Madilog

buku nonfiksi karya Tan Malaka

Madilog oleh Iljas Hussein (nama pena Tan Malaka), pertama kali diterbitkan pada tahun 1943, edisi pertama resmi tahun 1951, adalah magnum opus dari Tan Malaka, pahlawan nasional Indonesia dan merupakan karya paling berpengaruh dalam sejarah filsafat Indonesia modern. Madilog adalah akronim bahasa Indonesia yang merupakan kependekan dari Materialisme Dialektika Logika. Ini adalah sintesis materialisme dialektis Marxis dan logika Hegelian. Madilog ditulis di Batavia di mana Malaka bersembunyi selama pendudukan Jepang di Indonesia, menyamar sebagai tukang jahit.

Madilog
PengarangTan Malaka b
Judul asliMadilog
PenerjemahTed Sprague (dalam bahasa Belanda)
NegaraIndonesia
BahasaBahasa Indonesia
SubjekFilsafat (sintesis Materialisme dialektikal dan Logika)
Diterbitkan1943
Halaman568 (Edisi Indonesia pertama)[1]
a Edisi pertama (1943) adalah penerbitan pribadi penulis. b Penerbitan pertama, Malaka menggunakan nama pena "Iljas Hussein".

Jika esai Malaka "Naar de Republiek Indonesië" ("Menuju Republik Indonesia") diterbitkan pada tahun 1928, di bawah pemerintah Hindia Belanda, berdiri sebagai perumusan identitas nasional Indonesia, maka Madilog berdiri sebagai antiklimaks dari idenya dalam arti membangun karakter Indonesia dalam masyarakat modern. Meskipun Madilog didasarkan pada Marxisme, ia tidak mengimplementasikan pandangan Marxis atau mencoba untuk membangun pola budaya berdasarkan Marxisme. Madilog adalah murni perspektif nasionalis Malaka dengan cara dipengaruhi oleh dialektika Hegel, materialisme Feuerbach, pandangan Marx tentang alasan ilmiah, dan positivisme logis. Buku ini menjadi alternatif baru bagi cara berpikir dan pergerakan orang Indonesia yang biasa, tentang orang yang hidup di ribuan pulau, dengan ratusan bahasa dan budaya, dengan sebagian besar meyakini logika mistika. Dalam tiga bab pertama, buku ini menekankan bahwa kelas sosial Indonesia berbeda dari kelas masyarakat Eropa, sehingga Marxisme yang tidak dimodifikasi tidak dapat diterapkan karena perbedaan ontologis.

Sejarah sunting

Madilog ditulis oleh Tan Malaka di Rawajati, dekat sebuah pabrik sepatu di Kalibata, Pantjoran, Batavia. Malaka tinggal di sana antara tahun 1942 dan 1943 sebagai penjahit, sambil memeriksa kondisi kota dan kampung-kampung di Batavia, dari tempat ia pergi lebih dari 20 tahun sebelumnya. Dia menghabiskan 720 jam menulis Madilog, lebih dari 8 bulan dari Juli 1942 hingga Maret 1943, menghabiskan sekitar 3 jam sehari untuk buku itu dan Gabungan Aslia, yang ditulis pada waktu yang sama. Publikasi harus ditunda karena kekurangan uang dan berada di bawah pengawasan ketat Keibodan Jepang selama Perang Dunia II, dari tahun 1942 hingga 1945, ketika kemerdekaan Indonesia dideklarasikan.

Saat menulis Madilog, Malaka menjabat sebagai Ketua Badan Pembantoe Pembelaan (BPP) dan sebagai Kepala Badan Pembantoe Pradjoerit Pekerdja (BP3), untuk membantu pekerja paksa (Romusha). Dia akhirnya terpilih sebagai wakil untuk Banten ke Congres Angkatan Moeda (Belanda: Congres van de Jonge Generatie), tetapi pelantikannya dibatalkan. Di Banten, ia bertemu dengan beberapa aktivis pemuda nasionalis Indonesia seperti Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, yang dikenal sebagai anggota Persatuan Perdjuangan di Surakarta pada tahun 1948.

Buku Madilog memperkenalkan ide Madilog. Ini pertama kali diterbitkan sendiri pada tahun 1943, menggunakan nama pena Iljas Hussein, dan panjangnya 568 halaman. Pada era pasca kemerdekaan, Madilog diterbitkan oleh Penerbit Widjaya, pada tahun 1951, di Jakarta. Madilog diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Ted Sprague dan diterbitkan pada tahun 1962 di Den Haag.[2]

Catatan sunting

  1. ^ Madilog di Marxist Archive (dalam bahasa Indonesia)
  2. ^ Poeze, Harry A. 1999. "Tan Malaka: Pergulatan Menuju Republik 1925-1945". Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. p. xvii. ISBN 9794440523. [1]