ritme dan nada khas Keubitbit, yang terdiri dari "Malahayati," "Meuseunoeh," dan "Tarek Pukat." Dalam tiga trek ini, karya tersebut menjadi fondasi utama sebagai pintu kolaborasi dengan musik tradisional lainnya.

Pada tahun yang sama, Trinanda Imawan Wibisono memulai perjalanan bersama Keubitbit.

2022: Penampilan di acara pariwisata nasional

sunting

Keubitbit tampil di malam puncak Anugerah Pesona Indonesia (API) Award, rangkaian kegiatan tahunan yang diselenggarakan untuk membangkitkan pariwisata di tanah air yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

2023: Tonggak internasional dan rilisan album baru

sunting

Madra Primana resmi keluar dari Keubitbit. Sementara, Fahmil Arabi (vokalis utama) dan Trinanda Imawan Wibisono (kibor, piano akustik) resmi bergabung.

Pada bulan Maret, Keubitbit tampil di Sirius Jazz Days 2023 yang berlokasi di Sirius Park of Science and Art di Sochi, Rusia.[20][21][22] Mereka juga tampil di 23rd International Festival The Triumph of Jazz di Moskow, Rusia.[23][24][25] Penampilan awal di Rusia ini menandai tonggak penting bagi Keubitbit dalam memperkenalkan musik dengan sentuhan budaya, dan tradisional Indonesia (khususnya Aceh) ke panggung global, yang disajikan dengan kemasan kontemporer dan modern. Momen ini juga penting karena menandai penampilan pertama di Rusia oleh grup musik budaya dan etnik Indonesia yang menggambarkan energi dan semangat Aceh.[26]

Selama kunjungan ke Rusia ini, Keubitbit juga menyelenggarakan lokakarya untuk mahasiswa di dua institusi pendidikan di Moskow, yaitu Universitas Negeri Moskow M. V. Lomonosov, tepatnya di Institut Negeri-Negeri Asia dan Afrika, serta Tchaikovsky Moscow State Conservatory.[27][28]

Pada bulan Juni, Keubitbit merilis album Peuneurah Bumoe. Album ini berarti "Seleksi Alam" dalam bahasa Indonesia, lahir dari berbagai liku-liku masalah yang menjadi cerita dalam proses karya Keubitbit. Keubitbit percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di Bumi harus melalui Seleksi Alam. Siapa yang bertahan, dialah pemenang dari perjuangan hidup yang ingin dicapai. Karya dalam album Peuneurah Bumoe adalah hasil seleksi alam yang terjadi dalam perjalanan Keubitbit.

Di bulan yang sama, Keubitbit kembali ke Rusia untuk tampil di acara Moscow Jazz Festival 2023.[29]

Anggota

sunting

Sejak tahun 2023, formasi Keubitbit terdiri dari enam anggota tetap resmi:

  • Safrullah ‘Aloel’ – bass elektrik/vokal utama/pemimpin band/produser
  • Indra Fahmi Hakim – drum, perkusi
  • Raden Trio Ananda Bagus Prakoso – saksofon
  • Trinanda Imawan Wibisono – kibor, piano akustik
  • Teuku Hariansyah ‘Apoen’ – perkusi Rapa’i, gendrang
  • Fahmil Arabi – vokal utama

