Muhammad bin Abdul Malik
Muhammad bin Abdul Malik bin Marwan (bahasa Arab: محمد بن عبد الملك بن مروان; meninggal 750) adalah seorang pangeran Umayyah, putra Khalifah Abdul Malik bin Marwan (berkuasa 685– 705), yang berperan dalam politik intra-dinasti Kekhalifahan Umayyah, termasuk Fitnah Ketiga dan baiat kepada Khalifah Marwan bin Muhammad (berkuasa 744–750). Ia menjabat sebagai gubernur Marwan di Makkah, Madinah, dan Ta'if pada 747/48. Muhammad dibunuh oleh Abbasiyah dalam pembantaian Bani Umayyah di Nahr Abi Futrus di Palestina pada 750.
Muhammad bin Abdul Malik | |
---|---|
Gubernur Mesir | |
Masa jabatan 6 Maret – 2 Mei 724 | |
Penguasa monarki | Hisyam bin Abdul Malik |
Gubernur Hijaz | |
Masa jabatan 747/48–748/49 | |
Penguasa monarki | Marwan bin Muhammad |
Informasi pribadi | |
Meninggal | 750 Nahr Abi Futrus, Palestina |
Orang tua | Abdul Malik bin Marwan |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan awal dan karier
suntingMuhammad adalah putra khalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan dan salah satu budak perempuannya (ummu walad).[1] Menurut sejarawan Shiv Rai Chowdhry, Abdul Malik memberi nama Muhammad dan saudaranya Al-Hajjaj karena nama mereka adalah nama yang paling disukai oleh Al-Hajjaj bin Yusuf (meninggal 714), gubernur setia khalifah di wilayah Irak.[2] Muhammad tinggal di Tiberias, ibu kota Jund al-Urdunn (distrik militer Yordania saat itu yang terdiri dari wilayah modern Yordania barat laut, Israel utara, dan Lebanon selatan).[3] Dia memiliki tanah di Raysun, Jund al-Urdunn, yang diberikan kepadanya oleh saudara tirinya, Khalifah Hisyam bin Abdul Malik (berkuasa 724–743).[4] Hisyam telah mengangkat Muhammad sebagai gubernur pertamanya di Mesir pada 6 Maret 724[5] menggantikan Hanzhalah bin Shafwan al-Kalbi.[6] Ia mengundurkan diri karena perbedaan kebijakan dengan khalifah dan digantikan oleh anggota Bani Umayyah lainnya, Al-Hurr bin Yusuf, pada 2 Mei 724.[5]
Peran dalam Fitnah Ketiga
suntingMuhammad berperan dalam Fitnah Ketiga, yang terjadi setelah pembunuhan keponakannya, Khalifah Al-Walid II bin Yazid bin Abdul Malik, pada tahun 744 dan naiknya pemimpin lawan Al-Walid dalam keluarga Bani Umayyah yang merupakan keponakan Muhammad lainnya, Yazid III bin Al-Walid bin Abdul Malik.[7] Ketika berita pembunuhan Al-Walid II sampai kepada pasukan Jund Filasthin (distrik militer Palestina), mereka melengserkan Sa'id al-Khair bin Abdul Malik, gubernur untuk Al-Walid dan saudara laki-laki Muhammad. Mereka kemudian mengumumkan bahwa Yazid bin Sulaiman, putra dari Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (berkuasa 715–717), saudara laki-laki Muhammad dan Sa'id, adalah khalifah mereka.[3][8] Setelah itu, pasukan Jund al-Urdunn yang dipimpin oleh cucu Hubaisy bin Duljah dari suku Balqayn, bergabung dalam pemberontakan melawan Yazid III dan mengangkat Muhammad sebagai pemimpin mereka.[3][8] Yazid III kemudian mengirim keponakan Muhammad, Sulaiman bin Hisyam, untuk melawan para pemberontak. Menurut satu riwayat, Muhammad dibujuk oleh utusan Yazid untuk memberikan baiatnya kepada khalifah. Riwayat lain menyebutkan bahwa pasukan khalifah menyerbu desa Jund al-Urdunn lalu menyerbu Tiberias, tempat kediaman Muhammad dijarah serta senjata, kuda, dan untanya disita. Pasukan Jund al-Urdunn kemudian menawarkan baiat mereka kepada Yazid di dekat Ash-Shinnabra.[3][8] Setelah itu, Yazid mengangkat saudaranya Ibrahim bin Al-Walid sebagai gubernur Jund al-Urdunn.[9] Riwayat ketiga menyebutkan bahwa setelah Yazid mengangkat Ibrahim sebagai gubernur, pasukan Jund al-Urdunn menolak untuk mengakuinya dan tetap mendukung Muhammad, sampai mereka ditawari insentif keuangan untuk meninggalkan perkubuan.[10]
Kehidupan selanjutnya dan kematian
suntingYazid III kemudian meninggal pada tahun 744 dan Ibrahim menjadi khalifah selama beberapa bulan sebelum menyerahkan kekhalifahan kepada sepupu jauhnya, Marwan bin Muhammad. Pada tahun 745 Muhammad, bersama saudara laki-lakinya Sa'id al-Khair dan Abu Bakar Bakkar serta keluarga keponakannya yang merupakan putra-putra Khalifah Al-Walid I (berkuasa 705–715), Sulaiman, Yazid II (berkuasa 720–724) dan Hisyam, memberikan baiatnya kepada Marwan di Deir Ayyub di Hauran.[11]
Pada 747/48, Marwan mengangkat Muhammad sebagai gubernur Makkah, Madinah dan Ta'if di Hijaz (Arab barat).[12][13] Ia memimpin ibadah haji di Makkah pada Agustus 748.[12] Ia digantikan sebagai gubernur pada tahun berikutnya dengan Al-Walid bin Urwah as-Sa'di.[14] Sebagai akibat dari Revolusi Abbasiyah yang melengserkan Kekhalifahan Umayyah pada tahun 750, Muhammad termasuk di antara puluhan Bani Umayyah yang dibunuh oleh Bani Abbasiyah di Sungai Abu Futrus (Nahr Abi Futrus) di Palestina.[7]
Referensi
sunting- ^ Hinds 1990, hlm. 118.
