Konflik Sabah 2013
Konflik Sabah adalah sebuah insiden yang muncul setelah sekelompok orang sekitar 235–400 orang, beberapa dari mereka bersenjata, tiba dengan perahu di Kampung Tanduo, Lahad Datu, Sabah dari pulau Simunul, Tawi-Tawi dari Filipina selatan pada tanggal 11 Februari 2013.[1][2] Kelompok ini, yang menyebut diri mereka Pasukan Keamanan Kerajaan Kesultanan Sulu dan Borneo Utara,[1] yang dikirim oleh Jamalul Kiram III, salah satu penuntut tahta Kesultanan Sulu. Kiram menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menegaskan klaim teritorial mereka yang belum terselesaikan di timur Sabah (bekas Borneo Utara).[3]
Konflik Sabah 2013 | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Persengketaan Sabah | |||||||
Pintu masuk ke lokasi pertama terjadinya kebuntuan di Kampung Tanduo, yang sekarang menjadi kamp Angkatan Darat Malaysia. Papan namanya bertuliskan (dalam bahasa Melayu), "Selamat datang di Kamp Desa Tanduo. Awas! Anda telah memasuki kamp militer. Mohon jaga disiplin Anda!". Peta lokasi kebuntuan | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kesultanan Sulu Didukung oleh : Front Pembebasan Nasional Moro |
Malaysia Sabah Didukung Oleh : Filipina | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Jamalul Kiram III Nur Misuari |
Hishammuddin Hussein Abdul Halim Najib Razak Zulkifeli Mohd. Zin Anifah Aman Benigno Aquino III | ||||||
Kekuatan | |||||||
235–400 Militan |
7,000 ATM 1,000+ PGU 17 FNSS ACV-15 3 f-18 hornet 5 Hawk 200 | ||||||
Korban | |||||||
56 Militan Tewas 11 Terluka 149 ditangkap |
12 Tewas 16 Terluka | ||||||
6 Warga Sipil Tewas |
Pasukan keamanan Malaysia telah mengepung desa Tanduo di Lahad Datu di mana kelompok itu berkumpul, sementara negosiasi untuk penyelesaian damai dari konflik ini terus berlangsung.[4]
Reaksi
sunting- Filipina – Sekretaris Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario meminta jaminan pemerintah Malaysia bahwa hak rakyat Filipina "yang telah menjadi penduduk tetap di Sabah dan yang mungkin di kalangan kumpulan" akan dihormati. Dia juga meminta warga Filipina untuk "kembali ke rumah-rumah dan keluarga mereka."[5] Ia juga menjelaskan bahwa tindakan kelompok Filipina tersebut tidak direstui oleh pemerintah Filipina.[6]
- Amerika Serikat – Duta Besar AS ke Filipina, Harry K. Thomas, Jr. mengatakan bahwa Manila dan Kuala Lumpur dapat bekerja sama mengenai hal ini dengan baik. Dia juga menambahkan bahwa kedua negara ini akan duduk bersama dan berbincang, konflik ini dapat diatasi tanpa pertumpahan darah.[7] Selain itu, Amerika Serikat juga menyambut baik Perjanjian Rangka Kerja Bangsamoro pada tahun 2012.[8]
Referensi
sunting- ^ a b "Heirs of Sultan of Sulu pursue Sabah claim on their own". Philippine Daily Inquirer. 16 February 2013. Diakses tanggal 20 February 2013.
- ^ Mullen, Jethro (15 February 2013). "Filipino group on Borneo claims to represent sultanate, Malaysia says". CNN. Diakses tanggal February 25, 2013.
- ^ Frialde, Mike (23 February 2013). "Sultanate of Sulu wants Sabah returned to Phl". The Philippine Star. Diakses tanggal 24 February 2013.
- ^ "PH calls for peaceful solution to Borneo standoff". Philippine Daily Inquirer. 17 February 2013. Diakses tanggal 19 February 2013.
- ^ "DFA statement on the Filipinos in Lahad Datu, Sabah, February 15, 2013". Official Gazette of the Republic of the Philippines. 15 Februari 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-11. Diakses tanggal 19 Februari 2013.
- ^ "Malaysia stand-off with Philippine group". BBC News Online. 15 Februari 2013. Diakses tanggal 19 Februari 2013.
- ^ Alipala, Julie and Rosauro, Ryan (23 Februari 2013). "US stays clear of Sabah row". Philippine Daily Inquirer. Diakses tanggal 25 Februari 2013.
- ^ "US Hails Peace Deal". Manila Bulletin. 16 Oktober 2012. Diakses tanggal 25 Februari 2013.
Pranala luar
sunting- http://terbakor.com/2015/11/20/tindakan-nurul-izzah-jumpa-anak-penceroboh-lahad-datu-jamalul-kiram-iii-guris-perasaan-rakyat-sabah/
- https://aidcnews.wordpress.com/2015/11/20/kpn-pertemuan-nurul-izzah-jacel-perlu-diketahui-sebab-berkaitan-keselamatan-negara/[pranala nonaktif permanen]