Diskografi

sunting

Singel

sunting
Singel Keubitbit
Tahun Judul lagu Album Link
2018 "Peumulia Jamee" - [1]
2019 "3 Minutes About Us" - [2]
2019 "Saban Sabee" - [3]
Album studio
Tahun Judul Singel Link
2017 Story of Aceh
  • "Kasep Kapoet"
  • "Haro Hara"
  • "Meuseunoeh"
  • "Malahayati"
  • "Zoel"
  • "Paloeng Meuasoe"
[4]
2023 Peuneurah Bumoe
  • "SiCupak Lada"
  • "Sep Sep Hansep"
  • "Bak Tajak"
  • "Eu mak Eu"
  • "ANGEN"
  • "Rhambule"
[5]
Album rekaman langsung
Tahun Judul Singel Link
2021 Keubitbit Live Session ft Fahmil Arabi
  • "Doa - Live"
  • "Krueng Daroy - Radio Edit"
  • "Malahayati - Live"
  • "Perahu - Live"
  • "Puleh - Live"
  • "Seulanga - Live"
  • "Sepasang Lembu Tua - Live"
[6]
EP
Tahun Judul Singel Link
2021 Semua Rindu Bali
  • "Malahayati"
  • "Meuseunoeh"
  • "Tarek Pukat"
[7]

Video musik

sunting
Daftar video musik, beserta tahun rilis dan sutradaranya
Judul Tahun Sutradara Album Link
"Zoel" 2017 Jeri Taufik Lizam Story of Aceh [8]
"Peumulia Jamee" 2018 Jeri Taufik Lizam - [9]
"Saban Sabee" 2019 Jeri Taufik Lizam - [10]

Penghargaan dan nominasi

sunting

Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards adalah penghargaan musik tahunan bergengsi di Indonesia, yang sering disandingkan dengan Penghargaan Grammy di Amerika dan Brit Awards di Inggris. Didirikan pada tahun 1997 oleh ASIRI (Asosiasi Industri Rekaman Indonesia), PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia), dan KCI (Karya Cipta Indonesia), penghargaan ini merupakan penghargaan tertinggi untuk keunggulan musik di Indonesia.

Keubitbit memenangkan Penghargaan AMI untuk Karya Produksi World Music Terbaik dari nominasi mereka.[30][31][32]

Penghargaan Tahun Kategori Karya yang dinominasikan Hasil Ref.
Anugerah Musik Indonesia 2020 Penghargaan AMI untuk Karya Produksi World Music Terbaik "Saban Sabee" Menang [33][34]

Penampilan

sunting

Label rekaman

sunting

Dibangun dari semangat kemandirian dalam berkarya, Solemnity adalah label rekaman yang didirikan pada tahun 2021 oleh Keubitbit. Nama Solemnity diambil dari terjemahan Keubitbit ke dalam bahasa Inggris, yang mengandung arti kesungguhan.

