Museum Benteng Heritage
Museum Benteng Heritage adalah museum peranakan Tionghoa pertama dan satu-satunya di Indonesia.[3] Museum ini merupakan hasil restorasi sebuah bangunan berarsitektur tradisional Tionghoa.[2] Museum Benteng Heritage merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Tangerang yang menjadi cikal bakal pusat Kota Tangerang yang dulunya disebut Kota Benteng.[2] Selain itu, museum tersebut menjadi bukti perkembangan peradaban Tionghoa di Tangerang.[1]
Didirikan | 11 November 2011[1] |
---|---|
Lokasi | Jalan Cilame nomor 20 Pasar Lama Tangerang[2] |
Situs web | http://bentengheritage.com |
Sejarah
suntingBangunan tua ini dulunya ditempati oleh masyarakat sekitar. Kondisi bangunan sebelum dijadikan museum sangat memprihatinkan dan sangat tidak terawat.[1][4] Merasa bangunan tersebut merupakan situs budaya yang memiliki nilai historis yang tinggi, Udaya Halim mengambil alih bangunan tua tersebut pada November 2009.[1] Ia langsung melakukan proses restorasi untuk mengembalikan kondisi bangunan seperti semula. Proses ini memakan waktu selama dua tahun.[1] Kurangnya literatur atau dokumen terkait kondisi asli bangunan membuat Udaya Halim melakukan riset hingga ke negeri lain. Kajian-kajian budaya pun ditempuh agar restorasi yang dilakukan nantinya tidak akan merusak orisinalitas dari bangunan itu sendiri.[1] Setelah proses restorasi selesai, beberapa dekorasi Tionghoa ditambahkan untuk menguatkan nuansa Tionghoa.[1] Penambahan partisi atau dekorasi tambahan dilakukan berdasarkan riset karena tidak ada satu pun sumber yang mendeskripsikan keaslian bangunan.[1] Kemudian, Museum Benteng Heritage diresmikan pada 11 November 2011.[1]
Koleksi
suntingKoleksi di Museum Benteng Heritage berasal dari koleksi pribadi, sumbangan dari warga sekitar Tangerang, kolektor benda kuno dan pemerhati budaya Tionghoa peranakan di Indonesia.[3] Di museum ini terdapat berbagai artefak yang menjadi saksi bisu kehidupan masa lalu, mulai dari kedatangan armada Cheng Ho dengan rombongan yang terdiri dari sekitar 300 kapal kayu besar dan kecil yang membawa hampir 30.000 pengikutnya.[2][5] Sebagian dari rombongan tersebut dipimpin oleh Chen Ci Lung.[2][5] Ia diyakini sebagai nenek moyang penduduk Tionghoa Tangerang (Cina Benteng) yang mendarat di Teluk Naga pada tahun 1407.[2][5]
Di museum ini terdapat galeri yang berisi berbagai macam kamera tua yang masih bisa menghasilkan gambar berkualitas tinggi dan berbagai koleksi alat pemutar lagu mulai dari yang paling kuno, seperti fonograf Edison yang dibuat tahun 1890-an sampai zaman Retro.[2] Ada juga koleksi timbangan, yaitu timbangan opium yang berasal dari Tiongkok, Jepang, Korea, Indonesia, Birma dan Thailand serta timbangan yang digunakan untuk berdagang di pasar.[1] Selain itu, ada koleksi botol kecap yang diproduksi di Tangerang, seperti botol kecap Benteng Teng Giok Seng dan Siong Hin.[1] Koleksi sastra juga tersimpan di museum ini.[1] Salah satunya adalah surat-menyurat Oey Kim Tjang, seorang penyadur cerita silat dari Tangerang.[1] Lalu, ada ranjang pengantin Cina Benteng dan video prosesi adat pernikahan Cina Benteng yang terlihat sebagai perpaduan budaya Betawi dan budaya Cina.[5]
Penghargaan
suntingJenis Penghargaan | Tanggal |
---|---|
Cipta Awards, Kategori Wisata Budaya | 28 September 2012 |
Gold Winner FIABCI Prix d’exellence Heritage Awards | 6 Desember 2012 |
Silver Winner FIABCI Prix d’exellence Heritage Awards | 29 Mei 2013 |
Referensi
sunting- ^ a b c d e f g h i j k l m "Museum Benteng Heritage, The Pearl of Tangerang". Diakses tanggal 10 Mei 2014.
- ^ a b c d e f g "Sekilas tentang MBH". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-12. Diakses tanggal 10 Mei 2014.
- ^ a b "Museum Benteng Heritage Tangerang". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-27. Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ "Museum Ini Jadi Saksi Sejarah China Benteng Tangerang". Diakses tanggal 12 Mei 2014.
- ^ a b c d "Museum Benteng Heritage Ungkap Sejarah Ciben". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-12. Diakses tanggal 12 Mei 2014.