Minyak cengkih

senyawa kimia

Minyak cengkih adalah minyak atsiri yang dihasilkan dari penyulingan bagian tanaman cengkih, terutama daun dan bunga cengkih.[1]:52 Seluruh bagian tanaman cengkih mengandung minyak, tetapi bunganya memiliki kandungan minyak yang paling banyak.[2]:27 Karena daun dan ranting cengkih juga menghasilkan minyak, keduanya pun menjadi penghasilan sampingan bagi petani cengkih yang memanen bunga cengkih untuk rokok. Mereka cukup mengumpulkan daun dan ranting yang runtuh di sekitar pohon dan melakukan penyulingan sederhana untuk mendapatkan minyak cengkih kasar.[3]:27

Minyak cengkih berwarna bening kekuningan

Sejarah

sunting

Pembaharu bidang kedokteran asal Swiss, Philippus Aureolus Paracelcus pada abad ke 16 memperkirakan bahwa tanaman yang berbau harum mendapatkan aromanya dari senyawa tertentu di dalamnya. Ia menyebutnya quinta essentia. Hipotesanya tersebut menjadi kunci lahirnya industri minyak atsiri di Eropa. Produksi pertama minyak cengkih tidak terlepas dari sejarah penjajahan bangsa Belanda di Indonesia. Di Eropa ketika itu sedang populer minyak lavender, yaitu minyak atsiri yang merupakan hasil penyulingan bunga lavender. Tak lama kemudian dengan kehadiran cengkih ke Eropa, berbagai tanaman yang berbau harum, termasuk cengkih, disuling untuk mendapatkan minyaknya.[3]:3

Kandungan kimia

sunting

Minyak cengkih mengandung eugenol sebanyak 78-98 persen.[4]:125 Zat tersebut dihasilkan dari kelenjar minyak yang terdapat pada permukaan badan bunga cengkih.[4]:24

Secara umum, daun dan ranting cengkih mengandung eugenol dengan konsentrasi lebih banyak dibandingkan bunga cengkih. Pada minyak yang dihasilkan dari daun cengkih terdapat 82-88% eugenol, dan pada ranting mencapai 90-95%. Dibandingkan minyak dari bunga cengkih yang hanya mengandung 60-90% eugenol, sisanya adalah eugenyl asetat, caryophyllene, dan senyawa minor lainnya.[5]

Indonesia dan Madagaskar merupakan produsen utama minyak cengkih.[5]

Manfaat

sunting

Minyak cengkih digunakan dalam industri untuk pembuatan obat gigi, penyedap rasa, parfum[4]:16, sebagai anti jamur, anti bakteri, dan anti serangga.[6]:29 Minyak cengkih juga dapat digunakan sebagai pembius ikan pengganti sianida[3]:9 sehingga usaha penangkapan ikan hidup dapat lebih ramah lingkungan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Kuwait University menemukan bahwa minyak cengkih memiliki efektivitas yang setara dengan benzocain sebagai pereda nyeri di dalam mulut.[7][8][9] Meski terkenal sebagai obat pereda sakit gigi, tetapi FDA meragukannya.[10]

Trivia

sunting

Minyak cengkih hadir dalam novel Perfume karangan Patrick Süskind. Dalam novel tersebut, disebutkan bahwa minyak cengkih merupakan salah satu campuran untuk menghasilkan minyak wangi beraroma kuat hingga mampu membangunkan orang yang pingsan.[11]

Referensi

sunting
  1. ^ Dian Malini (2006). 20 ramuan esensial nusantara untuk cantik dan bugar. ISBN 9797814157. 
  2. ^ Kardinan, A. Tanaman Pengendali Lalat Buah. Agromedia. ISBN 9793357290. 
  3. ^ a b c Minyak Asiri. PT Niaga Swadaya. 
  4. ^ a b c Aak. Petunjuk Bercocok Tanam Cengkih. Kanisius. ISBN 9794135984. 
  5. ^ a b Lawless, J. (1995). The Illustrated Encyclopaedia of Essential Oils. ISBN 1-85230-661-0. 
  6. ^ Kardinan, A. Tanaman Pengusir & Pembasmi Nyamuk. Agromedia. ISBN 9793357177. 
  7. ^ Alqareer, Athbi (November 2006). "The effect of clove and benzocaine versus placebo as topical anesthetics". Journal of Dentistry. 34 (10): 747–750. doi:10.1016/j.jdent.2006.01.009. PMID 16530911. Diakses tanggal 2012-05-06. 
  8. ^ O'Connor, Anahad (2011-02-17). "Remedies: Clove Oil for Tooth Pain". The New York Times. Diakses tanggal 2012-05-06. 
  9. ^ "Cloves". American Cancer Society. Diakses tanggal 2012-05-06. 
  10. ^ "Clove". MedlinePlus. NIH. 
  11. ^ novel Perfume bab sembilan halaman 91