Sejak memulai langkahnya sebagai grup musik independen yang tidak terikat dengan label perusahaan, Solemnity telah menjadi rumah bagi karya-karya Keubitbit. Label ini juga bertujuan menjadi wadah bagi para musisi lain dengan gagasan dan semangat yang sejalan dengan Keubitbit, untuk menghasilkan karya-karya musik yang bermakna dan autentik.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "About Keubitbit Atjeh Ethnic Music". YouTube. 
  2. ^ "Daftar Lengkap Nominasi 23rd AMI Awards". Anugerah Musik Indonesia. 
  3. ^ "Keubitbit : Aceh Punya Musik". Kompas.id. 2 April 2018. 
  4. ^ "Daftar Lengkap Nominasi 23rd AMI Awards". Anugerah Musik Indonesia. 
  5. ^ "BAND KEUBITBIT ASAL ACEH RAIH AMI AWARD 2020". Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh. 27 November 2020. 
  6. ^ "Keubitbit, Band Etnic Aceh Masuk Nominasi AMI Awards 2020". Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. 24 Oktober 2020. 
  7. ^ "Daftar lengkap pemenang AMI Awards 2020". Antara. 27 November 2020. 
  8. ^ "Band Keubitbit Raih AMI Award 2020". Pikiran Merdeka. 27 November 2020. 
  9. ^ "Band Keubitbit Asal Aceh Raih AMI Award 2020". Tribunnews Aceh, SerambiNews.com. 27 November 2020. 
  10. ^ "Keubitbit Raih Penghargaan Nasional, AMI Awards Pertama untuk Grup Musik Etnik asal Aceh". Serambinews. 29 November 2020. 
  11. ^ "Keubitbit Mengantar Musik Etnis Aceh Melanglang Dunia". Suara.com. 6 Maret 2023. 
  12. ^ "Keubitbit, Modalitas Jazz-Etnik dan Pertaruhannya". Situs Berita Readers.ID. 10 Maret 2021. 
  13. ^ "Keubitbit, band etnik asal Aceh akan di Java Jazz besok malam". Kanal Aceh. 3 Maret 2017. 
  14. ^ "Hari Ini, Keubitbit Rilis Album Perdana di Banda Aceh". aceHTrend. 10 Juni 2017. 
  15. ^ ""Keubitbit" Luncurkan Single Baru Berjudul "Saban Sabee"". Acehonline.co. 3 Oktober 2019. 
  16. ^ "Group Musik Keubitbit Asal Aceh Masuk Nominasi AMI Awards 2020". aceHTrend. 22 Oktober 2020. 
  17. ^ "Group musik Keubitbit asal Aceh masuk nominasi AMI Awards 2020". Antara News Bengkulu. 22 Oktober 2020. 
  18. ^ "Group Musik Keubitbit Asal Aceh Masuk Nominasi AMI Awards 2020". Harian Rakyat Aceh. 23 Oktober 2020. 
  19. ^ "Grup Musik Keubitbit Raih AMI Awards: Alhamdulillah, Ini Hadiah Kami untuk Aceh". Kumparan Acehkini. 28 November 2020. 
  20. ^ "Video: Penampilan Keubitbit di Rusia". Aceh Online. 17 Maret 2023. 
  21. ^ "Сириус. Keubitbit Band, Alexander Dovgopoly Project". Sochi Concert. 
  22. ^ "Keubitbit Band (Индонезия) и Alexander Dovgopoly Project(Россия)". KASSIRSOCHI.RU. 
  23. ^ "Keubitbit, Group Musik Etnik Aceh Gemparkan Festival Jazz di Rusia". Radio Republik Indonesia. 13 Maret 2023. 
  24. ^ "Band Jazz Aceh Keubitbit akan Bawa Lagu Laksamana Malahayati di Rusia". IDN Times Sumut. 5 Maret 2023. 
  25. ^ "Keubitbit Mengantar Musik Etnis Aceh Melanglang Dunia". Kapol Multimedia. 4 Maret 2023. 
  26. ^ "Perkenalkan Keubitbit, Grup Jazz asal Aceh yang Diundang Konser di Tiga Kota Rusia". Tribun Jabar. 4 Maret 2023. 
  27. ^ "Band Keubitbit Gelar Lokakarya Jazz di Dua Kampus Kota Moskow". Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 16 Maret 2023. 
  28. ^ "Keubitbit pukau penonton di 23rd International Festival The Triumph of Jazz Moskow Rusia". WartaJazz. 12 Maret 2023. 
  29. ^ "Moscow Jazz Festival 2023 hadirkan lebih dari 1000 musisi termasuk Igor Butman, Larisa Dolina dan Moscow Jazz Orchestra". WartaJazz. 21 Juni 2023. 
  30. ^ "Grup Musik Keubitbit Raih AMI Awards: Alhamdulillah, Ini Hadiah Kami untuk Aceh". Kumparan Acehkini. 28 November 2020. 
  31. ^ "Band Keubitbit Asal Aceh Raih AMI Award 2020". Tribunnews Aceh, SerambiNews.com. 27 November 2020. 
  32. ^ "Daftar lengkap pemenang AMI Awards 2020". Antara. 27 November 2020. 
  33. ^ "Daftar Lengkap Nominasi 23rd AMI Awards". Anugerah Musik Indonesia. 
  34. ^ "Daftar Lengkap Pemenang AMI Awards 2020". CNN Indonesia. 27 November 2020. 
  35. ^ "[SOUNDTRIP] KEUBITBIT ACEH ETHNIC MUSIC". SOUNDTRIP - YouTube. 14 Mei 2024. 

Pranala luar

sunting