- ^ Chowdhry 1972, hlm. 155.
- ^ a b c d Soucek 1993, hlm. 117–118.
- ^ Blankinship 1994, hlm. 83.
- ^ a b Abbott 1965, hlm. 27.
- ^ Ibnu Taghribirdi. "Kitab An-Nujum az-Zahirah fi muluk Misr wa al-Qahirah - Pembahasan tentang kepemimpinan pertama Hanzhalah bin Shafwan atas Mesir - Al-Maktaba al-Shamela". shamela.ws (dalam bahasa Arab). hlm. 250. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-26. Diakses tanggal 2023-06-26.
- ^ a b Humphreys 1990, hlm. 50, catatan 81.
- ^ a b c Hillenbrand 1989, hlm. 190–192.
- ^ Hillenbrand 1989, hlm. 193.
- ^ Biesterfeldt & Günther 2018, hlm. 1057.
- ^ Williams 1985, hlm. 7.
- ^ a b Williams 1985, hlm. 123.
- ^ Biesterfeldt & Günther 2018, hlm. 1073.
- ^ Williams 1985, hlm. 133.
Daftar pustaka
sunting- Abbott, Nabia (1965). "A New Papyrus and a Review of the Administration of ʿUbaid Allāh b. al-Ḥabḥāb". Dalam Makdisi, George. Arabic and Islamic Studies in Honor of Hamilton A. R. Gibb. Leiden: E. J. Brill. hlm. 21–35.
- Biesterfeldt, Hinrich; Günther, Sebastian (2018). The Works of Ibn Wāḍiḥ al-Yaʿqūbī (Volume 3): An English Translation. Leiden: Brill. ISBN 978-90-04-35621-4.
- Blankinship, Khalid Yahya (1994). The End of the Jihâd State: The Reign of Hishām ibn ʻAbd al-Malik and the Collapse of the Umayyads. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-7914-1827-7.
- Chowdhry, Shiv Rai (1972). Al-Ḥajjāj ibn Yūsuf (An Examination of His Works and Personality) (Tesis). University of Delhi. https://books.google.com/books?id=xGWgAAAAMAAJ.
- Hillenbrand, Carole, ed. (1989). The History of al-Ṭabarī, Volume XXVI: The Waning of the Umayyad Caliphate: Prelude to Revolution, A.D. 738–744/A.H. 121–126. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-88706-810-2.
- Hinds, Martin, ed. (1990). The History of al-Ṭabarī, Volume XXIII: The Zenith of the Marwānid House: The Last Years of ʿAbd al-Malik and the Caliphate of al-Walīd, A.D. 700–715/A.H. 81–95. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-88706-721-1.
- Humphreys, R. Stephen, ed. (1990). The History of al-Ṭabarī, Volume XV: The Crisis of the Early Caliphate: The Reign of ʿUthmān, A.D. 644–656/A.H. 24–35. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-7914-0154-5.
- Soucek, Priscilla P. (1993). "Solomon's Throne / Solomon's Bath: Model or Metaphor?". Ars Orientalis. 23: 109–134.
- Williams, John Alden, ed. (1985). The History of al-Ṭabarī, Volume XXVII: The ʿAbbāsid Revolution, A.D. 743–750/A.H. 126–132. Seri SUNY dalam Studi Timur Dekat. Albany, New York: State University of New York Press. ISBN 978-0-87395-884-4.